"kak, tumben udah pulang?" Taeyong menghampiri adik nya yang tengah duduk di kursi teras. Tumben sekali jaehyun sudah pulang jam segini, biasanya dia di cafe sedang menyetel gitarnya atau tengah bernyanyi bersama Jungkook atau bahkan sibuk dengan kuliahnya bersama mingyu.
"Abang juga tumben di rumah" taeyong mengangkat bahunya. Meletakkan secangkir teh hangat untuk jaehyun, adik nya itu. Ia kemudian duduk di samping jaehyun, menikmati suasana malam yang cukup semilir.
"Abang libur asal kamu tau. Seharian Abang tidur di rumah" pantas saja tadi yuta menanyakan Abang nya kenapa tidak ke kantor. Ternyata oknum taeyong tengah tertidur seharian di rumah.
"Ku kira Abang pergi ke kantor sampai ga pulang" ujar jaehyun. Taeyong menggelengkan kepalanya. Seharian ini dia tidak keluar kamar. Selain memasak sarapan, ia full berada di dalam kamar. Menghabiskan waktu dengan bermain game di komputer nya. Ataupun menonton film yang belum sempat dia tonton.
"Abang di rumah aja kok" mereka terdiam. Mark dan jeno tengah belajar, Mark persiapan masuk ke perguruan tinggi, jeno sedang persiapan olimpiade nya. Sungchan sepertinya anak itu sudah tertidur karena tadi ikut futsal hingga sore menjelang malam.
"Udah lama ya kak kita ga ngobrol berdua" taeyong tersenyum. Menatap lurus ke depan. Menyeruput teh nya.
"Bang" taeyong menoleh. Tersenyum. Jaehyun tengah berpikir sesuatu. Taeyong mengenal pria ini lebih dari siapapun. Dari beberapa hari yang lalu, jaehyun seperti tidak ada hasrat untuk hidup. Uring uringan setiap hari.
"Kenapa je? Abang tau kamu mau bilang sesuatu" Abang. Itu adalah panggilan jaehyun kepada taeyong sebelum ada Mark. Mark kecil senang sekali memanggil dirinya Abang sehingga taeyong hingga saat ini dipanggil bubu.
"Masalah rose? Apa kuliah?" Ujar taeyong. Jaehyun menggigit pipi bagian dalamnya.
"Dua dua nya" jawab jaehyun pelan. Taeyong tersenyum. Kembali menyeruput teh hangat miliknya.
"Go on. Abang siap dengerin" ujar taeyong. Menatap ke depan. Menghindari tatapan sang adik karena akan membuat sang adik semakin gugup.
"Aku minta break sama rose" ujar jaehyun langsung. Taeyong terdiam. Masih menyeruput teh nya pelan. Membiarkan jaehyun bercerita.
"Je pikir je dan rose memang sudah waktunya berakhir. Je merasa sudah tidak tertarik dengan dia. Tapi je takut melepaskan dia. Je bakal susah dapet yang lebih dari Rose, je masih mencintai rose" taeyong mengangkat ujung bibirnya sedikit.
"Kuliah je juga kacau. Je ga bisa fokus sama dosen. Kerjaan je juga kadang telat. Bang, je harus apa?" Taeyong meletakkan teh nya.
"Adek Abang udah gede ya sekarang? Perasaan dulu masih suka marah marah waktu Mark nangis sampai mu di tutup pakai bantal" ledek taeyong. Jaehyun memerah. Ia ingat. Begitu Mark lahir, jaehyun menentang keputusan orang tua nya. Dan benar saja, orang tuanya lebih menghabiskan banyak waktu dengan Mark ketika bayi. Hingga jaehyun merengut dan mengadu kepada abangnya.
"Je, kadang dalam sebuah hubungan ada fase yang namanya bosan. Hubungan ga selalu mulus. Pasti ada titik jenuh nya. Apalagi kamu udah hampir 4 tahun sama rose. Nah kamu lagi mengalami fase itu. Itu wajar je" ujar taeyong. Jaehyun mendengarkan nya baik baik.
"Satu satunya jalan keluar diantara kalian adalah komunikasi. Kamu harus bilang ke rose apa yang sebenarnya kamu rasain. Jangan bikin rose bingung. Lebih baik jujur. Kalau kamu bosan, kamu bilang. Kalau kamu lelah, kamu bilang. Kalau kamu masih sayang, kamu bilang. Hubungan kalian dijalin berdua. Bukan hanya kamu ataupun rose sendirian"
"Bicara sama rose baik baik. Cari jalan keluarnya bersama. Rose pasti ngerti. Bukankah ini pernah terjadi satu tahun lalu? Itu masa bosan rose. Namun kalian tetap sampai sekarang karena rose jujur. Je juga harus bisa jujur. Tapi jangan lupa minta pendapat rose"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMANTE
Fiksi Penggemar"bubu sayang kalian semua. Di rumah jangan bandel, nurut sama kakak. Pulangnya nanti bubu bawain makan" -taeyong "Bangun, udah jam 7 atau kakak bawa selang air ke atas?" -jaehyun "Mas sama adek udah jangan ribut terus. Bubu sama kakak belum pulang...