"Date" (6)

1.1K 154 15
                                    

Author POV

"Kemari, biar ku tunjukkan apa itu cinta."

Semua yang Seokmin ucapkan, terasa seperti mantra. Bagaimana kalimat itu, dapat membuat Jisoo ingin mengetahui lebih dalam tentang cinta yang Seokmin maksud. Tangan Seokmin yang dengan sabar menunggu jemari Jisoo untuk bisa dia genggam, dan senyumnya yang teduh. Apakah Seokmin adalah penyihir? Karena iya, Seokmin mampu mnghipnotis Jisoo saat itu juga.

Namun di lain sisi, Jisoo masih percaya dengan arti cinta yang dia rasakan selama ini. Bagaimana semuanya terasa menyakitkan dan menyedihkan. Dia ragu untuk kali ini, seperti mampu mematahkan mantra yang dibuat oleh Seokmin, Jisoo mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Membiarkan tangan Seokmin menunggu tanpa kepastian.

"Tidak perlu Seokmin, aku tak apa-apa. Kau tak perlu melibatkan dirimu seperti itu."

Seokmin memasukan kedua tangannya pada kantong celananya.

"Seokmin, maaf jika tadi aku berbicara yang aneh."

"Tidak aneh sama sekali ,hyung."

"Hyung, kalau kau membutuhkan bantuan, panggil aku, maka aku akan datang."

Jisoo tersenyum tipis, mendengar ucapan Seokmin yang seperti orang bergurau.

"Jika aku membutuhkan bantuan, tapi aku tak memanggilmu?"

"Maka aku akan tetap datang untukmu."

Raut wajah Seokmin seakan menunjukkan bahwa dia serius mengatakannya. Jisoo bisa melihatnya dengan jelas.
.

.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilat berhenti didepan toko milik Jisoo. Orang itu memarkirkan mobilnya dan masuk kedalam toko Jisoo.

"Jisoo?"

Jisoo membalikkan badannya, dan melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan pakaian yang casual berdiri di belakangnya.

"Iya. Tapi tolong panggil aku Joshua."

Jisoo tak perlu tau dari mana laki-laki itu berasal. Sudah pasti dia adalah laki-laki yang dipilihkan oleh eommanya itu.

"Aku Do Hyun Jae. Senang bertemu denganmu."

Jisoo hanya tersenyum tanpa mengeluarkan suara.

"Jadi, apakah sudah siap untuk berkencan, Joshua?"

Jisoo tak menjawab. Dia lebih memilih membereskan tokonya dulu sebentar.

"Ini bukan Kencan Hyun Jae-ssi. Ayo, aku sudah selesai."

Jisoo keluar dari toko tersebut, mendahului Hyun Jae.

"Playing hard to get, Joshua?"

Hyun Jae menaikkan sudut bibirnya, seakan merasa tertatik dengan suatu hal. Tak lain dan tak bukan adalah, Jisoo.

.

.

Selama perjalanan, Jisoo jujur saja tak nyaman dengan situasi saat itu. Bagaimana Hyun Jae itu terus menanyakan hal-hal yang tak Jisoo sukai dan berbicara tak mungkin. Seperti..

"Kenapa kau membuka toko bunga? Eomma mu kan sangat kaya, Joshua.."

"Kalau aku jadi dirimu, aku akan bekerja di tempat eommamu dari pada harus membuka toko."

"Memangnya banyak yang membeli bunga pada zaman sekarang? Bukankah itu terlalu kuno?"

Dan masih banyak lagi. Jisoo tau, maksud dari pertanyaan itu adalah untuk mencairkan suasana. Tapi mengapa harus menyinggung pekerjaanya dan keluarganya?

Mereka sampai di suatu bioskop yang cukup di datangi oleh orang-orang saat itu. Hyun Jae membeli 2 tiket bioskop dengan tema horror. Jujur saja, Jisoo tidak suka dengan Film Horror. Namun Hyun Jae sudah membelikannya. Selama perjalannya film, Hyun Jae terus-terusan berusaha mencari kesempatan dalam kesempitan. Seperti menarik tangan Jisoo untuk menutupi matanya, bersembunyi di punggung Jisoo saat takut, dan masih banyak lagi. Jisoo sungguh tak nyaman.

Setelah selesai menonton bioskop, mereka makan malam di sebuah restoran yang cukup mahal kalau dilihat dari menunya.

Hyun Jae terus berbicara, sedangkan Jisoo hanya membalas seadanya saja. Tiba-tiba, tangan Hyun Jae menggenggam jemari Jisoo.

"Joshua, aku suka berkencan denganmu."

"Aku merasa, kita banyak kecocokan. Bagaimana kalau kita memiliki hubungan yang lebih serius?"

"Hyun Jae, maaf. Tapi aku belum siap untuk memulai hubungan baru."

Jisoo sudah hafal betul dengan situasi ini. Dari yang sebelum-sebelumnya, setelah ditolak, meraka akan marah pada Jisoo. Jisoo sudah sangat paham.

Tiba-tiba saja, Hyun Jae tertawa dan menghempaskan tangan Jisoo dari genggamannya.

"Aku tak paham denganmu Joshua. Aku sudah memberikan semuanya, bahkan kau tak mengeluarkan uang sepeserpun hari ini. Aku yang membayar semuanya. Sangat materialistis, hanya mau enaknya saja. Tapi tak mau di ajak ke hubungan yang lebih serius."

Jisoo tak menyangka bahwa dia akan berbicara sejahat itu. Sejahat-jahatnya laki-laki yang pernah ia temui, Hyun Jae adalah laki-laki yang paling kasar yang pernah Jisoo temui.

"Apa maksudmu?!"

"Kenapa? Kau merasa bahwa kau materialistis?"

Jisoo merasa kesal. Dia pun menyiram wajah Hyun Jae dengan air minum yang ada di atas meja.

"YAK! MEMANG DASAR SIALAN--"

Hyun Jae baru saja mau memukul Jisoo, namun dia kembali mendapatkan siraman teh panas dari seseorang di belakangnya.

"YAKKK!!"

"Ah, maaf. Tanganku tergelincir."

Dan yang tak lain dan tak bukan, orang itu adalah Seokmin.



Their Story -Seoksoo-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang