happy reading
.
.
Tap!
Yoshi berjalan pada koridor rumah sakit mewah yang tampak ramai, di luar hujan deras membuat suasana rumah sakit itu sedikit mencekam, meskipun rumah sakit mewah, tidak menutup kemungkinan hawanya akan sama seperti rumah sakit pada umumnya.
Yoshi sudah mengetahui nomor ruang rawat Asahi, jadi ia hanya perlu melangkah untuk mencari nomor ruang itu tanpa perlu berhenti untuk bertanya ruang rawat Asahi.
Ceklek!
Seluruh atensi ruang rawat tertuju pada sosok Yoshi yang baru saja membuka pintu ruang rawat tersebut. Keadaan di dalam sedikit menegangkan, terlebih pada tengah-tengah dimana Asahi terbaring lemah dengan banyak alat medis yang tertempel pada tubuhnya.
"Dari mana saja kamu?" Ayah Asahi berdiri dan menghampiri Yoshi dengan sorot mata penuh amarah.
"Dari mana lagi selain bertemu Junkyu." Ibu Asahi menjawab dari ujung ruangan. Mata sembabnya masih terlihat.
Bugh!
Badan tegak Yoshi langsung tersungkur dan sontak melotot saat satu bogeman mengenai pipi sebelah kanannya.
Dari sudut bibirnya, dapat di lihat darah segar yang perlahan mengalir. Di tambah dengan warna biru pada pipi bagian kanannya, tepat di mana satu bogeman terkena dirinya.
"Apa apaan ini?!"
Suara seruan dengan nada tinggi itu berasal dari belakang Yoshi, dimana tepat disana, tuan Kanemoto berdiri dengan wajah memerah padam, di susul sang istri di belakangnya.
Emosi tuan Kanemoto memuncak saat melihat anaknya di tersungkur di lantai akibat perbuatan Tuan Hamada.
"Salah anak saya apa?!" Suasana rumah sakit itu semakin mencekam, tidak mempedulikan seorang sedang terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang rumah sakit dengan segala alat medis terhubung ke tubuhnya.
"Salah anak anda?!" Tanya tuan Hamada, "Tanyakan padanya apa yang sudah dia lakukan bersama jalang rendahan itu?! Tanyakan padanya kenapa dia lebih memilih jalang itu dari anak saya?! Tanyakan padanya kenapa harus anak saya yang menjadi korbannya?! Tanyakan! TANYAKAN!"
Tuan Kanemoto menatap tidak percaya pada tuan Hamada, andai nonya Kanemoto tidak menahan tangannya, mungkin sebuah pertikaian dengan adu bogeman akan terjadi di rumah sakit ini.
"Ini bukan salah anak saya asal kalian tau! Anak saya tidak pernah berfikir untuk membuat Asahi ada di sini! Anak saya tidak berniat membela Junkyu—"
"Lalu apa tadi?!" Pertikaiannya semakin memanas. Belum sempat tuan Kanemoto menyelesaikan ucapannya, tuan Hamada sudah lebih dulu memotongnya.
Lantas, amarah tuan Kanemoto semakin bertambah, nyonya Kanemoto sampai sekuat tenaga menahan perhelangan tangan suaminya. Biar bagaimanapun, perkelahian tidak boleh menyeret suaminya.
"Ternyata benar, keluarga Kanemoto itu menjijikkan!"
"JAGA BICARA MU!"
Bugh!
Prakk!
"Ayah berhenti—"
"Asal kamu tau keluarga Hamada lebiu menjijikkan dari itu!"
Bugh!
"Kalian para keluarga Hamada hanya tau menjatuhkan para pengusaha kecil dan memfitnah perusahan yang berkembang pesat! Kalian licik."
Setelah dua bogeman mentah yang di berikan tuan Kanemoto sehingga sekarang, tuan Hamada terbaring lemah tidak berdaya, saat itulah niat memberi kekerasan fisik perlahan surut
Emosinya memang tidak bisa di kontrol lagi apabila lawan bicaranya berani secara terang-terangan menyenggol tentang keluarganya. Bahkan, nyonya Kanemoto sekalipun tidak bisa menahannya.
