me and my broken heart

801 96 3
                                    

"bang anterin bentar yuk" Mark yang sedang memakan semangka menoleh ke arah jeno yang berjalan terseok seok. Adiknya itu sudah tampak rapi. Mau kemana dia sore sore begini? Tumben sekali dia mau keluar rumah.

"Mau kemana lo?" Tanya mark. Jeno melempar kunci mobil ke arah mark.  Mark spontan menerima kunci itu.

"Anterin ketemu karina di cafe. Ada yang harus gue omongin. Gue ga bisa nyetir sendiri dan ga dibolehin sama Lo kan" ujar jeno.

"mau pacaran? Sana lah sendiri. Gue jadi obat nyamuk dong nanti" tolak mark. Jeno berdecak.

"Ayo lah bang, nanti lo duduk dimana lah, bawa earphone lah atau bawa satu buku lah terserah lo mau ngapain yang penting anter gue dulu. Udah janjian nih" mark berdecih. Kapan adiknya sembuh sih, jeno selalu menyuruhnya ini itu bahkan saat hendak berpacaran pun mark harus ikut juga?

"Ya bentar pake hoodie dulu masa kaosan begini" mark meraih hoodie yang terletak di sofa ruang tengah, tadi ia mengantarkan mina pagi pagi jadi hoodie nya masih ia letakkan di sofa ruang tengah..

"Yuk gue anter nih. Makanya cepet sembuh kek elah males gue jadi tukang ojek lo kemana mana" keluh mark sambil membantu adiknya berjalan. Jeno hanya tertawa karena ia tau mark hanya bercanda.

"Sebutin cafe nya dimana, nanti gue anter. Bulanan gue nambah nanti ya?" Jeno mengacungkan jempol.

"Siap bang" mark hanya menggelengkan kepalanya. Memilih untuk menjalankan mobilnya mengikuti petunjuk jeno.

Begitu mereka sampai karina sudah menunggu di kursi sambil meminum minuman miliknya. Wanita cantik yang dapat menjatuhkan hati jeno itu sudah duduk dengan ayu.

"Gue tunggu di sana" ujar mark sambil menunjuk salah satu kursi kosong yang tidak jauh dari mereka. Mark memilih membuka novel miliknya dan memakai earphone di telinganya.

"Gimana kondisi kamu?" Tanya karina. Jeno tersenyum.

"Ya begini aja. Udah bisa jalan normal tanpa bantuan lagi. Bentar lagi juga bisa motor motoran lagi. Kamu? Maaf ya aku batalin semua janji gara gara aku kecelakaan" ujar jeno. Karina tersenyum.

"Ya kenapa sih? Engga apa apa kok. Soalnya kan ini kejadian yang ga bisa kita duga. It's okay, jen. Gapapa jangan minta maaf gitu. Oh iya kenapa kamu ngajak ketemuan di sini. Kan aku bisa main ke rumah sekalian jenguk" jeno hanya tersenyum sambil meminum americano miliknya.


"Ya gapapa. Ada yang harus aku bicarain. Mencari suasana baru, mungkin?" Ujar jeno sambil tertawa kecil. Mark di samping mereka sudah tidak mempedulikan dua insan itu, ia sudah larut kedalam buku yang ia baca.

"Okay" jeno hanya tersenyum melihat karina yang salah tingkah ditatapnya.

"Jangan diliatin kenapa sih, kebiasaan" jeno menunduk. Mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Membiarkan karina menormalkan debaran di dada nya.

"Karin, kamu tau aku jatuh cinta kan sama kamu?" Ujar jeno meletakkan americano nya kemudian bertanya kepada karina secara frontal. Karina bersemu. Mengangguk pelan.

"Iya. Terus?" Tanya Karina yang tidak tau kemana arah pembicaraan dari jeno.

"Do you love me?" Tanya jeno langsung. Karina tersedak minum nya mendapatkan pertanyaan seperti itu. Tidak biasanya jeno bertanya seperti itu.

"Kamu kok nanya itu?" Jeno tersenyum

"Jawab aja. Do you love me or no?" Tanya jeno lagi.

"Yes. I do"gadis itu menjawab pelan dan malu malu. jeno menyeruput kopi nya, mengangguk angguk pelan kemudian meletakan gelas itu sedikit menjauh dari tempat nya tadi menaruh gelas.

"Karina, ayo berhenti untuk saling mencintai" halaman yang hendak di buka oleh mark tiba tiba tidak jadi terbuka. Mark akui ia sedikit terkejut dengan keberanian adiknya untuk memutuskan hubungan yang bahkan belum ia mulai secara tiba tiba.


"Hah? Apa maksud kamu sih jen? Kenapa engga bisa? Dan kenapa kita harus berhenti bahkan kita belum mulai jen" ujar karina tak percaya.

"Tuhan kita beda, karin" karin langsung terdiam begitu jeno menjelaskan alasannya dalam satu kalimat. Alasan paling mendasar diantara sekian banyak perbedaan yang ada di dunia ini. Sebuah alasan kenapa mereka harus berpisah bahkan sebelum mereka memulai semuanya.

"Tapi jen.."

"Karin, ayo berhenti untuk saling mencintai. Aku ngga mau menentang Tuhanku. Aku juga ngga mau kamu menentang tuhanmu. Kita berbeda karin. Aku ngga mau kamu menjadi wanita berdosa dengan  kita bersama" karina menunduk mendengar alasan Jeno.

"Jangan memaksakan segalanya karin. Dari hal yang paling mendasar saja kita sudah berbeda. Apalagi kedepannya. Yang satu tuhan saja tidak berjalan mulus, apalagi kita yang berbeda tuhan" karina menatap ke arah lain agar jeno tidak melihatnya berkaca kaca.

"Ayo berhenti saling mencintai karin. Bertemu lah dengan orang lain yang punya tuhan sama denganmu. Yang bisa diajak beribadah bersama dengan mu. Jangan seperti ku. You deserve better than me, karin" ujar jeno mengusap punggung tangan karina

"We can still be friends if you want. Kalau butuh apapun kamu bisa hubungi aku. Dan emang yang lebih baik kita itu cuma jadi teman , karin. Jangan pernah jatuh cinta sama aku ya?" Mohon jeno. Karina meraih tas nya.


"Aku ngerti jen. Makasih udah ngingetin kalau kita emang ga pernah bisa bersama" karina berjalan meninggalkan cafe itu meninggalkan jeno yang mengurut hidung nya kemudian duduk bersandar di kursi.

"Udah yuk pulang" mark mendekat ke arah adiknya itu, menepuk serta meremas pundak jeno sesekali. Tersenyum tipis mark merangkul bahu adiknya yang pertama kali jatuh cinta namun dipatahkan oleh kenyataan bahwa dia harus dipisahkan oleh iman yang berbeda.

"Mampir toko buku dulu? Apa mau langsung pulang? Jajan aja sepuasnya biar nanti abang traktir"

==============================

Patah hati terparah bukan karena berbeda perasaan, namun berbeda tuhan yang telah memberikan perasaan

DIAMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang