Desiran ombak pantai bagaikan lantunan musik menggulung merdu di telinga, sayup sayup suara keramaian yang seakan menjadi ciri khas pantai juga ikut mengalun merdu.
Tak hanya itu, suara nyaring sosok manis yang bermain disisi pantai itu juga mampu membuat hati terasa tenang, seakan menyapu bersih setiap luka dihati.
Walau pada dasarnya itu hanya obat sementara; bekerja pada waktu singkat, karena setelah itu bakteri jahat akan muncul kembali.
Kita tidak bisa menyalahkan bakteri jahat, mereka juga butuh hidup kan.
"Huuuh,"
Helaan nafas dengan kesan lelah terdengar dari mulut kecil milik Yoshi. Ia duduk diatas hamparan pasir pesisir pantai dengan mengamati Junkyu didepannya.
Hatinya senang, melihat bagaimana antusias seorang Junkyu saat bermain bersama ombak, seakan lepas dari ikatan duniawi yang menghantui.
Disamping rasa senang, ada rasa sakit; sakit saat melihat Junkyu antusias bersama orang lain, bukan dirinya.
Bukankah tadi sudah dikatakan; bahwa obat sakitnya hanya bertahan sebentar karena ada bakteri jahat yang kembali muncul.
Yoshi tidak menyalahkan orang lain itu, menurutnya toh apapun yang terjadi, itu pilihan Junkyu. Ia hanya sebatas seorang pengawal yang menyelamatkan Junkyu ketika ia terjatuh dijurang, bukan seorang yang menuntun jalan Junkyu.
Bukankah takdir terlalu kejam jika kita membicarakan itu?
"Yoshi, gak mau ikut main?"
Ia mendongak, menatap Junkyu yang baru saja mengeluarkan ucapan tersebut; ia tersenyum kecil kemudian.
"Aku lagi gak pingin main ombak."
Bohong, padahal ia tidak ingin menggangu kesenangan Junkyu dan Haruto.
"Aish, kalau gitu lakuin hal lain selain duduk diam disini."
Ia sudah melakukannya Junkyu; karena selain duduk ia juga mengamatimu, mengamati senyum indahmu; meski senyum itu untuk Haruto dan bukan dirinya.
Junkyu lalu mengambil tempat disebelah Yoshi, mengambil botol minum milik Yoshi, kemudian meminumnya.
Tenang saja, itu sudah menjadi kebiasan mereka.
Yoshi mengunci tangannya dibelakang, memejamkan matanya, menikmati angin pantai yang memanjakan kulit maupun telinga.
"Yoshi."
Yoshi berdehem sebagai jawaban, tidak mau menatap wajah orang yang sudah membuat dirinya sakit dan jatuh hati secara bersamaan. Bukan tanpa alasan, ia hanya sedang menikmati angin yang berbisik merdu padanya. Menyuruhnya agar tetap tegar.
"Seperti biasa aku ingin bercerita." Terdapat jeda dalam ucapannya. "Tentang Haruto."
"Aku gak tau harus memulai dari mana," Junkyu menggaruk tengkuknya, berfikir sejenak. "Yoshi kamu tau kan, Haruto bagiku itu berbeda, dia punya cara untuk ngebuat aku merasa nyaman—"
"Aku tau itu terdengar sedikit...... Aneh." Junkyu menghela nafas. "Ya tapi itu kenyataanya, aku selama ini selalu merasa asing diorang lain, kecuali Haruto."
Asing ya?
Jadi selama ini Yoshi apa? Ah! Atau hanya Yoshi saja yang berharap lebih.
"Kamu tau... Haruto itu bagaikan semesta buatku."
Semesta ya?
Pemuda berparas manis itu menoleh ke Yoshi, "kenapa diam aja?" Ia mengeluh. "Aku lagi bicara sama kamu."
Melihat reaksi kosong pada Yoshi, membuatnya menghela nafas lelah.
"Pada akhirnya, Haruto telah merubah diriku."
Ya, merubah.
Merubah Junkyu kecil yang polos dan tak tau tentang cinta, Junkyu polos yang selalu datang setiap hari ke rumah Yoshi untuk bermain, Junkyu polos yang akan menangis jika Yoshi tidak mau memberinya permen.
Sebenarnya Yoshi rindu semua itu, rasa rindu yang terkunci dengan begitu kuat, bahkan tak hancur meski ditumbuk oleh air laut yang begitu kencang.
Ia rindu! Yoshi rindu Junkyu yang dulu, rasa rindu itu ia tumpahkan dalam sekotak peti emas yang terkubur jauh dalam hamparan lautan dengan beribu penjaga didalamnya.
Menjadi harta karun yang mungkin tak kan pernah ditemukan; petanya sudah rusak, rusak karena sang pembajak lautnya sudah memiliki peta baru yang jauh lebih bagus.
Namun, meski sang pembajak laut telah merusak peta harta karun lama itu dan membakarnya hingga tak terbentuk.
Pada akhirnya, Harta karun itu akan terbawa oleh gulungan ombak menuju kedataran.
Sama seperti Yoshi yang terbawa akan janji sang ibunda dari Junkyu yang kini sudah ada di surga.
Yoshi harus berperan dalam menepati janjinya.
Janji untuk selalu menjaga Junkyu jikalau saja Junkyu terjatuh dalam jurang yang penuh dengan monster jahat.
Janji untuk selalu menjaga Junkyu dan memastikan trauma milik Junkyu saat kehilangan ibundanya tak terulang lagi.
Dan janji untuk selalu memberi Junkyu kebahagian, meskipun itu dari orang lain.
Meski ini terlalu menyakitkan. Memilukan. Namun, semua itu selalu Yoshi jalani dan berusaha tepati.
Bukan hanya karena sekedar janji dengan sang Almarhum...
Tapi karena Yoshi juga mencintai Junkyu.
Dan hari ini, cinta Yoshi masih tersimpan dengan apik dalam harta karun rahasia yang terbawa pantai menuju daratan.
Tenang saja, meski harta karun itu sudah di daratan, kuncinya masih tersimpan jauh dan sangat tertutup.
Biarkan saja sampai sekarang cinta Yoshi masih menjadi—
Secret Love.
—to be continued—
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Secret Love ; YoshiKyu
Teen Fiction❝𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐠𝐚𝐤 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐭𝐚𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐬 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡.❞ ⚠Warning ⚠ ⚠BxB⚠ YoshiKyu area. #1 in YoshiKyu 201008