Author POV
Pagi yang cerah, dengan cahaya yang terang. Masuk menembus jendela dan menyinari sebagian wajah sang florist hingga ia terbangun dari tidurnya.
Ckrek
"Jisoo.. appa berangkat kerja dulu ya... sarapan sudah appa siapkan di meja makan, jangan lupa dimakan."
"Iya appa, terima kasih appa... hati-hati dijalan."
Dan disinilah Jisoo berada, dirumah ayahnya. Sudah 3 hari ini Jisoo menginap dirumah ayahnya, dan sudah 3 hari ini juga ia tak membuka tokonya.
Dalam 3 hari ini, tak ada hari yang ia lewati tanpa menangis di malam hari, bahkan ia seperti tak ada semangat hidupnya.
Yang dia lakukan biasanya pergi ke meja makan untuk sarapan, mandi, dan menonton tv. Saat sore, dia biasanya memasak untuknya dan appanya, kemudian mandi lagi dan kembali ke kamarnya.
.
.
Kini, Jisoo dan ayahnha tengah makan malam di meja makan. Tapi nampaknya Jisoo tak ada nafsu untuk makan, terlihat dari gerak-geriknya yang hanya mengaduk makanan itu tanpa ada 1 suap pun yang masuk kedalam mulutnya.
"Jisoo.."
"Iya appa?"
"Kau sedang ada masalah?"
Jisoo mengangguk dan tangannya masih mengaduk asal makanannya.
"Mau cerita pada appa?"
Jisoo meletakan sendoknya dan menatap lesu ayahnya.
"Aku... menyukai seseorang, dan dia juga menyukaiku. Tapi waktu itu, aku menemukamnya tengah berpegangan tangan dengan orang lain."
Jisoo lebih dekat dengan ayahnya di bandingkan dengan ibunya. Ia lebih banyak menyampaikan keluh kesahnya pada ayahnya. Jadi jangan heran jika Jisoo terlihat sangat terbuka saat ini.
"Lalu?"
"Lalu aku pergi kerumah appa."
"Ah, itu alasan mengapa pada saat appa pulang, hidung dan matamu merah? Karena habis menangis?"
Jisoo mengangguk pelan.
"Jisoo, kau menyukainya?"
"Sangat."
"Dan apa menurutmu, dia juga menyukaimu?"
"Iya."
"Kalau begitu temui dia."
"Apa?"
Jisoo menatap ayahnya dengan tatapan tak percaya. Saat ia mati-matian menghindari Seokmin, ayahnya dengan mudah menyuruhnya untuk menemui Seokmin.
"Yang kau lihat belum tentu adalah hal yang sebenarnya Jisoo. Bagaimana kalau orang itu adalah saudaranya? Kau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Temui dia, dan tanyakan kebenarannya."
Jisoo masih diam, menatap ayahnya seperti tatapan yang menunjukan bahwa dia tidak setuju dengan ucapan ayahnya.
"Kau mau pisah dengannya?"
"Tidak, tentu tidak!"
"Kalau begitu jangan menatap appa seperti itu. Kau hanya membuang-buang waktu disini, Jisoo. Menangisi hal yang bahkan belum tentu terjadi. Pemikiranmu sendirilah yang menghancurkanmu. Jadi dengarkan appa, lakukan yang appa katakan, dan bawa dia kemari. Appa mau kenal dengan orang yang beruntung karena sudah mendapati hati anak appa ini. Okey?"
Jisoo mengangguk pasrah.
"Iya, appa."
"Sekarang habiskan makananmu."
"Appa.."
"Apa lagi Hong Jisoo?"
"Appa mencintai eomma?"
"Tentu."
"Lalu kenapa kalian bercerai?"
Ayah Jisoo terdiam. Ia meletakan alat makannya dan meminum segelas air untuk sekedar membasahi tenggorokannya.
"Aku selalu menanyakan ini, tapi appa selalu menolak untuk menjawab."
"Hhh... Baiklah, appa akan menceritakannya padamu."
Ayah Jisoo sedikit berdehem sebelum memulai menceritakan tentang masa lalunya.
"Appa dan eommamu hanya berpacaran sekitar 5 bulan dan setelahnya, kami menikah. Saat itu, kakekmu sangat ingin eommamu menikah dan melihat eommamu memiliki anak, karena ia sudah sakit-sakitan saat itu."
"Namun sepertinya kita terlalu cepat dalam status pernikahan ini, hingga akhirnya kami sering bertengkar. Appa menyuruh eommamu untuk berhenti bekerja dan merawat mu dirumah, tapi dia tidak mau. Kau tau eommamu sangat suka dengan pekerjaannya. Hingga pada akhirnya, saat kau berusia 10 tahun, eomma mu ingin bercerai dan appa menyetujuinya."
"Kenapa? Appa bilang appa mencintai eomma."
Ayah Jisoo tersenyum, ia mengelus kepala Jisoo. Anaknya ini selalu sama, sangat polos.
"Appa mencintainya, oleh karena itu appa mengikhlaskannya. Cinta tidak harus memiliki, tapi setidaknya appa sudah coba untuk memperjuangkannya."
Jisoo lagi dan lagi di buat terkesan oleh ayahnya.
"Oleh sebab itu, appa mau kau memperjuangkan cintamu, okey?"
"Hm, aku coba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Story -Seoksoo-
Romance"kau tidak tau apa itu cinta?" "tidak.." "kemari, biar ku ajarkan apa itu cinta"