3

27.9K 2.2K 191
                                    

Banyak typo maaf:(
.
.
.

Keduanya kini sudah di dalam mobil, namun nampaknya Haechan masih enggan melihat ke arah tuannya.

"Namamu siapa?"

"Haechan, Tuan."

Mark hanya mengangguk mengerti.

"Aku sudah membelimu dari Yuta, dan satu hal lagi kau milikku hanya milik Mark Lee seorang. " Ujarnya dengan nada penekaanan di akhir ucapannya.

Haechan hanya mengangguk patuh tanpa niat untuk membalas ucapan Mark.

Mark kini sudah memasuki area apartemen mewah nya. Bisa di lihat bahwa mungkin apartemen ini tidak akan bisa Haechan beli walau ia bekerja seumur hidup.

"Turun." Ujar Mark tanpa meninggalkan kesan dingin yang mendarah daging pada dirinya.

Haechan mengikuti arah kaki Mark tanpa melihat lurus, ia hanya tertunduk sampai ke dalam apartemen mark sekalipun.

"Jangan menunduk." ujarnya.

Haechan langsung mendongak kan matanya ke arah Mark, ia bisa melihat kedua bola mata Haechan yang berwarna unggu cerah, sangat indah. Mark jadi berpikir tidak sia sia mengeluarkan uang banyak untuk Haechan.

"Nampaknya aku tidak akan pernah melepaskan mu." Ujarnya dengan seringai yang menghiasi wajah tampanya.

"T-tuan sudah membeli saya, saya kan disini sampai tuan sendiri yang melepaskan saya." Ucap Haechan lirih.

"Jangan berharap untuk di lepaskan, karena itu hal yang mustahil. Sekali Mark menyukai sesuatu maka ia akan mendapatkan dan mempertahankan hal itu hingga mati." Mark menyeringai.

Boleh kah Haechan hari ini menangis? Kehidupannya bagai mainan. Kematian orang tuanya, paman satu satunya yang menjual nya, dan sekarang tuan yang penuh dengan amarah.

Mark menarik tangan Haechan dan membanting tubuh Haechan ke kasus king size nya. Mark mulai merangkak dan mengukung Haechan, tanpa kedua mata itu bertemu.

Mark akui Haechan sangat mempesona, dan ia tak akan membiarkan Haechan pergi darinya sampai ia sendiri bosan dengan mainan barunya.

Mark segera memungut bibir merah Haechan yang sejak tadi menggoda libido tuannya. Permainan bibir panas itupun tak terelakkan. Haechan hanya bisa mereman kemeja Mark untuk menyalurkan rasa nikmat nya.

Permainan itu sudah berlangsung beberapa menit namun Haechan belum mempersilahkan lidah Mark untuk bersilaturahmi dengan lidahnya. Mark akhirnya menggigit bibir bawah Haechan hingga sang empunya meringis kesakitan.

"Akhh." Hanya kata itu yang mampus keluar dari bibir si mungil.

Mark makin genjar mengajak lidah Haechan berperang, walau Haechan masih cukup kaku karena ia tak pernah terjamah oleh lelaki manapun.

Mark menatap wajah elok nan mengairahkan milik lawan mainnya, mata itu nampak sanyu, keringat membanjiri wajah nya kian menambah kesan sexy.

Haechan memukul dada Mark saat di rasa ia membutuhkan pasokan oksigen, Mark yang mengerti segera mengakhiri bergulatan lidahnya. Nampak benang tipis hasil bergulatan lidannya terbentuk saat mark menjauhkan wajahnya dari Haechan.

"Manis, bibir mu manis." Mark kembali menjilat bibir Haechan.

Haechan hanya memejamkan matanya hingga di rasa sebuah tangan memasuki bajunya.

"Kau lapar, Baby Boy?" Haechan hanya nampaknya mengangguk ringan tanda ia mengiyakan pertanyaan tuannya.

Mark segera bangkit dan mengambil ponselnya untuk memesan beberapa makanan cepat saji. Matanya sedikit melirik ke arah Haechan yang nampak berantakan namun sunggu menggairahkan.

"Ah tuan, bisakah kita memasak?" Mark langsung menatap ke arah Haechan dengan menaikkan satu alisnya, Haechan yang merasa salah bicara langsung menundukkan kepalanya.

"Jangan takut. Akku tidak memiliki bahan makanan sekalipun. Kalau kau ingin memasak besok saja, nanti aku pesannya beberapa bahan mentah" Haechan segera mengangkat kepalanya dan menatap Mark, sedikit senyuman mengembang dari bibir nya yang masih bengkak.

"Sudah, makanannya akan datang 30 menit lagi, jika tidak datang maka akan aku tutup restoran nya, karena membuat Baby Boy ku menunggu lama." Haechan langsung menatap cengo ke arah Mark.

Haechan berpikir keras tentang pola hidup Mark yang sangat bertolak belakang dengan dirinya. Mark sangat pemarah, sedangkan ia pribadi yang cukup sabar.

Setelah 30 menit Mark dan Haechan yang terdiam dengan pikiran masing-masing terdengar suara bel yang di yakini itu makanan mereka.

"Biar aku ambilkan tuan." Ujarnya melangkah pergi namun Mark menarik tangannya.

"Aku tidak suka orang lain menatap punyaku, biar aku yang kesana kau tunggu saja di dapur." Mark segera melepaskan genggaman tanganya dan melangkah ke pintu untuk mengambil pesanan nya.

Haechan kini sudah duduk di kursi, menunggu Mark seperti katanya tadi. Haechan sangat lapar hari ini, setelah pingsan lama karena roti di beri Yuta, ia bahkan belum di beri makanan oleh pemuda Jepang itu.

"Makanlah." Mark memberikan makanan tepat di meja depan Haechan duduk.

"Tuan tidak makan?" Tanyanya gugup.

"Ah tidak, aku sudah kenyang." Haechan yang mendengar hanya tersenyum, dan senyum itu membuat jantung Mark berdetak dua kali lebih cepat.

Haechan segera memakan ayam krispi di depannya dengan lahap, pipi nya mengembung tampak sangat mengemaskan di mata Mark. Ingin Mark mencupit pipi berisi itu namun takut menganggu makan baby boy nya.

"Ku lihat kau masih pelajar?" Haechan hanya mengangguk tanpa mengiyakan.

"Umur mu berapa?" Haechan memberi isyarat dengan jarinya.

"17 tahun?" Haechan kembali mengangguk.

Mark masih berpikir siapa yang tega menjual anak se imut Haechan, andai mark orang tuanya pasti ia akan menjaga Haechan.

.
.
.

TBC

Posesif Daddy || MARKCHAN (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang