"Ibu.mu.sakit," ucap Vee penuh penekanan disertai tatapan tajam nya pada Lisa.
"Aku tidak peduli!"
"Lisa!!"
"Apa?!" Balas Lisa dengan suara yang tidak kalah dari Vee.
Vee memejamkan matanya menahan amarahnya. Tangan nya sudah mengepal kuat. Tentu saja dia marah. Dia sudah bersusah payah mencari keberadaan Ibunya, hanya demi Lisa, namun gadis itu malah seperti ini. Ia pikir, Lisa akan merasa senang. Tetapi tidak.
Jangan hanya karena Lisa tidak pernah berkata apapun, Vee tidak mengerti. Ia tau semua nya. Segala tentang Lisa ia tau. Vee hanya bersikap dingin dihadapan Lisa, namun ia tidak sedingin itu dibelakang Lisa.
Namun sekarang, Lisa yang berada dihadapan nya, tidak seperti Lisa yang ia kenal. Lisa yang ia kenal tidak akan pernah berteriak pada orang lain. Lisa juga tidak pernah marah dan selalu memaafkan orang lain. Tapi sekarang, Lisa berubah. Gadis itu menjadi pendendam. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan Lisa-nya.
Vee mendekat kearah Lisa dan meletakan kedua tangan nya di bahu Lisa. Kini ia melembutkan tatapan nya.
"Mengertilah," ucap Vee lirih.
Lisa menepis tangan Vee kasar dan menatap nya tajam. "Mengerti? Jadi yang selama ini aku lakukan apa? Memang bener ya, pada dasarnya manusia hanya mau dimengerti, tanpa mengerti. Kamu tidak tau apapun, dan kau sudah berbohong padaku," ucap Lisa.
"Aku berbohong soal apa?"
Lisa mengalihkan tatapan nya pada ibunya beserta Risya secara bergantian. "Mereka!" Ujar Lisa menunjuk kedua wanita itu.
Vee menghela nafasnya dan memijit keningnya. Ia benar-benar lelah saat ini. Namun bukan pilihan yang tepat kalau berdebat dengan Lisa di situasi seperti ini.
Lisa menunduk dan menghapus air mata nya kasar. Ia berjalan kearah pintu dan menarik pintu itu kasar. Sejenak ia terdiam saat ia mengingat, kalau pintu itu telah dikunci Vee.
Lisa hanya berdiri diam tepat didepan pintu. Keadaan ruangan itu sunyi, tidak ada satupun yang mau membuka suara. Perlahan Risya berjalan mendekati Lisa. Ia menepuk bahu Lisa pelan. Lisa tersadar dan melirik kearah tangan Risya yang berada di bahu nya.
"Aku tau, maaf saja tidak cukup, tapi jika memungkinkan, tolong maafkan aku. Karena aku, kau dan Anne menjadi kacau," ucap Risya penuh penyesalan. Lisa tertawa sinis. Ia membalikkan badannya dan menatap Risya meremehkan.
"Setelah semua yang kau lakukan, kau masih berani berbicara padaku." Lisa tersenyum miring. "Jika kau pikir aku akan memaafkan mu, kau salah. Karena aku bukan Lisa si gadis bodoh yang selalu menerima perlakuan buruk orang lain," ucap Lisa penuh penekanan.
Risya menatap Lisa dengan tatapan tidak percaya. Begitu juga dengan Vee dan ibu Lisa.
"Lisa—" Ujar Vee lirih
Risya menggenggam tangan Lisa lembut dan menatap Lisa memohon.
"Maaf."
Lisa menepis tangan Risya kasar. "Jangan menyentuhku."
Lisa berjalan kearah Vee, setelah berada dihadapan pria itu, ia mengadahkan tangan nya.
"Berikan kuncinya," ucap Lisa.
Vee merogoh sakunya dan memberikan kunci itu pada Lisa tanpa menatapnya.
Tanpa berkata apapun lagi, Lisa berlalu pergi. Lisa menutup pintu itu, dan menutup mulutnya, supaya suara tangisnya tidak terdengar.
Lisa berjalan di lorong rumah sakit dengan derai air mata. Saat sudah berada diluar rumah sakit, Lisa berjalan kearah halte. Tidak berapa lama, bus datang dan Lisa langsung menaiki nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Away [END] ✅
Fiksi Remaja"Terkadang aku bertanya pada diriku, kenapa kau bisa menyukaiku." -This story is mine. Dont plagiarisme.-