BUNUH DIRI?

28 3 0
                                    

"Gak usah banyak ngarep." ketus Bara, dia menekan plaster yang sudah dia lengketkan di lutut Mita yang berdarah.

Tak!
Dengan spontan Mita menjitak kepala pria yang masih berjongkok di sampingnya. Siapa suruh pria ini mengusiknya duluan, kan Mita tidak bisa terima itu. Dan perbuatannya itu termasuk tindakan pembelaan diri. Tidak salah, kan?

Bara mendesis pelan, dia memegang kepalanya dan bangkit. Dia menatap tajam pada gadis yang tidak menampilkan raut rasa bersalahnya, siapa lagi jika bukan Mita.

Bimo tertawa kesenangan, juga dibarengi dengan tawa Sandra dan Caca.

"Baru kali ini gue liat ada yang berani ngetok kepala seorang Bara Aldair Rafarti." ujar Bimo dengan tawanya yang tak berhenti.

"Diam lo tai!"

"Bara!" bentak Mita tiba-tiba, membuat seisi kantin yang sedaritadi sudah melihat ke arah mereka menjadi terpleonjat kaget.

"Apa lo?!" bentak Bara balik.

"Lo ngerusak mood gue buat makan, tau gak! Jorok banget ngomongnya, gak tau tempat!"

Mita benar-benar tidak bisa jika ada yang berkata jorok ketika dia ingin makan. Karena dia akan langsung membayangkan dan merasa jijik dengan makanannya. Ini bukan lebay, tapi memang ada beberapa orang yang seperti ini. Makanya kita harus menghargai orang lain kalau kita sendiri mau dihargai.

Bara membungkukkan badannya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Mita. Menatap mata gadis ini dengan lekat, lalu dia menampilkan senyum smirk-nya.

Mita yang ditatap seperti itu menelan ludahnya dengan susah payah, pipinya blushing, dan dia mematung ditempat. Namun, Mita masih sanggup membalas tatapan Bara.

"Gue gak peduli." ucap Bara penuh penekanan.

Tak!
Bara menjitak kepala Mita, sama persis seperti apa yang dilakukan gadis itu tadi.

"Jangan berani-berani ngelakuin kayak gitu lagi sama gue." lanjut Bara datar, lalu dia melangkah pergi keluar dari kantin.

Mulut Mita menganga, dia memegang kepalanya dan tatapannya mengikuti arah punggung Bara yang kian menjauh.

"Bara tunggu gue! Buset dah, selalu aja gue gak dianggap." Bimo berteriak dan langsung lari menyusul Bara.

"Awas aja lo!" jerit Mita walau dia tahu bahwa Bara tidak dapat mendengarkannya lagi.

Tring!

Baru saja Mita ingin melanjutkan makannya, bel masuk sudah berbunyi. Padahal perutnya sudah lapar. Memang bel yang tidak bisa diajak kompromi. Ingin rasanya Mita membakar bel tersebut sekarang juga.

Tak!
Mita menghentakkan sendoknya sangat keras. Sepertinya rasa emosinya sudah dapat menbuat kenyang.

Mita memanyunkan bibirnya, lalu dia bangkit dan keluar dari kantin. Tapi, tujuannya bukan untuk masuk ke dalam kelas.

"Mita!" jerit Sandra dan Caca, mereka mengekor kemana pun Mita pergi.

☁☁☁

"Mit, lo mau ngapain ke sini? Mau mati? Jangan dong, ntar sekolah ini jadi angker." ujar Caca, dia bergidik ngeri dan memeluk dirinya sendiri.

Spontan Sandra mencubit lengan Caca, membuat si empunya berdesis kesakitan.

"Lo berdua ngapain ngikuti gue?" tanya Mita nyalang.

"Yee, jadi lo mau bolos sendirian? Enak aja!" cerocos Caca.

Mita memutar bola matanya jengah. Dia berdiri di pinggir rooftop sambil berkacak pinggang.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang