29

12.1K 1K 137
                                    

Hari ini Chenle sudah di perbolehkan pulang. Untuk masalah pelaku pendorongan itu Mark masih enggan untuk membahas. Lia sendiri tidak tahu bahwa Mark membawa Haechan dan anak-anaknya ke masion keluarga Lee.

Haechan menuntun Chenle secara perlahan, sedang Mark membawa barang barangnya, Jisung sendiri sedang latihan basket, karena bulan depan akan ada turnamen ,dan saat itu ia terpilih menjadi kapten basket. Jisung kan mantan kapten team basket dulu di sekolah nya yang di Jepang.

"Dad, kok?" Lia yang baru saja turun dari lantai atas di kaget kan dengan kedatangan Chenle dan seseorang yang tak ia kenal.

"Ah iya, Chenle akan tinggal bersama kita" Ujarnya.

"Tapi dad_"

"Hentikan semua akting mu Lia, daddy sudah muak" Mark melewati Lia begitu saja, dan pergi menuju kamar Chenle.

Lia hanya terpaku diam mencoba menahan emosinya. Ia tak suka saat harus berbagi daddy dengan orang lain.

"Nek_"

"Bersikap dewasa Lia" Taeyong berucap lalu pergi menuju kamar Chenle.

Chenle memasuki kamarnya dengan mata yang berbinar. Kamarnya sangat indah, dominan warna biru dan putih, banyak beragam boneka. Kamarnya sangat luas, dan nyaman. Di tengah-tengah ada kasur king size, meja belajar, lemari pakaian, TV, dan juga beberapa squishy kesukaan nya.

"Dad, ini kamar Lele?" Mark menganggur kepala.

"Iya sayang, ini kamar untuk mu. Kalau kurang bagus bilang daddy, biar daddy ganti"

"Ini lebih dari bagus dad, emm aku ingin tahu kamar Jisung, dan Jisung dimana? Sejak pagi aku tak melihat nya" Chenle mencebikkan bibirnya saat sadar bahwa Jisung belum menemuinya.

"Jiji sedang latihan basket, bulan depan ada turnamen sayang" Haechan menasehati.

"Ahh seperti itu, tapi Chenle boleh masuk ke kamar Jisung? Lele pengen tahu kamar Jiji"

"Kamar Jiji sama seperti kamar Lele, bedanya kamar Jiji ber cat abu abu sayang"

Chenle menganggukkak kepala. Sebenarnya ia ingin tahu, tapi tidak sekarang. Papa nya pasti akan melarang nya, karena itu tidak sopan. Padahal Chenle kan ingin tahu.

"Kau mirip seperti Mark tidak punya sopan santun" Terkutuk lah kau Yuta yang baru datang.

"Daddy, lihatlah om om mesun itu mengatai ku tidak punya sopan santun", Chenle mempout bibirnya lucu.

"Heh anak nya Mark, kau bisa hadir karena kemesuman a.k.a Mark Lee"

"Yuta~" Jungwoo dengan nada khasnya memanggil Yuta.

"Wahh.. Papa Jungwoo" Chenle nampak senang saat melihat Jungwoo yang datang dengan buah tangan.

Jangan tanya kenapa Chenle memanggil Papa Jungwoo, itu karena ulah Jungwoo yang ingin di panggil Papa oleh Chenle, dan ia menurut saja toh tidak ada ruginya.

"Papa tinggal dulu ya, kamu disini sama yang lain" Ujar Haechan keluar kamar.

Chenle hanya menganggukkan kepalanya.

Haechan mengikuti Mark yang pergi ke kamar mereka. Iya Mark meminta Haechan sekamar dengan nya lagi, dan mau tidak mau ia harus menurut pada Mark.

"Hyung, kau kenapa?" Tanya Haechan yang melihat raut sendih wajah mantan kekasih nya itu.

"Ah, Chanie. Kemarilah" Mark memeluk Haechan dan menesulupkan kepalanya di ceruk leher mantan kekasih nya. Ia sungguh sangat merindukan mantan kekasih nya selama belasan tahun ini.

"Ada apa? Aku lihat kau sangat khawatir" Tanyanya.

"Kau tahu Chanie, yang mendorong Lele adalah Lia, dan aku masih berat untuk melaporkan ia ke polisi" Ujarnya.

"Tidak usah hyung. Ia hanya cemburu karena sekarang ia harus berbagi daddy. Lambat laun ia akan terbiasa, dan soal Lele, yang penting Lele selamat" Inilah yang Mark suka. Haechan itu bijak, dan baik hati.

"Ah ya hyung, kau menikah?" Lanjutnya.

Mark terkekeh pelan mendengar pertanyaan konyol Haechan. Bagaimana bisa ia menikah saat hatinya masih milik Haechan.

"Ah tidak Chanie, aku menemukan Lia saat masih berusia 1 thn, ia masih kecil saat itu. Ada seseorang yang membuangnya lalu aku mengadopsi nya" Ujarnya.

"Ah seperti Jisung"

"Jisung?"

"Iya Jisung bukan anak ku, tapi aku sangat menyayanginya sungguh"

Tak sadar bahwa di luar sana Jisung sedang mendengar obrolan daddy dan Papa nya.  Haechan dan Mark tak sadar bahwa pintu kamar mereka sedikit terbuka

"Kalau bukan Papa, lalu siapa orang tua Jisung?" Tanya Jisung yang tiba-tiba masuk sukses membuat Mark dan Haechan terdiam.

Jisung sudah menangis saat ini, ia ingin tahu siapa orang tua kandung nya.  Haechan dengan sigap membawa Jisung kepelukan nya, dan memenangkan putra keduanya.

"Sini sayang, biar Papa ceritakan, tapi janji jangan berubah" Jisung hanya menganggukan kepala saat mendengar penuturan Papa nya.

Flashback.

Haechan sedang melewati sebuah sungai yang ada jembatan penghubung, sungai itu sangat deras namun sangat indah. Sore itu matahari terbit dengan apiknya, ia membawa Chenle kecil di dalam pelukan nya.

Haechan mendengar suara suara keributan dari kejauhan, ia melihat salah satu nya membawa bayi kecil berusia belum genap 1 bulan.

"Nana, mari kita bunuh diri bersama. Jika orang tua kita tak merestui cinta kita, setidaknya kita akan mati bersama" Ujar yang lebih tinggi.

Yang lebih pendek hanya menganggukan kepala, ia sudah siap berdiri melompat namun bayi kecil itu terlempar ke belakang, dengan sigap Haechan menangkapnya, tapi sayang kedua pasangan itu sudah mati bunuh diri.

.
.
.

TBC

Posesif Daddy || MARKCHAN (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang