SUPRISE PAGI

16 3 0
                                    

☁☁☁

"Ekhem! Ekhem!"

"Halo Bara! Lagi apa?"

"Hai Bar! Kaget ya gue punya nomor lo?"

"Hai! Lo kangen gak sama gue?"

"Halo Bara! Tebak gue siapa?"

Mita terus saja mundar-mandir sambil memikirkan apa yang akan dia katakan untuk menelpon Bara. Sudah banyak kata yang dia rangkai, tapi mengapa rasanya menjijikkan? Sungguh, Mita tak bisa seperti ini.

Lalu, Mita melihat nomor Bara yang ada dihpnya. Dia ragu untuk menelpon atau tidak. Namun, tanpa sengaja Mita menekan tombol telpon. Padahal rasanya tadi dia tidak menekan apapun. Apa ini bisa disebut sebuah keberuntungan? Atau sebuah kesialan?

Tut tut tut!

"Halo?"

Ah, mati! Kenapa cowok itu harus mengangkat? Kan Mita jadi tambah bingung. Sekarang Mita hanya bisa menggigit jempolnya sambil mundar-mandir kembali.

"Halo?"

"Ini siapa ya? Kalau gak penting, jangan nelpon."

"E—eh, tunggu!" ucap Mita.

"Ini siapa?"

"Menurut lo, gue siapa?" tanya Mita balik. Dia memang mencoba menguji kesabaran penelpon di sebrang sana.

Mita mulai sedikit tenang, dia duduk di atas kasurnya.

"Orang gila."

"Dih! Enak aja, masa Mita Altania cewek tercantik satu sekolahan dibilang orang gila! Waras lo?"

"Lo lagi lo lagi. Dapat darimana lo nomor gue?"

"Eumm—, rahasia dong. Oh iya, tomorrow morning I will surprise you. Wait for it! Muach!" kecup Mita diakhir kalimatnya. Lalu dia mematikan sambungan telponnya secara sepihak.

Lantas, setelah itu Mita malah melemparkan hpnya di atas kasur. Dia mengambil bantalnya dan langsung menyembunyikan wajahnya. Sungguh dia sangat memalukan. Tapi, inilah yang harus Mita hadapi untuk lima hari ke depan. Jadi, Mita harus terbiasa. Terbiasa geli dengan tingkahnya sendiri.

☁☁☁

Sangat jarang buat seorang Mita datang pagi ke sekolah. Tapi, hari ini dia bahkan datang lebih awal. Ini membuat supir dan pembantu rumah tangganya terkejut.

Mita berjalan dengan percaya diri, melewati koridor sekolah yang masih sangat sepi. Satu tangannya memegang hp dan satu lagi memegang paperbag berwarna hitam. Murid lain yang juga sudah datang pun melihat Mita dengan tak percaya. Mita hanya acuh saja, sudah Mita pastikan bahwa yang melihatnya seperti itu adalah anak-anak kutu buku yang sudah biasa datang sepagi ini.

Mita masuk ke dalam kelasnya dahulu untuk meletak tas. Dua orang yang sudah berada di kelas menatap Mita tak percaya, sama seperti tatapan murid-murid yang melihatnya di koridor tadi.

"Kenapa ngeliatin gue? Kagum?"

Dua orang itu menundukkan pandangan mereka. Nyali mereka menciut, mereka takut kalau Mita membully mereka lagi.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang