MAU KEMANA? NANTI JUGA TAHU

26 2 0
                                        

"Ya." singkat Bara.

"Jadi apa Bar?" tanya Bimo yang penasaran.

"Kepo banget sih lo daritadi!" kesal Mita, dia sudah muak dengan cerocosan Bimo yang tidak ada habisnya.

"Yaudah, yuk!" sambung Mita mengajak Bara, dia berjalan terlebih dahulu.

Dia sudah tahu motor Bara yang mana, jadi dia tinggal ke parkiran saja. Daripada dia harus jalan bersama teman-teman Bara yang ributnya bukan main dan dapat membuat kupingnya sakit. Kan gak lucu kalau sepulang sekolah ini dia harus ke tht karena pembengkakan telinga yang disebabkan oleh pemantulan suara nyaring teman-teman gesreknya Bara.

Sesampainya di parkiran, dia berdiri di samping motor Bara sambil mengacak pinggang. Kakinya tidak bisa diam, dia sudah tak sabar berjalan-jalan bersama Bara. Entah mengapa, tapi ada rasa yang bahagia dibenaknya. Sebenarnya dia kenapa? Jantungnya ada masalah apa sih?

Tak lama kemudian Bara dan teman-temannya juga sudah sampai, dan tanpa sadar senyuman kecil terukir diwajah cantik Mita.

Bara memakai helmnya, dan saat itu juga Mita baru ingat bahwa helm Bara masih ada di rumahnya.

"Bar, helm lo masih di rumah gue." ucap Mita.

Bara mengangguk ragu, lalu dia melihat Wahyu. "Yu, pinjem satu helm lo."

"Wokesip Bar, nih!" Wahyu memberi satu helmnya.

Memang selain Bara, Wahyu lah yang sering membawa dua helm. Bara selalu bawa dua karena Bimo yang selalu menebeng, sedangkan Wahyu karena dia sering mengantar gebetan-gebetannya pulang. Jadi Wahyu selalu siap siaga membawa dua. Alhasil, hari ini Bimo menebeng dengan Dion, tanpa memakai helm karena Dion tidak membawa dua helm.

Mita memakai helmnya dan langsung naik ke atas motor Bara. Dia tidak berani menyentuh apalagi memeluk pria ini.

"Peluk dong Mit, biasanya lo kan gak tahu malu." ucap Dion.

"Tau tuh, lo kan gak ada malunya." sambung Bimo ikut mengompori.

Mita ragu, dia menggigit bibir bawahnya. Benar kata Bimo dan Dion, dia kan memang tidak pernah tahu malu. Tapi kenapa sekarang dia malu seperti ini? Oh, tepatnya gerogi.

"Kenapa? Takut baper lo sama gue?" ucap Bara membalas perkataan Mita sewaktu istirahat tadi.

"Dih! Najis!"

Mita langsung memeluk Bara, dia tertantang karena omongan pria itu. Jujur Mita masih sangat gerogi, tapi sebisa mungkin dia menetralkannya.

Bara menyunggingkan bibirnya dari balik helm, tak ada yang bisa melihatnya. Lalu, dia menancap gas motornya dan pergi dari lingkungan sekolah.

"Kita mau kemana?" tanya Mita, dia menyandarkan kepalanya dipunggung Bara.

"Jangan nanya seolah-olah gue yang ngajak lo."

Mita tertawa kecil, dia baru ingat bahwa dialah yang mengajak pria ini. "Gue bingung mau kemana."

Tiba-tiba Bara meminggirkan motornya, membuat Mita melepaskan pelukannya dan menegakkan badannya. Dia bingung, kenapa Bara tiba-tiba berhenti?

"Kenapa?" tanya Mita.

"Kalau lo gak tau tujuannya, mending gak usah jadi. Lo turun di sini aja, nanti bakal ada taksi yang lewat."

Mata Mita membulat, spontan dia menepuk pundak Bara dengan sangat kuat. Bisa-bisanya Bara berkata seperti itu kepadanya. Mita tidak mau dituruni di pinggir jalan untuk yang kedua kalinya. Cukup kemarin saja dia dipermalukan karena ditinggal di depan sekolah.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang