Author POV
"Selamat pagi Jisoo hyung..."
"Pagi, Seokmin.."
Ini sudah merupakan hari ke-3 semenjak Seokmin memutuskan untuk melalui jalur yang lebih jauh dari pada jalur yang biasa dia ambil. Untuk apa? Tentunya untuk bertemu pujaan hatinya. Bahkan dia sudah afal jadwal buka-tutupnya toko Jisoo ini.
"Ada yang bisa aku bantu, hyung?"
"Hmm, kurasa tidak ada...
Kau datang kesekolah pagi sekali?""Ah- aku ada tugas piket hari ini..."
"Ah... begituu.."
Jisoo memang tak menatap Seokmin saat berbicara sedari tadi. Dia sedang sibuk menjaga keseimbangannya saat menyiram beberapa bunga yang sengaja di letakan lebih tinggi dari pada tinggi badannya, kalau kalian ingat.
Seokmin yang sedari tadi sedikit ngeri melihat Jisoo yang sering oleng kesana kemari, karena bangku kecil yang terbuat dari kayu itu sepertinya sudah lapuk termakan usia.
Seokmin menghampiri Jisoo dan mengambil alih spray dari tangan Jisoo.
"Jangan mengambil resiko hyung... bagaimana kalau kau jatuh?"
Jisoo menoleh, menatap wajah Seokmin dari dekat. Bagaimana wajahnya yang terlihat cerah dan polos. Lalu Jisoo menoleh kearah kirinya, melihat bagaimana lengan Seokmin berada pas di belakang punggungnya. Tak menyentuhnya, namun lebih menjaganya, seakan lengan kekarnya akan siap menangkap Jisoo jika dirinya terjatuh kebelakang.
"Hyung, ada lagi bunga yang harus aku siram?
Hyung..?""Ah- tidak, tidak ada.."
Jisoo menggelengkan kepalanya, berusaha mengembalikan kesadarannya lagi, namun sepertinya dia terlalu bersemangat, hingga bangku kecil itu benar-benar rapuh dan patah.
GREB!
Tangan Seokmin yang sedari tadi mengambang di belakang punggung Jisoo, kini menangkap Jisoo dengan cepat. Menimbulkan urat-urat di lengannya menjadi sedikit timbul di kulitnya.Mereka saling bertatapan sebentar, sebelum akhirnya Jisoo memutuskan untuk bangun dan berdiri setegak mungkin.
"Ah- te-terima kasih karena sudah membantuku.."
"Tidak masalah, hyung.."
"Sepertinya kau harus jalan kesekolah sebelum terlambat.. sampai jumpa, Seokmin."Seokmin yang mendapat dorongan dari Jisoo pun segera mengenakan helmnya dan mengendarai motornya.
Sedangkan Jisoo masih berdiam di pintu masuk setelah menunggu Seokmin pergi.
"Ada apa denganku?"
Lain Jisoo, lain juga dengan Seokmin. Di balik helmnya, terdapat senyuman kemenangan disana.
"Baru pertama kali ini aku berterima kasih pada benda mati, hehehe...."
.
.
.
"Selamat pagi kawan-kawanku!"Seokmin masuk kekelasnya, menepuk kedua pundak sahabatnya dan pacar sahabatnya-- Yuju dan Yoo Han dengan tenaga yang cukup kencang.
"Yak! Lee Seokmin bodoh! Sakit, dasar kuda!"
"Oh? Maafkan aku Yuju hehehehe..."
"Demi Tuhan aku mulai benci mendengar suara tertawamu, Seok!"
"Maafkan aku yaa... hehehehe"
"Aish, si kuda gila ini-!"
Umpatan Yuju berhenti setelah Yoo Han meletakan telapak tangannya di lengan Yuju, dan menggelengkan kepalanya seakan memberi isyarat untuk memaklumi sahabatnya itu.
"Jadi kawanku, apa yang membuatmu sangat bersemangat hari ini?"
Pertanyaan itulah yang sebenarnya dia tunggu-tunggu. Beruntung Yoo Han bertanya. Seokmin langsung menegakkan tubuhnya dan tersenyum lebar.
"Aku... menyukai seseorang..."
"Oh... menyukai seseorang...
APAA?!"Yuju dan Yoo Han berteriak sekencang mungkin karena refleks.
"Wow wow.. ada apa dengan reaksi kalian itu?"
"A-aku hanya terkejut, orang yang selalu menolak pernyataan cinta, kali ini datang pagi-pagi dan bilang dia menyukai seseorang?!"
Bagaimana Yuju tak terkejut? Selama lebih dari 10 tahun dia berkawan dengan Seokmin, dan baru pertama kali ini dia mendengar kata 'aku menyukai seseorang' yang keluar dari mulutnya.
Sedari dulu, Seokmin merupakan siswa yang cukup populer di sekolahnya, karena kepintarannya dalam bidang akademik, kepintarannya dalam bernanyi, dan juga kepintarannya pada beberapa cabang olahraga. Tak heran jika banyak yang menyukainya-- Seokmin memiliki sifat yang sangat baik dan ceria, hingga mereka menyalah artikan kebaikan Seokmin itu. Walaupun begitu, tak ada satupun orang yang bisa menarik penuh perhatian Seokmin. Wajar saja kalau Yuju terkejut.
"Apakah dia sekolah disini?"
"Tidak.."
"Apakah dia manis?"
Seokmin tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Yuju.
"Sangat.."
"Akhirnya Tuhan! Seokmin, aku tak mau tau kau harus mengajakku, aku ingin bertemunya juga! Jadi dia anak sekolah mana?"
"Dia sudah lulus sekolah."
Yuju yang tadinya terus bergerak kesana kemari, menjadi diam membisu. Berusaha mencerna apa yang baru saja Seokmin katakan.
"Ma-maksud mu dia lebih tua dari mu? Dari kita?"
Seokmin menggangguk tanda iya. Yuju baru saja membuka mulutnya untuk menanyakan lebih lanjut tentang seseorang yang berhasil mengambil hati Seokmin.
"Yoo Han, tolong bantu aku menutup mulut Yuju sebelum mood ku menjadi buruk karena suaranya yang nyaring itu."
"Yak! Lee Seokmin aku kan mau tau-"
"Yuju mau kekantin? Aku traktir"
"Ehehe... baiklah.."
"Demi Tuhan aku mulai benci mendengar suara tertawamu, Yuju!"
"Kau-!"
"Kalau tidak mau jalan sekarang, aku tidak jadi traktir."
"Yoo Han tunggu akuu! Awas kau, kuda!"
Seokmin sedang tidak mood untuk berdebat dengan teman semasa kecilnya itu. Karena dia tengah sibuk membayangkan wajah Jisoo yang terlihat tegang, kata-katanya menjadi berantakan, dan telinganya yang memerah.
'Awalan yang bagus, Seokmin!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Story -Seoksoo-
Romance"kau tidak tau apa itu cinta?" "tidak.." "kemari, biar ku ajarkan apa itu cinta"