Keluarga Kanemoto memang terkenal dengan sebutan keluarga singa. Diam apabila tidak di ganggu, namun liar apabila sudah di ganggu.
"Dan kalian pikir apa?! Kami akan memohon maaf atas semua yang terjadi?!" Tuan Kanemoto mendecih. "Keluarga Kanemoto tidak pernah melakukan hal sekeji itu."
"TUAN KANEMOTO!"
"Apa?! Ingin membantah?! Simpan saja seluruh kata kata tidak bermutu kalian untuk bekerja setelah kalian bangkrut! Ini memang pantas untuk kelian! Dan ingat jangan pernah menyalahkan anak kami jangan pernah merendahkan anak kami,"
Seharusnya, suster dan dokter yang ada di sana menengahi apa yang terjadi. Tapi, jangankan mereka. Nyonya Kanemoto dan Yoshi pun hanya diam tak berani menghentikan hal tersebut.
"Ingat tuan Hamada, mulai detik ini hubungan pekerjaan dan hubungan baik kita berakhir!" Tegasnya. Ia segera berbalik dan langsung menarik tangan istri serta anaknya.
Namun, saat berada di ambang pintu, tuan Kanemoto berhenti. Tanpa berbalik belakang ia kemudian mengatakan, "dan jika anakmu sadar, katakan padanya, jangan pernah berharap bisa menikah dengan anak kami."
~o0o~
Di selimuti warna putih yang mendominasi, dua orang pemuda dengan tanah kelahiran berbeda tampak duduk berhadapan di temani dua cangkir kopi yang masih mengeluarkan asap panas.
Meski sudah lumayan lama, dua kopi itu belum berkurang sedikitpun. Sekalipun kopi itu merupakan kopi mahal.
"Bagaimana kabarmu Yoshi?"
Hyunsuk lebih dulu memecahkan keheningan, lantas pertanyaan yang baru saja ia lontarkan di balas oleh sebuah helaan nafas.
"Seperti yang kamu lihat." Jawabnya pelan. "Langsung saja Hyunsuk, tujuanmu apa?"
Hyunsuk meminum kopi disana sebentar, sebelum matanya kembali menatap serius ke mata Yoshi.
"Tentang Junkyu—"
BRAK!
Ucapan Hyunsuk terhenti sewaktu Yoshi menggebrak mejanya dengan cukup keras. Mata nyalangnya langsung menatap tajam ke arah Hyunsuk.
"Jangan bicarakan dia lagi—"
"Kenapa?"
"Karena dia perusak, pembawa sial, penghancur!"
Hyunsuk menghela nafasnya dengan gusar. Lagi, untuk kesekian kalinya. Matanya berusaha tetap berkontak langsung bersama Yoshi.
"Harusnya aku datang ke mari dengan perasaan emosi Yoshi, kamu lah yang telah merusak Junkyu, menghancurkan Junkyu," kata Hyunsuk pelan.
"Kenapa lagi lagi aku? Hyunsuk kamu temanku sewaktu sma dulu, kamu tau kan apa yang terjadi, kamu tau kan alasan ku pergi? Lalu kenapa kamu sekarang menyalahkan diriku?"
"Yoshi aku masih ingat semuanya, aku masih ingat tentang perlakuan Junkyu, aku masih ingat tentang bagaimana Junkyu menyianyiakanmu, tapi tidakkah kamu berfikir bagaimana Junkyu berusaha memperbaiki semuanya? Tidakkah kamu lihat bagaimana usaha Junkyu untuk bisa bersamamu kembali? Ku harap kamu tidak lupa Yoshi, Junkyu tidak punya siapa siapa, Junkyu selalu kesepian—"
"Dia punya Haruto!"
"Apa yang kamu harapkan dari Haruto?! Aku tatrena dia masih belum paham dengan hatinya, bukan karena dia merasa nyaman, bukan karena dia merasa butuh."
Yoshi tertohok. Untuk persekian detik, ia hanya diam sambil menatap kosong ke arah luar kafe, berusaha untuk menghindari tatapan menusuk seorang Hyunsuk.
