•𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟗•

2.5K 448 20
                                    


Yoshi berjalan dengan riang sembari bersiul merdu, kakinya melangkah dengan ria, seakan hari ini penuh dengan berkah.

Terutama saat melihat sosok manis yang duduk di taman sekolah, sendiri.

Junkyu.

Pemuda manis itu tampak kesepian, Yoshi tampaknya datang diwaktu yang tepat.

Ia berjalan kearah Junkyu, dengan gaya yang lebih terlihat cool. Tangannya ia masukan kedalam celana, kemudian ia berjalan dengan elegan.

"Hai, my sunshine."

Yang dipanggil menolehkan kepalanya, menatap sosok yang baru saja memanggilnya itu.

"Sendiri aja."

Si manis tersenyum ria, kemudian mengisyaratkan Yoshi untuk duduk disebelahnya.

"Duduk di sini."

Yoshi jelas mau menerima ajakan Junkyu, apalagi suara Junkyu tampak begitu merdu dan ramah, seperti biasanya.

"Ngapain disini?" Tanya Yoshi, matanya mengitari setiap ichi wajah Junkyu, tetap sama, sangat cantik.

"Nunggu kamu." Aku si manis.

Yang bernama Yoshi itu mengerutkan keningnya. "Tumben."

Helaan nafas terdengar dari bibir si manis, matanya membalas tatapan Yoshi, sehingga mata mereka sempat bertemu, tapi Yoshi lebih dulu memalingkan wajahnya.

Sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Ada yang mau aku omongin." Kata si manis, tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia jadi gugup sendiri.

Yoshi tersenyum, tampak tulus. "Apa? Mau dimana?"

"Disini aja."

Si manis tampak memutar tubuhnya menghadap kearah Yoshi. Tersenyum lembut, sangat lembut hingga matanya seakan ikut tersenyum.

Melihat itu, Yoshi ikut tersenyum, kedua sudut bibirnya seakan berkedut.

Eh, yang baca juga senyum deng.

"Menurut kamu, siapa aja yang tau cara nanganin ketika trauma ku kambuh?"

Berfikir sejenak, Yoshi kemudian menjawab. "Hanya aku, mungkin."

Si manis tersenyum dengan penuh, sangat penuh, membuat siapa saja yang melihatnya ikut merasakan kedamaian dunia.

"Iya memang kamu." Ungkap si manis. "Kamu tau karena apa?"

Yang ditanyai menggeleng.

"Karena hanya kamu satu satunya orang yang aku percayai, dan kamu orang yang selalu ada disampingku." Ungkap si manis, tersenyum lembut.

Yoshi Specheles.

Hatinya menghangat mendengar hal itu, senyumnya mengembang, bersamaan dengan matanya yang entah kenapa memanas.

"Dan sekarang aku mau nanya lagi." Si manis kembali mengeluarkan suara. "Kenapa semua gambaran kamu hanya ada foto aku?"

Yoshi kaget, namun sepersekian detik setelahnya, ia kembali tersenyum.

"Karena aku suka semua tentang mu, gimana senyummu, manismu, matamu, semuanya." Akunya.

"Lalu kenapa kamu sempat menyembunyikan gambaran itu?"

Yoshi mengarahkan kepalanya keatas langit, entah kenapa matanya udah berair.

"Karena aku takut kamu bakal pikir yang macem macem, apa lagi orang lain, nanti aku takut kamu bakal menjauh dariku karena merasa risih dan sebagainya, apalagi sekarang kamu sudah punya kekasih." Ungkapnya, air matanya tiba tiba turun dari mata sebening mutiaranya.

"Nangis aja kalau emang kamu udah gak kuat." Kata Si manis, Junkyu.

"Gak gak, aku kuat." Yoshi menghapus jejak air matanya yang tadi turun.

"Kamu pernah bilang aku adalah sumber kebahagianmu," Yoshi mengangguk, memang ia pernah mengatakan itu. "Tapi, sekarang lihat, aku membuatmu menangis," Kata si manis.

Mendengar hal itu, sontak Yoshi memegang tangan Junkyu, menggeleng dengan kuat setelahnya.

"Engga Kyu, kamu gak pernah nyakitiku,"

Junkyu ikut tersenyum, memegang tangan Yoshi dengan lembut juga.

"Jadi, apa kamu beneran suka sama aku— bukan hanya sekedar teman, lebih dari itu?" Tanya Junkyu.

"Iya."

Satu balasan dari Yoshi yang mampu membuat Junkyu terdiam.



—to be continued—

[✓] Secret Love ; YoshiKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang