•𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐•

4.3K 597 90
                                    

Bagi Yoshi, hal yang paling menyakitkan adalah ketika melihat sendiri orang yang ia cintai menerima cinta dari orang lain. Rasanya seperti jutaan panah menembus dadanya dan mendarat sempurna tepat di ulu hatinya.

Sakit.

Sampai rasa sakit itu tidak bisa di defenisikan.

Pandangan Yoshi lurus kedepan dengan tatapan sendu namun dengan mulut tersenyum. Mata sayunya tak bisa lepas dari pemandangan Junkyu menerima cinta Haruto.

Ya, seperti yang sudah ia janjikan, ia akan menemani Junkyu untuk menerima cinta Haruto.

Padahal, semalam ia sudah menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menahan rasa sakit saat melihar Junkyu resmi menjadi orang lain. Tapi hei! tetap saja rasa sakit itu selalu ada.

Saar ini Yoshi bersembunyi dibalik tembok untuk menatap kegiatan berciuman sebagai awal dari hubungan mereka. Tanpa terasa senyuman yang sedari tadi ia paksakan semakin tinggi, namun dengan mata yang semakin berair.

“Bahagiamu jika melihat Junkyu bahagia, ingat itu Yoshi.” peringatnya pada dirinya sendiri. Mengepalkan tangannya, berusaha yakin dengan apa yang baru saja Ia ucapkan.

Tak lama setelahnya dapat ia lihat Haruto yang mengusak surai legam Junkyu dan beranjak pergi dari sana.

Sepersekian detik setelahnya, Junkyu kemudian menatap kearah Yoshi dengan penuh binar. Pemuda yang lebih muda dari Yoshi itu berjalan dengan penuh kegembiraan. Persis seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan sebuah permen.

Yoshi tersenyum, benar yang ia katakan tadi, kebahagiannya saat melihat Junkyu bahagia. Buktinya hatinya menghangat saat melihat bagaimana senyum diwajah temannya itu.

Walau bukan ia yang membuat senyum itu.

"Yoshi akhirnya aku menjadi pacarnya." Junkyu memuluk tubuh Yoshi dengan erat, berusaha menunjukan betapa ia sangat bahagia, tak tau bahwa dampak dari pelukan tersebut sangat terasa dijantung Yoshi.

"Sudah lama sekali aku berharap, dan sekarang akhirnya aku bersamanya." Junkyu terus bercerita seraya menggandeng tangan Yoshi.

"Dan kamu tau, ciuman pertama ku diambil oleh Haruto." Junkyu tersenyum penuh kegembiraan hingga matanya tak terlihat.

Yoshi ikut tersenyum. Sungguh, Senyum Junkyu memang mampu menularinya. Walau hatinya tetap sakit.

"Ngantin yuk sambil nunggu jam masuk." Tawar Junkyu sembari menatap jam tangan di pergelangan tangan kananna, sementara tangan kirinya masih mengandeng tangan kirinya.

"Biar aku bilang gak kan tetap kamu paksa." Yoshi berujar datar. Meringis setelahnya karena mendapat pukulan dari Junkyu. Tapi, tidak lama ia tertawa pelan.

"Ayoo!" Junkyu menarik tangan Yoshi dengan paksa menuju kantin.

.
.
.


Suasana kantin cukup ramai rupanya, meja meja kantin bahkan hampir penuh. Hanya tersisa dipojokan saja.

Junkyu yang masih menarik tangan Yoshi itu terus berjalan menuju pojokan kantin tempat meja kosong.

Sedari tadi ia mengoceh dan pastinya hampir semua tidak jelas dan lebih pastinya Yoshi selalu mendengarkannya.

Junkyu menghentikan langkahnya. Hendak duduk, namun seseorang lebih dulu memegang tangannya.

Junkyu berbalik, mendapati kekasihnya yang menatapnya dengan sebuah senyuman manis.

Tolong ini tidak baik bagi jantung Junkyu.

"Kamu mau ngantin?" Tanya Haruto.

"Iya." Junkyu tersenyum.

"Sama dia?" Haruto menunjuk Yoshi. "Dia siapa?"

Junkyu ikut menatap kearah Yoshi kemudian berdecak kecil. "Namanya Yoshi dia teman kecilku. Dia sekelas sama kita, kamu gak ingat?"

Haruto ber oh ria. Kemudian kembali menatap Junkyu. "Inget mukanya, tapi lupa namanya. Kamu mau gabung sama geng aku gak?"

Junkyu menatap ke belakang Haruto. Disana terdapat teman teman Haruto yang sedang berbincang bincang.

"Boleh juga." Ucap Junkyu. "Eh tunggu, kalau ngajak Yoshi boleh gak?"

Haruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. "Maaf nih tapi kursi kosongnya sisa satu."

Junkyu ber oh lesu. Lalu berfikir sebentar, sebelum menatap ke arah Yoshi.

"Boleh gak?" Tanyanya.

Yoshi menghela nafas. "Kenapa gak?" Tanya Yoshi. "Dia pacar kamu, lebih baik kamu makan sama dia."

"Makasi ochi." Junkyu tersenyum senang.

Kemudian kembali menatap ke arah Haruto. "Aku mau,"

Haruto tersenyum kecil. Tangannya menarik tangan kecil Junkyu kemudian.

Meninggalkan Yoshi dengan tatapan sendunya dan tubuh patungnya.

“Sendiri lagi ya.” Yoshi tersenyum getir.





—To Be Continued—

[✓] Secret Love ; YoshiKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang