Twelve

11 9 2
                                    

"Sesuap lagi ya sayang"

"Gak mau gak enak"

"Ayo sayang,kamu dari pagi belum makan"

"Rey gak mau"rengeknya. "Kepala Rey pusing"lirihnya.

"Kamu tidur lagi ya,peluk Cooky nya"Reyna mengangguk dan kembali tidur bersama boneka kesayangannya.

....

Ceklek

Gilang masuk ke dalam ruangan adiknya berada sekarang.la menatap pilu adiknya yang sedang tertidur dengan infusan ditangannya.Gilang mendekati Reyna dengan membawa buah-buahan untuk adiknya.Sani pergi ke rumah untuk membawa berkas-berkas dan mengerjakannya di rumah sakit.Sedangkan Bima pergi ke lnggris untuk menemui nenek karena neneknya sedang membutuhkannya.

"Hai adik abang yang cantik cepat sembuh ya"Baru saja Gilang menyapa adiknya,suara dering handphonenya menganggunya.

Nata is calling....

"..."

"Gue di rumah sakit"

"..."

"Tumben lo kepo"

"..."

"Adek gue"

"..."

"Hmm"

"..."

"Kenn's Hospital"

Telpon ditutup secara sepihak oleh Nata dari sebrang sana.

Gilang kembali mengusap rambut adiknya,yang benar tertidur pulas.Lalu ia membuka tv mencari-cari film untuk ditontonnya.

20 menit kemudian

Ceklek

Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok Nata dengan mata tajamnya sambil membawa buah-buahan.

"Lah lo ngapain kesini?"Gilang tersentak kaget saat melihat Nata yang tiba-tiba datang.

"Gue disuruh pak iwan ngasih lo tugas"

"Ruangannya lo tau darimana?Rumah sakitnya?"tanya Gilang.

Nata tersenyum sinis. "lni rumah sakit nyokap gue,jadi gue tau lo ada disini"

Seketika Gilang memukul jidatnya,mengapa ia lupa kalau rumah sakit ini milik nyokap Nata.Terlihat jelas nama rumah sakitnya menggunakan nama belakang Nata.

"Adek lo masih punya trauma,jadi lo jangan buat dia sedih"

"Hmm"

"Kalo hujan lo harus disisinya"

"Hmm"

"Dia takut sama hujan"

"Hmm,udah nasehatnya"tanya Gilang.

"Masih banyak"jawab Nata. "Lo harus turutin semua keinginannya"

"lya Nata Syahuddin"gemas Gilang.

"Nama gue Kenn bukan Syafuddin.Lo kali Gilang sepaku Gelang"

"Bangsat,itu lagu anak-anak goblok"

"Tumben lo tau itu lagu anak-anak,atau lo sering nyanyi lagu anak-anak"

"Terserah lo,gue cabut"

"Mau kemana lo?"tanya Nata.

"Jagain adek gue"perintah Gilang dan keluar dari ruangan.Nata berdecak kesal namun ia tetap menjaga Reyna.

Nata tak sengaja melihat sesuatu di tangan Reyna.Gelang dengan 2 huruf.Seketika ingatannya kembali ke masa lalu saat ia pertama kali bertemu dengan Reyna dan memberinya sebuah perjanjian juga sebuah gelang.la tersenyum saat menyadari begitu polosnya dirinya saat kecil.

Nata membenarkan rambut Reyna yang menghalangi wajah cantiknya.la menggenggam erat tangan Reyna,bayangannya saat ia bermain dengan Reyna di runah sakit kembali teringat.

Ia merasa malu saat mengingat waktu ia kecil membuat perjanjian  dengan Reyna yang membuatnya tertawa geli hingga orang tuanya pun selalu melihatnya aneh.

Namun kenyataan pahit telah menghadiri didalam hidupnya,sesuatu yang sangat ia benci.Neneknya merencanakan ingin menikahinya dengan seorang gadis lain yang kebetulan anak dari sahabat neneknya.

Dan juga gadis tersebut satu sekolah dengannya,membuatnya sangat jijik jika melihatnya dengan baju yang bisa dibilang ketat dan pendek sehingga menampilkan bentuk tubuhnya juga dengan wajah kecentilannya yang membuatnya benar-benar ingin melenyapkannya dari muka bumi.

Berbeda jauh dengan Reyna yang selalu memakai baju sopan dan tidak ketat.la tidak suka melihat perempuan yang selalu memamerkan bentuk tubuhnya sehingga banyak pria yang menatapnya kagum.la tidak suka itu,tolong garis bawahi.Yang ia suka hanya perempuan yang selalu menjaga tubuhnya dari pandangan orang.

"Kak Nata"suara Reyna membuatnya tersadar dan segera bertanya.

"Ada apa Rey?"

"Kenapa disini?"tanya Reyna dengan matanya yang sipit karena habis tidur.

"Em..em..mau jenguk"jawab Nata gugup.Reyna manggut-manggut dan mencari keberadaan Sani.

"Mamah kemana?"tanya Reyna yang tak melihat Sani didekatnya.

Nata tampak berpikir untuk menjawabnya hingga satu ide melintas dikepalanya.

"Rey,jalan-jalan yuk"ajaknya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kemana?"

"Keliling rumah sakit"Reyna mengangguk dan Nata membantunya berjalan.

Saat ini mereka berada di taman rumah sakit yang luas.Tanpa Reyna sadari,ia menyenderkan kepalanya ke bahu Nata yang membuat Nata terkejut.Namun kejutan itu ia ganti dengan sebuah senyuman.

"Kak Nata,Rey pusing"lirihnya.

"Sini diurut"Nata memijat kepala Reyna,karena rasanya nyaman Reyna sedikit mengantuk ditambah lagi angin sepoi-sepoi.

"Masih pusing?"tanya Nata.Reyna mengangguk.

"Kita balik ke ruangan lagi ya"

"Gak mau,Rey mau disini"Nata hanya tersenyum lalu kembali memijat kepala Reyna dengan lembut.

"Kak Nata percaya gak kalau orang meninggal bisa bangun lagi"tanya Reyna.

"Kenapa emangnya?"

"Rey,mimpi kakak"

"Kakak lo kenapa?"

Terdengar helaan nafas dari Reyna. "Kakak Rey baik banget sama Rey,tapi..."

"Tapi kenapa?"

"Kakak Rey udah meninggal.Kakak Rey suka masuk kedalam mimpi Rey,dan mimpinya seperti nyata.Terkadang Rey gak mau bangun kalau kakak ada di mimpi"Reyna terlihat sedih dan sesegera mungkin Nata memeluknya.

"Sstt...jangan nangis"Nata memeluknya dan mengusap punggungnya supaya tidak nangis.

Lama Nata mengusap punggung Reyna,dan ternyata Reyna sudah tertidur didalam pulakannya.Nata hanya tersenyum lalu menggendongnya untuk dibawa ke ruangan sebelum diamuk Gilang karena telah membawa adiknya keluar.

Nata masuk kedalam ruangan Reyna dan benar saja disana sudah ada Gilang dengan wajah panik sekaligus marah.

"Lo bawa adek gue kemana"bentak Gilang.

"Ck.Berisik lo,adek lo lagi tidur"kesal Nata,Gilang hanya diam melihat adiknya tertidur digendongan Nata.Nata menidurkan Reyna dengan hati-hati di ranjang rumah sakit,takut Reyna terbangun.

"Udah sana lo pulang"usir Gilang.

"Ngapain gue pulang,lo aja yang pulang sana"usir Nata balik.

"Gue lagi jagain adek gue,jadi lo yang harus pulang"

"Lagian nih rumah sakit punya nyokap gue,kalo gue mau main juga no problem"

Mulai nih debat.

NataNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang