TERPESONA

22 2 0
                                    

Orang itu melangkah mendekati posisi mereka. Dia menenteng tasnya dipundak kiri, nampak jika orang itu baru saja datang ke sekolah.

"Masih aja lo ngebully anak orang." ujarnya yang sudah ada di hadapan mereka.

Mita menelan ludahnya dengan susah payah. Dia sangat takut jika pembicaraan mereka tadi terdengar, karena sekarang dia belum merangkai alasan supaya dia tidak terpojokkan.

"Lo tadi dengar omongan kita?" tanya Mita sedikit takut.

"Logikanya aja, gue baru datang emang bisa dengar omongan lo yang gak penting itu?"

Mita menghembuskan nafas lega, untung saja. Setidaknya jangan sekarang ketahuannya. Dia belum siap.

"Lepasin dia." suruh orang tersebut.

Caca dan Sandra langsung melepaskan Tia. Bukan karena mereka takut, tapi mereka tidak mau Mita dijauhkan karena ini. Mereka mau Mita menang taruhan, dan tidak mau melihat Mita menjadi budak.

"Thaks Bar." senyum Tia.

Orang tersebut adalah Bara. Tadi dia tidak sengaja melihat Mita dan teman-temannya yang sedang membully, dan Bara tidak menyukai itu. Dia paling benci dengan pembully. Walaupun dia juga bandel, tapi dia tidak akan sekali pun membully orang lain. Menurutnya itu sama saja seperti pengecut, beraninya sama yang lemah. Terus beraninya keroyokan.

Bara menarik tangan Mita tanpa mengucapkan apapun.

"Bar, Bara! Ih, mau kemana?" jerit Mita yang mengikuti langkah lebar Bara.

Bara terus menarik Mita, dan Mita sekarang hanya pasrah. Mita berharap bel masuk segera berbunyi dan dia bisa bebas dari pria ini. Mita pun bingung kenapa Bara tiba-tiba menariknya. Apa sebenarnya pria itu dengar omongannya tadi? Duh kan Mita jadi parnoan.

Bara membawa Mita ke rooftop sekolah. Tempat ini sebenarnya tidak boleh sembarangan dimasuki, tapi buat Bara dan teman-temannya sudah sangat sering melanggar itu.

Bara melepas pegangannya dari pergelangan tangan Mita, membuat Mita menaikkan kedua alisnya.

"Ngapain lo ngajak gue ke sini?"

Bara mendekat kearah Mita, mengikis jarak antara mereka. Membuat Mita berdebar saja, kan nanti malu jika ketahuan.

"Ja—jangan macem-macem lo ya!" gugup Mita.

Mereka begitu dekat, dan tampak satu sudut bibir Bara terangkat.

"Kalau lo masih mau pdkt sama gue, lo gak boleh ngebully lagi."

Alis Mita menyatu, dia menantang tatapan Bara. "Ngatur-ngatur lo?"

Bara menghembuskan nafas kasar, "Kalau lo gak mau, yaudah gak usah sok dekat lagi sama gue."

"Ih jangan dong! Iya-iya gue mau!" geram Mita, dia memutar pandangannya ke arah lain.

Bara merogoh tasnya, dia mengeluarkan paperbag hitam. Dia langsung mengambil satu tangan Mita, dan memberinya begitu saja.

"Apa nih?" bingung Mita.

"Tempat bekal sama botol minum lo kemarin."

"Oh. Tapi kok berat?"

Bara tak menjawab, membuat Mita langsung melihat isi dalam paperbag tersebut. Dan ternyata Bara memberikannya sandwich dan susu coklat.

"Mmm— makasih ya Bar." senyum Mita yang sok manis.

"Jangan geer dulu lo. Itu Bibi gue gak sengaja ngisinya."

"Yakin? Jangan-jangan lo udah mulai suka ya sama gue?" tebak Mita.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang