14. Addicted

3.7K 432 39
                                    

Some Say - Nea
_______

"Kau memberikan pertamamu?!"Kara memekik terkejut. Sebenarnya dia sudah menduganya sejak pertama kali datang ke flat Jihan, akan tetapi mendengarnya langsung dari mulut sahabatnya sendiri Kara seperti tak percaya. Berbeda dengan Somi yang tampak biasa saja, seolah hal yang baru dikatakan Jihan bukan masalah besar.

Dan kenyataannya memang bukan masalah yang patut dibesar-besarkan, hanya saja pertama Jihan sayang sekali jika diberikan kepada laki-laki seperti Jungkook. Kara juga tak menampik kalau Jihan memang harus menerima kesan yang memuaskan— Jungkook sudah pasti memberikan kepuasan pada sahabatnya ini.

"Kenapa kau terkejut begitu? Bukankah kau yang memberikan saran padaku, jika ingin melepas pertamaku setidaknya cari yang berpengalaman agar kesan yang kudapat tidak mengecewakan." Jihan yang berada dikursi penumpang menggerutu sebal.

"Ya, aku memang berkata begitu. Tapi tidak dengan Jungkook juga Jihan."

"Lalu dengan siapa, Taehyung. Begitu?" Seru Jihan asal, yang menyita atensi gadis bermarga Min itu.

"Yang benar saja! Tidak dengan mantanku juga Jihan. Memangnya kau mau seks dengan mantan kekasih sahabatmu sendiri,huh?" Kara berkata begitu, bukan karena dia merasa cemburu. Tapi serius jangan Taehyung, karena menurut Kara Jihan tidak akan sanggup menahan desakan pemuda gila itu— ah, tidak. Jihan pasti sanggup terbukti dengan dia yang bermain dengan Jungkook. Pemuda yang lebih sinting dari mantan kekasihnya itu. Kara hanya tak rela kalau Taehyung juga mendapatkan pertamanya Jihan. Beruntung sekali jika hal tersebut kembali terjadi, cukup Kara saja yang menyerahkan mahkotanya.

"Kalau bisa, kenapa tidak? Bukankah hal yang seperti itu sudah biasa terjadi?" Jihan mengedikan bahunya acuh saat Kara mendelikan matanya.

"Siapa yang mengajarimu berlaku berengsek begitu, Nona manis?" Kara tidak habis pikir bagaimana Jihan yang mulai pandai bersilat lidah.

"Bukankah Jihan banyak berguru denganmu, Kara. Lupa ingatan,ya?" Somi berkata wajah raut polosnya, dan hal tersebut sukses mengundang gelak tawa dari nona manis yang tengah duduk dikursi belakang.

"Mau kupukul kepalamu,huh? Sekalinya berbicara hanya membuatku kesal saja. Kuturuni ditengah jalan saja bagaimana, Somi?" Percayalah, jika Kara hanya bercanda dan tidak benar-benar serius.

"Ini mobilku. Kenapa tidak kau saja yang turun, sana turun cari taksi— jalan kaki bila perlu." Jihan sontak mengudarakan tawanya, baru kali ini mendengar Somi menjawab perkataan Kara dengan begitu lantang.

"Ow, aku tercengang sungguh. Somi, mulutmu mulai aktif ya." Kara tertawa, sampai mobilnya berhenti di parkiran gedung bercat pink. "Tidak jadi aku teraktir. Somi hari kau bayar sendiri!" Cetusnya setelah mematikan mesin mobil, lantas turun meninggalkan Somi dan Jihan. Tak sampai beberapa detik Kara kembali untuk mengambil tas yang masih tertinggal di kursi, lalu menoleh kekursi belakang. "Jihan, kau tidak mau turun? Dengar, aku masih belum selesai menginterogasimu!"

Somi melirik kearah Jihan yang kini mengedikan kedua bahunya. "Kara kedatangan tamu,ya?" Tanya Jihan sambil turun dari mobil tersebut,
Dengan Somi yang tengah merapihkan sedikit rok mininya.

"Seharusnya tidak. Karena datang dan tidak pun dia memang seperti itu." Jawab Somi. Mereka berdua memasuki gedung yang desaign semenarik mungkin untuk kaum perempuan. Hari ini tugas Jihan menemani dua putri merawat tubuh, yang tentu saja Jihan juga turut masuk kedalam katagori putri sebenarnya karena mereke sefrekuensi.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang