Taeyong keluar dari kantor nya pukul 4 sore. Karena memang pekerjaan nya sudah selesai dan ia juga sudah memulangkan doyoung karena kasihan pria pemarah itu terlihat sangat kelelahan karena harus menemani dirinya yang terlalu sering bekerja.
Niatnya, taeyong ingin mampir ke cafe tempat jaehyun bekerja sambil menyusul adiknya yang sepertinya tengah bekerja.
"Selesaikan pekerjaan kalian, kemudian pulanglah" sapa nya kepada karyawan nya yang terlihat bolak balik mengerjakan berkas berkas. Mereka tampak menoleh kemudian menundukan kepalanya.
"Tanggung pak, nanti saya lupa sampai di mana kalau pekerjaan ini saya tunda sampai besok" ujar salah satu karyawan nya. Taeyong tersenyum tipis.
"Ya sudah kerjakan saja. Jangan sampai larut malam ya. Saya pamit pulang dulu" ujar taeyong pamit, sedikit membungkukkan badan nya. Mereka ramai ramai menunduk.
"Mari pak" begitu masuk lift, taeyong segera mengambil ponselnya. Jari jari nya gesit mengetik aplikasi untuk membeli makanan secara online. Memesan tiga porsi martabak dan membagi nya kepada karyawan nanti.
Taeyong menyetir mobil nya menuju cafe jaehyun yang cukup jauh dari kantor nya. Adik nya pasti sangat lelah. Dia hari ini ada pemotretan dan sekarang harus bekerja.
Awal mula jaehyun bekerja adalah ketika Jungkook mengajaknya bekerja di cafe nya, bukan untuk main musik, tapi jadi patung penarik perhatian karena wajah tampannya. Namun ketertarikan nya pada musik membuat dia tertarik mengisi cafe tersebut dengan alunan gitar serta suara beratnya itu.
Cafe cukup lengang, sepertinya jaehyun belum datang. Ia berjalan ke arah etalase kaca yang berisi beragam jenis makanan manis kesukaannya.
"Strawberry milkshake, choco lava, brownies, cupcake" taeyong menoleh ketika mendengar suara yang terdengar familiar di telinga nya.
"Jennie?" Jennie masih menatap ke arah pegawai yang berada di sana. Ia kemudian menoleh.
"Itu kan pesanan mu?" Ujar Jennie. Taeyong tersenyum tipis. menggigit pipi bagian dalam nya.
"Saya kopi sama chesse cake" ujar Jennie. Taeyong kemudian berdiri berdampingan dengan Jennie yang tampak mengeluarkan dompet nya. Begitupula taeyong. Mereka membayar makanan mereka masing masing.
"Mau makan bersama?" Ajak taeyong. Jennie menoleh. Ada banyak yang mereka harus bicarakan. Mereka kemudian memilih duduk di tempat yang berada di ujung.
Begitu jaehyun datang dengan mingyu dan Jungkook, taeyong hanya melirik adik nya yang tidak sadar bahwa dia disini.
"Bagaimana persiapan pernikahan mu?" Ujar taeyong selepas menyeruput strawberry milkshake miliknya. Tatapan nya tampak seperti biasa menatap Jennie. Lembut dan memuja. Bahkan Jennie tidak sanggup melihat tatapan pria bermata doe ini.
"Kami tinggal fitting baju pengantin dan akad" ujar jennie sambil mengunyah chesse cake miliknya. Taeyong mengambil cupcake bergambar Naruto miliknya. Mengigit nya pelan sambil mengangguk angguk kepalanya.
"Cepat juga" ujar nya sambil mengunyah. Ia menatap ke arah tempat Jaehyun yang tengah menyetel gitarnya. Ia tersenyum begitu matanya bertatapan dengan mata sang adik yang terkejut melihat dia dan Jennie tengah duduk berhadapan. Taeyong melambaikan tangannya, pertanda ia tidak apa apa. Ia juga menunjukkan mulutnya yang penuh dengan kue. Jaehyun tersenyum tipis sebelum mulai bernyanyi
"Taeyong, maaf" ujar Jennie pelan. Menundukkan kepalanya sambil meremas kedua tangannya. Taeyong yang tadinya tengah menatap jaehyun menoleh. Menatap wanita yang pernah mengisi hatinya itu.
"Kenapa?" Tanya taeyong santai sambil tetap mengunyah cake nya.
"Aku...aku tidak seharusnya meninggalkan mu. Aku..aku minta maaf" Jennie menundukan kepalanya. Ia siap menerima amarah pria di hadapannya. Ia sadar kalau dia benar benar salah. Ia menduakan pria tampan ini dan bahkan hampir menikah.
"Aku tidak marah, aku hanya sedikit kecewa" bohong. Jika itu sedikit, taeyong tidak akan murung hingga berkali kali mematahkan ujung pulpen nya karena kecewa. Tanyakan pada Johnny atau yuta saja jika tidak percaya.
"Aku hanya tidak bisa berpikir, mengapa harus diam diam. Kau bisa bilang jika memang sudah tidak ingin dengan ku" ujar nya pelan namun terkesan menusuk. Ia meminum strawberry milkshake nya lagi, mencoba agar tetap bersikap tenang.
"Maaf" Jennie hanya bisa bergumam mengucapkan maaf kepada pria yang duduk di hadapannya. Taeyong tampak menghela napas nya.
"Tidak usah meminta maaf. Tidak ada yang salah di sini. Kau hanya mengikuti perasaan mu. Itu tidak bisa disalahkan" ujar taeyong. Jennie tidak bersalah, yang salah hanya waktu. Andai waktu itu taeyong mengerti Jennie ingin lepas dari dirinya, mungkin dia tidak akan seperti ini. Semua karena waktu yang benar benar tidak pas.
"Tidak usah merasa bersalah. Aku masih tetap temanmu. Jangan ragukan itu" ujar taeyong sambil tersenyum. Jennie mengangkat wajahnya, air mata nya masih tampak menggenang.
"Jangan menangis. Masa calon pengantin menangis seperti ini? Nanti mata mu akan bengkak di hari bahagiamu. Jangan menangis, Jennie" Jennie menghapus air mata nya. Pria dihadapannya menerima semuanya dengan lapang dada. Jennie tetap saja merasa bersalah.
Taeyong melirik ke panggung, jaehyun sudah selesai. Ia kemudian mengigit besar brownies miliknya.
"Jaehyun sudah selesai. Jennie aku pamit ya, jangan menangis lagi. Tidak apa apa. Kau harus tetap cantik di hari bahagia mu nanti" ujar taeyong kemudian menghabiskan strawberry milkshake miliknya. Ia menepuk kepala Jennie sekali.
"Berbahagialah, Jennie"
===================================
Bukankah fase terbesar dalam mencintai adalah merelakan? —taeyong
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMANTE
Fanfiction"bubu sayang kalian semua. Di rumah jangan bandel, nurut sama kakak. Pulangnya nanti bubu bawain makan" -taeyong "Bangun, udah jam 7 atau kakak bawa selang air ke atas?" -jaehyun "Mas sama adek udah jangan ribut terus. Bubu sama kakak belum pulang...