My Deer (10)

1K 140 23
                                    

Author POV

~kring kring~

"Selamat pagi, Jisoo hyung!"

"Pagi, Seokmin!"

Sehari setelah mereka menghabiskan waktu bersama, Seokmin kembali menemui Jisoo di hari berikutnya yang bertepatan pada hari minggu.

Perlu diingatkan apa yang terjadi pada mereka kemarin malam setelah pergi berjalan-jalan.

Jisoo segera lari kedalam gedung apartementnya. Memasuki lift  dan menekan tombol yang berangka 20. Ia mengatur nafasnya dan memegangi dadanya yang terasa adanya ketukan dari dalam. Wajahnya terasa panas dan sedikit merah.

"Hong Jisoo, apa yang baru saja kau katakan tadi? Sunshine? Kau memanggilnya sunshine? Aarghhh!! kenapa kau bodoh sekali, Hong Jisoo!"

Jisoo memarahi dirinya sendiri, hingga lift yang sepi karena hanya ada dirinya sendiri didalam, menjadi terasa ramai karena suara gerutuhannya.

Tak jauh berbeda dengan Jisoo, Seokmin juga lebih tidak waras. Di sepanjang jalan, dia bahkan menyapa pengguna jalan lainnya yang tak dia kenal. Bahkan saat sudah sampai dirumahnya pun, kamarnya yang sudah berantakan semakin terlihat seperti kapal pecah karena saking senangnya dia.

Kembali kepagi ini. Seokmin menghampiri Jisoo yang tengah sibuk menyirami bunga-bunganya.

"Seokmin? Bukankah aku sunshine sekarang?"

Pipi Jisoo di buat merah padam pagi itu. Rasanya dia ingin mengubur wajahnya di dalam tumpukan bunga saja. Dia tau Seokmin akan menggodanya.

"T-tidak tau! Lebih baik kau menyirami bunga itu saja!"

"Baiklah, Jisoo hyung!"

Seokmin mengambil gembor mini dan mulai menyirami bunga yang diletakan lebih tinggi dari pada tinggi badannya Jisoo.

"Hyung, haruskah aku membelikanmu bangku kecil?"

"Hm? Untuk apa?"

"Untukmu agar bisa menyiram bunga ini."

"Tidak perlu, kan ada kau."

Kini Seokminlah yang di buat tersipu malu. Entah Jisoo sengaja merayunya atau tidak, tapi kata-kata itu terucap seakan Jisoo membutuhkan kehadiran Seokmin di kesehariaannya.

"Seokmin.."

"..."

"Seokmin?"

"..."

"Seokmin.."

"Ah? Iya, hyung?"

"Kenapa melamun? Kesini.."

Seokmin meletakan gembor itu dan menghampiri Jisoo.

"Mau ku ajari cara merangkai bunga?"

Seokmin tentu tidak menolak. Dia menganggukan kepalanya dengan cepat dan senyum lebarnya pun mulai terlihat.

"Pertama, kau cari dulu bunga yang mau kau rangkai. Lalu potong bagian bawahnya. Hati-hati, banyak bunga yang batangnya berduri."

"Siap, hyung!"

Dengan sigap, Seokmin mengambil bunga dengan warna yang terang dengan sangat senang.

"Sudah,hyung!"

"Sekarang potong bagian bawahnya, hati- hati jari--"

"Aww..."

Jisoo belum selesai berbicara, tapi hal yang dia takutkan sudah terjadi. Seperti yang sudah Jisoo bilang, banyak bunga yang memiliki duri di bagian batangnya. Namun Seokmin sepertinya tidak memperhatikan itu hingga membuat jari telunjuknya berdarah.

Jisoo langsung menarik tangan Seokmin dan menghisap telunjuknya yang berdarah, tanpa di sadari, bahwa tindakannya itu mengikis jarak antara mereka dan sangat tidak baik untuk kedua jantung mereka.

Seokmin sedari tadi memandang wajah manis Jisoo yang terlihat sedikit khawatir. Dengan alis yang dia tekuk dan bibirnya yang masih menempel di jari Seokmin, menambah sensasi lain di dalam diri Seokmin.

"Jisoo hyung..."

"Hm?"

Jisoo menatap lawan bicaranya. Seakan tatapan mata Seokmin menarik Jisoo lebih dalam, karena pandangan Jisoo hanya terfokus pada matanya. Membuat rasa khawatir yang singgah di dirinya seketika hilang entah kemana.

"Matamu sangat indah.."

Jisoo masih tak berkata apa-apa karena pendangannya sudah terkunci, hanya untuk memandangi wajah Seokmin.

"Matamu... seperti mata rusa, hyung.
Besar dan berbinar."

"Tidak adil jika hanya aku sendiri yang menerima nama panggilan darimu.
Bagaimana kalau kita impas?"

Jisoo masih terdiam dan sedikit memiringkan kepalanya kesamping tanda tak mengerti.

"Bagaimana kalau aku memanggilmu, deer?
My deer.."

Jisoo tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Jantung keduanya semakin berdetak lebih kencang. Bahkan tanpa mereka sadari, jarak antaran mereka kian menipis. Mata yang tadinya saling menatap, kini sibuk memandangi bibir lawannya.

Keduanya menutup mata perlahan, seakan membiarkan bibir mereka bertemu. Semakin dekat... semakin dekat... semakin dekat, dan--

"Kalian ini sedang apa?"

"JEONGHAN? SEUNGCHEOL?"

Baiklah, sepertinya mereka harus menunggu lain waktu.

Their Story -Seoksoo-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang