Prakk!!
Lemparan ponsel ke dinding itu mampu membuat wanita paruh baya yang hendak tidur membatalkan niatnya. Ia tau, anaknya adalah seorang yang mampu mengontrol emosinya, jadi jika ponselnya sudah melayang, artinya anaknya sudah diambang batas.
"Asahi. Kali ini masalah apa lagi?"
Asahi melirik sebentar kearah ibunya, sebelum ia kembali menatap jalanan kota dari rumah bertingkatnya.
"Aku hanya bosan dengan ponsel itu, jadi aku membuangnya." Jawabnya, tanpa menoleh pada ibunya.
Wanita paruh baya itu lantas menghela nafas dengan dalam. "Jangan berbohong, katakan ada apa?"
"Aku menyesal malah membuka ponsel dari pada membaca novel yang aku pinjam di perpus tadi. Hanya itu saja." Alasannya tidak akan mampu membuat ibunya percaya, biar bagaimanapun Asahi jarang berbohong, ia susah untuk membuat sandiwara atau sebatas bermain kata.
Namun, jika sudah di ambang batas, ia mampu. Tapi tidak untuk ibunya.
"Apa yang kamu lihat?" Tanya Ibu Asahi.
"Apanya?"
"Yang kamu lihat di ponsel, apa?"
Asahi menghela nafas. "Foto kak Yoshi, bersama jalang rendahan itu."
"Junkyu?"
"Iya."
Wanita itu lalu meletakan tangannya dibahu Asahi, menyalurkan sedikit rasa tenang pada seorang yang kini hanya duduk dengan pandangan lurus kearah jalanan kota.
"Apa kau marah?"
"Tentu."
"Pada siapa?"
Asahi sempa terdiam sejenak. "Keduanya."
"Yoshi juga?"
"Entahlah."
Yang Asahi tau, sekarang ia sedang dibakar rasa emosi yang membara. Biar bagaimanapun, Yoshi sudah membuangnya di jalan dan memilih Junkyu.
Bagaimana bisa ia tidak marah?
"Kenapa marah padanya? Dia adalah buahnya, jika ingin marah, maka yang patut kau marah adalah akarnya."
Ibu Asahi itu tidak senang anaknya di perlakukan seperti itu, ayah Asahi adalah orang berpengaruh di kota ini, Asahi bahkan bisa meminta pada Ayahnya agar Junkyu di usir dari kota ini.
Namun, Ibu Asahi melarang. Bukan tanpa alasan.
"Dari pada diam dan menerima kekalahan mending kamu gunakan kekuasanmu untuk merusak akar dari masalah ini."
Senyum sarkas wanita paruh baya itu mampu menunjukan bahwa ia bukan sedang bermain main, melainkan benar benar menghasut anaknya.
"Jangan kamu membuang akarnya setelah akar itu rusak, bisa saja akar itu tumbuh menjadi sesuatu yang baru."
Pegangan di pundak Asahi semakin mengerat, membuat aura mencekam tersalurkan pada anaknya tersebut.
"Yang perlu kamu lakukan hanyalah membakar akar yang sudah rusak itu sampai menjadi abu."
"Sehingga tidak akan ada lagi yang ingat bahwa abu itu adalah akar yang selama ini menjadi sumber masalahnya."
Tawanya sinis, dan menakutkan.
"Maka dari itu, kebencianmu akan hilang. Bersamaan dengan abu yang tertebangi oleh angin."
"Kamu paham kan?"
—o0o—
Pagi yang indah, tidak seperti biasanya yang akan mendung. Matahari sudah tidak lagi menjadi sosok pemalu yang bersembunyi di balik awan awan tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Secret Love ; YoshiKyu
Novela Juvenil❝𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐠𝐚𝐤 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐭𝐚𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐬 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡.❞ ⚠Warning ⚠ ⚠BxB⚠ YoshiKyu area. #1 in YoshiKyu 201008