"Aku tau kamu tidak bodoh Yoshi, kamu tidak hebat untuk menyembunyikan perasaanmu pada Junkyu, kamu tidak hebat untuk berpura pura mencintai orang lain, karena nyatanya sampai kapanpun kamu masih mencintai Junkyu, hanya Junkyu."
"Yoshi tidakkah kamu berfikir tentang ucapanmu kemarin pada Junkyu—"
Mata Yoshi melebar sempurna. "Dari mana kamu tau?"
"Junkyu datang padaku Yoshi! Junkyu menangis dan berusaha mengakhiri dirinya sendiri, Junkyu rapuh, saat melihatnya.... aku kecewa padamu."
"Aku tau pasti kamu belum lupa pada janjimu pada orang tua Junkyu, aku tau pasti kamu tidak lupa pada trauma yang di alami Junkyu, tapi kenapa kamu mengatakannya? Kenapa kamu tidak mempercayainya? Mengapa kamu tega mengatainya pembunuh?"
"Yoshi kamu sadarkan kalau seluruh kata katamu telah membuat Junkyu mengalami kembali traumanya, Yoshi bagaimana bisa kamu tega melakukannya, apa kamu lihat Asahi? Berapa banyak orang yang menolongnya, berapa banyak orang yang peduli padanya.... sementara Junkyu? Dia sendiri, menangis dengan tubuh penuh luka, bahkan lukanya yang belum kering harus terkena air hujan secara langsung... Yoshi kenapa kamu tega? Kenapa kamu menjadi orang yang tidak punya hati? Kenapa Yoshi?"
"Kemarin Junkyu datang padaku dengan kondisi yang mengenaskan, badan menggigil dan basah, luka dimana mana dan air mata yang belum berhenti mengalir, bibirnya bahkan bergetar hanya untuk mengatakan 'aku bukan pembunuh', dia bahkan mengambil pisau dan hampir membunuh dirinya sendiri, setega itu kamu pada Junkyu? Apa seperti itu caramu memandang Junkyu sekarang?"
Ya Yoshi tau kali ini dirinya kelewat batas atas apa yang telah ia lakukan. Bagaimana bisa ia membiarkan Junkyu kesakitan seperti itu.
Dulu, bahkan dalam mimpinya sekalipun Yoshi tidak pernah berfikir untuk melakukan hal itu.
Yoshi ingin menyesal.
Yoshi ingin meminta maaf.
Namun, sesuatu dalam dirinya membuatnya enggan melakukan hal tersebut.
Ia lebih memilih menghela nafas dengan gusar.
"Itu hal yang pantas untuk dia dapatkan, bukankah begitu? Dia berusaha membunuh orang yang akan menikah denganku, bukankah itu pantas di sebut pembunuh?"
"YOSHI!" Hyunsuk tanpa sadar menaikkan nadanya. "Bukan sudah Junkyu katakan dia bukan pembunuhnya?!"
"Tapi jelas jelas dia ada disana berkelahi bersama Asahi!"
"ITU BUKAN DIA, ITU ORANG SURUHANKU!"
Deg!
Yoshi dengan gemetar mengangkat wajahnya, menatap kearah mata Hyunsuk yang menampilkan sebuah kilatan emosi. Bibirnya bergetar karena terkejut. Rasanya, ia tak bisa menginjak tanah lagi.
J-jadi yang Junkyu katakan benar.
Junkyu bukan pembunuhnya!
Junkyu tidak berbohong!
Bagaimana bisa Yoshi melakukan hal keji itu pada Junkyu?! Menuduhnya telah melakukan pembunuhan!
Yoshi kamu bodoh.
Sekarang bagaimana, kamu telah membuat orang hampir saja mengakhiri hidupnya sendiri.
Orang yang paling besar tempatnya di hatimu.
Bagaimana bisa?
Kenapa baru sekarang kamu menyesal?END/TBC
Hanya sebagai hadiah 20k jumblah readers, thanksss♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Secret Love ; YoshiKyu
Teen Fiction❝𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐠𝐚𝐤 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐭𝐚𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐬 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡.❞ ⚠Warning ⚠ ⚠BxB⚠ YoshiKyu area. #1 in YoshiKyu 201008