"Joy, tolong bawakan berkas hasil rapat tiga hari lalu ke meja saya. Saya tunggu" ujar taeyong dari balik telepon yang menyambung dengan ruangan yang berada di seberang ruangan nya. Joy, sekretaris yang menjabat selama beberapa tahun terakhir yang juga kekasih Johnny itu menjawab dengan iya pada telepon nya sebagai balasan.
Menutup telepon, taeyong melepas jas berwarna biru navy miliknya, melepas kancing di lengan bawah kemeja nya dan menekuk nya hingga siku. Memperlihatkan lengan yang menunjukkan garis garis biru yang menonjol.
Ia lantas membuka beberapa kancing teratas kemeja nya, selepas membuang dasi nya begitu saja di sana tentu saja.
"Masuk" ujar taeyong yang sedang berada di depan kulkas yang berada di ruangan kerja milik nya itu. Joy dengan kemeja berwarna merah maroon dan rok span berwarna hitam tersebut melangkah masuk.
"Permisi pak, ini berkas yang bapak maksud" taeyong yang terduduk di sofa sambil membuka kopi kaleng milik nya itu.
"Letakkan di situ saja joy" ujar taeyong menenggak kopi nya. Membiarkan cafein itu masuk ke kerongkongan miliknya.
"ada lagi yang bapak perlukan?" Taeyong menggeleng.
"Tidak ada. Pulanglah joy. Atau Johnny akan membunuh ku nanti karena tidak mengizinkan kekasih nya itu untuk pulang" usir taeyong, tentu saja joy menolak. Walau jam kerja sudah usai, tentu saja dia tidak bisa melepas pria yang ia akui tampan ini sendiri. Karena pria ini bisa tidak tidur sampai siang lagi. Apalagi sudah meminum kopi.
"Tidak pak, mari membahas topik untuk rapat bapak saja besok" ujar Joy menawarkan diri nya. Taeyong tersenyum tipis. Joy mengerti dirinya, tentu saja. Bekerja dengan taeyong sudah lama tentu saja membuat wanita itu tahu jatuh bangun nya seorang taeyong membangun perusahaan ini.
Penipuan, penurunan saham secara besar besaran, hingga hampir diserang oleh oknum lawan pernah taeyong alami selama dia menjabat menjadi orang tertinggi di perusahaan ini.
"Johnny sebentar lagi akan menghajarku jika aku tidak membiarkan mu pulang. Pulang lah, bukankah kalian ada janji?" Ujar taeyong. Joy terdiam. Benar juga. Johnny mengajak nya untuk bertemu orang tua nya yang baru saja pulang dari amerika.
"Tapi tidak apa apa pak?" Taeyong menenggak kopinya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya masuk ke dalam saku celana nya.
"Pergilah. Aku bukan anak kecil joy. Aku bisa menangani semua nya sendiri" iya tapi tidak dengan menangani dirimu sendiri pak, lanjut joy dalam hati.
"Ya sudah pak, saya pamit. Nanti jika terjadi apa apa, bapak bisa menelepon saya atau Johnny saja. Mari pak" taeyong hanya mengangguk sekilas kemudian melangkah kembali ke meja nya dengan dua kaleng kopi lagi ditangan nya sementara joy sudah meninggalkan dirinya.
"Hah" ujar nya menghela napas begitu laptop nya terbuka, menampakan wallpaper foto keluarga mereka yang diambil ketika kelulusan sungchan dari sekolah menengah pertama.
Taeyong kemudian Membuka file penting rapat kemarin dengan perusahaan asal Jerman. Ketika jarinya hendak mengetik, tiba tiba bunyi notifikasi dari ponsel mengalihkan perhatian dirinya.
Jaehyun mengirim pesan kepada dirinya.
Jaehyunnie
Dimana?
Kok belum balik?
Perlu je jemput?Taeyong tersenyum tipis begitu mendapat perhatian kecil dari adik nya itu. Belum sempat membalas pesan, sungchan melakukan video call dengan diri nya.
Tertawa kecil, taeyong meletakkan kopi kopi milik nya di bawah kursi, agar mereka tidak melihat perilaku buruk nya.
"Bubu kok belum pulang?" Suara sungchan berseru begitu sambungan telepon video menyambung. Di sana bukan hanya ada sungchan, tapi ada juga mark dan jaehyun. Sementara jeno tidak kelihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMANTE
Fanfiction"bubu sayang kalian semua. Di rumah jangan bandel, nurut sama kakak. Pulangnya nanti bubu bawain makan" -taeyong "Bangun, udah jam 7 atau kakak bawa selang air ke atas?" -jaehyun "Mas sama adek udah jangan ribut terus. Bubu sama kakak belum pulang...