he's mad

984 127 6
                                    


»on play : try again —d.ear ft jaehyun«

Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi namun tidak ada tanda tanda kepulangan jaehyun ke rumah. Semua saudara nya juga sudah tidur karena telah lelah menunggu. Hanya ada taeyong, yang kini tengah duduk di ruang tengah dalam kegelapan.

Taeyong bukan tidak tahu masalah jaehyun semakin bertambah runyam. Tapi taeyong memilih untuk diam menyaksikan apa yang akan adik nya itu perbuat.

Hampir setengah jam pria tampan itu menunggu, suara mobil terparkir terdengar dari depan pagar. Sudah pasti itu jaehyun pulang. Tangan taeyong terlipat di depan dada nya. Matanya lurus ke arah pintu rumah nya.

"Makasih Gyu, sorry ngerepotin" samar sama terdengar suara jaehyun yang meracau dari pintu. Taeyong hanya diam, dengan wajah datar miliknya begitu melihat jaehyun masuk ke dalam rumah, mengendap ngendap layaknya maling agar tidak terdengar.

"Pukul berapa tuan muda?" Suara taeyong terdengar menyeramkan. Tanpa ada nada berarti. Hanya suara datar yang sontak membuat jaehyun berhenti melangkah. Taeyong berjalan menyalakan lampu ruang tengah.

"Abang belum tidur?" Ujar jaehyun pelan dengan mata merah miliknya. Taeyong mendekat. Memajukan wajah nya mencium aroma napas dan bau tubuh jaehyun. Ini bau yang familiar untuk Indra penciuman nya.

"Club malam eh?" Jaehyun mengigit pipi bagian dalam miliknya karena jujur saja dia sudah takut setengah mati melihat kakak nya menunggu diri nya pulang.

"Kau tahu apa larangan ku?" Tidak ke club, tidak melakukan seks sebelum menikah, tidak pulang larut tanpa izin, dan dia melanggar dua dari ketiga aturan paling dasar di rumah.

"Aku minta maaf. Aku sedang pusing" ujar jaehyun pelan. Taeyong berdecih.

"Pusing? Kau tahu apa yang aku dapatkan beberapa hari terakhir?" Taeyong mengambil beberapa map dari meja yang berada di tempat dia duduk.

"Surat peringatan kontrak, surat dari kampus, laporan kerja di cafe, tagihan kartu kredit, lalu apalagi je?" Tanya taeyong sambil membaca judul judul isi map yang dihadapannya. Jaehyun menunduk. Ia mengaku salah. Ia menghabiskan dua Minggu belakangan nya di klub malam.

"Abang kerja, cuma buat liat kamu mabuk di klub malam?" Taeyong meninggikan suara nya, membanting map yang dia pegang. Mark sampai terbangun dan jeno langsung melepas earphone nya. Mereka langsung keluar dari kamar begitu suara taeyong terdengar hingga lantai atas.

"Bubu kenapa?" Bisik jeno kepada Mark yang juga  keluar dari kamar nya.  Mark menggeleng. Ia sendiri juga tidak tahu.

"Mau apa kamu keluar malem malem? Kalau kamu udah ga mau kuliah, ya udah. Keluar. Abang udah kasih keringanan nilai kamu turun, tapi kamu pake keringanan Abang buat bolos kuliah dua Minggu?" Taeyong berkata dengan nada tinggi. Beruntung sungchan masih tertidur dengan pulas.

"Maaf" jaehyun menundukkan kepalanya. Jujur saja, ini kali pertama kakak nya marah besar kepada dirinya. 

Jadi masalah jaehyun dengan rose tidak kunjung berakhir, malah bertambah runyam. Jaehyun yang ketika kala itu meminta waktu untuk break namun melihat rose bersama pria lain membuatnya kalap. Mereka berkelahi. Rose dan dirinya benar benar bertengkar hebat hingga jaehyun mengatakan kata putus kepada kekasihnya itu. Dan jaehyun sekarang entahlah, dia harus menyesali perkataan nya atau tidak. Dan berakhirlah dia di klub malam, merenungkan diri nya sendiri. Ia tahu ia salah sampai Abang nya marah besar.

"Bubu, kakak, ada apa?" Mark memberanikan diri untuk turun dari lantai dua disusul jeno. Melihat kedua adik nya turun

"ARGHH"

prang

Mereka menghentikan langkahnya begitu taeyong melempar vas bunga di samping nya dengan penuh emosi ke lantai. Jaehyun bahkan memejamkan matanya, ia pikir vas itu akan berakhir di kepala nya.
Mereka tidak pernah melihat taeyong semarah itu.

"Bang" jeno berkata lirih menempel kepada tubuh Mark yang juga masih mematung. Taeyong terduduk di sofa. Mengusap wajah nya.

"Bang, je salah. Je minta maaf" jaehyun berkata lirih. Taeyong melirik pria yang lebih muda itu sekilas kemudian berdiri.

"Bubu, mau kemana?" Jeno berkata begitu melihat taeyong mengambil dompet dan jaket dari kamar nya. Ia kemudian mengambil kunci mobil secara terburu buru. Ia sengaja meninggalkan ponsel nya.

"Bang, ayo kita bicara dulu bang" jaehyun berlari menyusul taeyong yang melangkah keluar dari rumah. Mark dan jeno ikut menyusul taeyong.

"Mau kemana larut malam begini bubu?" Ujar Mark menahan pergerakan tangan taeyong yang hendak membuka pintu mobil.

"Mark, bubu titip rumah" ujar nya kepada mark. Ia kemudian masuk dan menjalankan mobil nya keluar dari rumah. Jeno terdiam. Ia mencium bau aneh dari kakak nya tapi dia hanya diam saja.

"Kakak masuk dulu. Sudah malam" ujar jeno menarik tangan kakak nya pelan. Jaehyun hanya menunduk melihat Mark yang kini tengah menutup gerbang.

"Masuk dulu kak, bubu pasti pulang" ujar nya pelan.

Taeyong mengendarai mobil nya dengan kecepatan super tinggi. Selain karena sudah tidak ada pengguna jalan, dia sendiri hanya ingin menenangkan dirinya. Melarikan diri dari semuanya.

Ia menyetir mobilnya tak tentu arah, ia bahkan tidak tahu ia harus berjalan ke arah mana.

Namun, karena dia tidak melihat apa yang ada di depannya, mobil yang ia pakai oleng dan menabrak trotoar yang berada di hadapannya. Taeyong terantuk alat kemudi, bahkan roda mobilnya naik sebelah ke trotoar. Beruntung tidak ada orang di hadapannya.

Ia menyandarkan kepalanya di kemudi mobil nya. Menghembuskan napas nya pelan. Hampir saja dia masuk rumah sakit.

Ia mengeluarkan sekotak rokok yang memang selalu ia sembunyikan dari adik adik nya. Ia menghirup nikotin itu dengan air mata yang mengalir. Adiknya, sudah berani berbuat hal seperti itu.

Taeyong akui dirinya sudah kelewat batas untuk memarahi jaehyun. Tapi dia sadar bahwa dia  bukan pria baik, tapi taeyong hanya ingin adiknya hidup dengan baik, tidak seperti dirinya. Taeyong memang sudah rusak. Namun ia tidak ingin adiknya ikut rusak. Dia tidak ingin semua nya seperti dirinya.

Batang demi batang taeyong habiskan sambil duduk di mobil yang masih berada di posisi yang sama. Melihat sudah mulai ada orang beraktivitas, karena matahari sudah mulai terbit, taeyong segera membenarkan posisi mobil nya. Ia segera menjalankan mobil miliknya menjauh dari kota ini. Hanya untuk sementara waktu.

Ia butuh ketenangan dari seseorang.

==================================

don't forget to vote and comment, thank you everyone. Happy reading ❤️


Kakak kesayangan kita semua❤️


DIAMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang