Dinner (12)

960 145 12
                                    

Author POV

Akhirnya waktu makan malam antara keluarga Seokmin dan Yuju pun terlaksana malam ini. Makan malam di laksanakan dirumah megah milik keluarga Lee.

Seokmin baru saja selesai mandi dan ia tengah memilih baju apa yang akan ia kenakan malam ini. Sebenarnya, Seokmin ingin menggunakan kaos biasa, namun tiba-tiba ayahnya datang dan menyuruh Seokmin untuk menggunakan pakaian yang rapih, seperti kemeja. Padahal menurut Seokmin, kaus oblong dan celana panjang sudah termasuk dalam golongan pakaian sopan baginya.

Kini mereka tengah berkumpul di meja makan yang amat panjang milik keluarga Lee, memakan steak beralatkan garpuh dan pisau sambil sesekali melempar canda tawa disana. Tak ada Seokmin dan Yuju yang bertengkar malam ini, karena mereka harus menjaga image mereka di depan orang tua mereka.

"Ah iya Seokmin, setelah lulus sekolah, kau akan kuliah ambil jurusan apa?"

"Dia akan ambil jurusan bisinis. Agar bisa melanjutkan bisnisku nanti."

Pertanyaan ayah Yuju tidak di jawab oleh Seokmin, melainkan oleh ayahnya. Bahkan dirinya baru tau, bahwa dia akan mengambil jurusan itu. Sejujurnya, dia mau mengambil jurusan Seni. Namun apa boleh buat? Dia tak bisa berkata apa-apa lagi jika ayahnya sudah memutuskan begitu.

"Bagaimana dengan Yuju? Dia akan masuk jurusan apa nanti?"

"Aku mau masuk jurusan--"

"Yuju tidak kuliah setelah lulus sekolah."

Yuju, Seokmin, dan Hyo Ri tentu terkejut dengan jawabab dari ayahnya Yuju.

"A-appa? Maksud appa?"

Ayah Yuju meletakan kedua alat makan di atas piring dan mengelap mulutnya dengan serbet berwarna putih.

"Aku dan appamu, Seokmin. Kami ingin menjodohkan kalian, kau dan juga putriku, Yuju. Kalian kan sudah kenal lama, jadi kalian tidak usah mengenal lebih lama lagi kan?"

"P-perjodohan?! Appa! Appa kan tau kalau aku sudah punya pacar!"

"Appa tau pacarmu, tapi appa tidak tau jelas, seperti apa dia. Tidak seperti Seokmin."

Seokmin hanya dia disana, menahan emosinya yang kian bergejolak, membuat rahangnya terlihat mengeras.

"Appa, Yuju tidak mau!"

"Sayang... appa hanya punya Yuju di dunia ini. Yuju mau lihat appa senang kan? Appa tidak tau sampai berapa lama appa bisa bertahan dengan penyakit yang ada di dalam tubuh appa. Appa... appa tidak tau kapan appa akan menemui eomma mu di surga."

"Appa..."

Air mata Yuju sudah mengalir membasahi pipinya. Kecewa, kesal, dan sedih adalah yang ia rasakan saat ini.

"Mungkin ini terlalu mendadak bagi mereka, Tuan Choi. Biarkan mereka berpikir dulu, yakan Seokmin?"
.

.

.

Setelah Yuju dan ayahnya pamit pulang, keluarga Lee masih duduk di tempatnya masing-masing dalam keheningan.

"Appa, aku tidak mau di jodohkan dengan Yuju."

"Kau pikir kau bisa menolaknya?"

"Appa!"

"Appa dan appanya Yuju sudah merencanakan ini sejak lama."

"Kenapa appa merencanakan ini? Karena urusan bisnis? Agar perusahaan kalian berdua untung?"

Jin Wook tak menjawab, dia memilih dia dan menyesap teh yang sudah tak lagi hangat.

"Appa aku ini anakmu! Aku bukan perantara bisnis yang dapat menguntungkan perusahaan kalian!"

"Lee Seokmin! Bisakah kau diam dan menurut apa kata appa?!"

"...Aku kecewa padamu, Tuan Lee."

Seokmin berdiri, mengambil kunci motornya dan pergi. Membiarkan appanya memanggil namanya, tanpa ia tengok sama sekali.

"Hyo Ri, anak mu itu--"

"Biarkan dia pergi. Dia pasti kecewa denganmu, begitu juga dengan aku. Bisa-bisanya kau merencanakan itu tanpa meminta persetujuan dari ku? Aku istrimu dan juga ibu dari anakmu! Berhenti memikirkan tentang perusahaan! Kau tak memikirkan masa depan anak kita? Biarkan dia memilih apa yang dia suka! Ini adalah hidupnya! Aku tak mengerti apa yang kau pikirkan."

Setelah itu, Hyo Ri meninggalkan suaminya yang masih terdiam disana.
.

.

.

Dengan kecepatan tinggi, Seokmin mengendarai sepeda motornya. Membiarkan seluruh tubuhnya basah karena ulah air hujan yang tutun. Entah kemana dia akan pergi. Dadanya terasa sesak karena menahan amarahnya tadi.

Kecepatan motornya ia kurangi ketika melihat siluet dari orang tak ia temui hari ini. Jisoo yang tengah berjalan di trotoar dengan payung melindungi tubuhnya dari hujan. Langkah kaki Jisoo juga berhenti saat melihat Seokmin yang masih setia di atas motornya yang sudah ia matikan beberapa detik yang lalu.

"Seokmin?"

Jisoo menghampiri Seokmin dengan langkah kecilnya dan segera memayungkan Seokmin.

"Seokmin, apa yang kau lakukan malam-malam begini? Bajumu jadi basah semua karena kena hujan... nanti kau sakit--"

Kata-kata Jisoo terpotong ketika Seokmin memeluknya secara tiba-tiba.

"Seokmin... hey, Seokmin ada apa?"

Jisoo berusaha melepaskan pelukan itu, namun Seokmin memeluknya dengan sangat erat.

"... biarkan seperti ini, sebentar saja. Boleh kan, Jisoo hyung?"

Dari suaranya, Jisoo bisa menebak bahwa Seokmin dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Dia menangguk dan menempuk-nepuk punggung Seokmin yang sedikit membungkuk.

Menyadari Jisoo membalas pelukannya, Seokmin semakin menyamankan kepalanya di bahu Jisoo, dan mejamkan matanya, menetralkan nafasnya hingga akhirnya dadanya tak lagi terasa sesak.

Ah, jadi begini rasanya memiliki 'rumah'.


Their Story -Seoksoo-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang