done

951 112 19
                                    

On play : Lee Hi —breathe

"bubu, bangun" lirih Mark di dekat jenazah sang kakak, masih terus menolak kenyataan dan tetap berharap bahwa taeyong akan terbangun dari tidurnya.  Mina bahkan menunda kepergian nya kembali ke Australia, memilih untuk menemani kekasihnya di saat paling buruknya itu.

Mereka tengah berada di rumah utama, tempat persemayaman jenazah taeyong. Semua teman teman taeyong hadir dan tentu saja tidak menyangka jika sahabat mereka yang terkenal baik itu begitu cepat meninggalkan mereka.


"Jen" Karina mengusap telapak tangan pria yang sedari tadi menangis di pojok ruangan. Jeno tetap diam, namun air mata tetap turun dari matanya. Jeno melirik Karina sekilas kemudian kembali menatap lurus ke arah jenazah kakak nya. Dia tidak berkata apapun sejak kepergian sang kakak, terdiam layaknya patung dengan air mata yang terus mengalir.

Sungchan masih enggan melepas genggaman tangan nya dari jasad taeyong yang kini semakin dingin. Jaehyun tengah duduk, mencoba menegarkan dirinya, walau selalu gagal. Rose berada disamping nya. Mengusap punggung tegap Jaehyun. Menguatkan pria tampan itu.

Irene masih tampak tak terima dengan semuanya. Wanita itu masih menangis dengan kencang di pelukan Joy.

Tak lama suara masuk terdengar. Mereka terkaget dengan masuknya seorang anak kecil dengan tas di punggung nya. Kenzo.

Wajahnya benar benar seperti taeyong, dengan mata doe khas taeyong, hidung mancung, bibir tipis, dia benar benar seperti copy-an dari taeyong.

"Mama, papa mana? Kok tidak jadi menjemput Kenzo" Irene langsung memeluk putranya dengan erat. Menangis di pelukan putra tampan nya itu. Tidak hanya Irene, semua bahkan menunduk. Menangis karena taeyong ternyata meninggalkan seorang putra yang masih kecil.


Tadi bibi  mengatakan kalau taeyong tidak bisa menjemput Kenzo. Kenzo tidak tahu kenapa bibi mengeluarkan air mata. Kenzo harus ikut ke rumah papa katanya, untuk bertemu papa. Rumah papa sangat ramai, ada bendera kuning di Depan rumah nya. Tapi dia tidak melihat keberadaan  papa.  Yang ia lihat hanya teman teman papa yang mengusap rambutnya sambil menangis. Ada apa ini? Papa dimana?



Johnny yang tidak tahan kemudian berlutut di hadapan putra tunggal taeyong itu.


"Kenzo, mari bertemu papa" Johnny menuntun Kenzo agar berjalan mendekati jenazah taeyong yang sebentar lagi akan dimakamkan. Sungchan menundukkan kepalanya. Memeluk mark yang juga Tak tahan melihat apa yang akan terjadi.


"Itu papa Kenzo" Johnny menunjuk jasad taeyong kepada kenzo. Kenzo berjalan mendekati peti mati itu. Terdiam melihat sang papa yang terlihat memejamkan matanya dengan nyaman.


"Mama, papa janji kita akan tinggal bersama, bukan? Tapi kenapa papa pergi sendiri?" gumam nya pelan membuat tangis irene semakin pecah. Kenzo menundukkan kepalanya di hadapan sang papa.
Johnny mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencoba menahan tangis nya agar tidak kembali turun.


"Papa janji bakal jemput kenzo, tapi papa sendiri yang minta kenzo antar. Papa kenapa pergi?" Bocah berusia  hampir 8 tahun itu menunduk mengerti, menangis pelan.  Mengerti bahwa papa nya kini benar benar pergi. Bukan lagi pergi bekerja dan lembur di jepang, atau pamit mencari uang di amerika. Kini papanya benar benar pergi meninggalkan dirinya. Tidak bisa lagi mereka bertemu selepas ini.


"Mama" kenzo berlari menjauh dari jasad sang papa, memeluk irene yang juga menangis di pelukannya. Kenzo benar benar mengingatkan dirinya dengan taeyong. Putra nya itu adalah taeyong versi muda.



DIAMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang