09. Heart

3.8K 487 75
                                    

Song: Send it- Austin Mahone 🎶

Song: Send it- Austin Mahone 🎶•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________

Semalam Jungkook benar-benar pulang setelah menghabiskan satu box pizza. Akan tetapi butuh waktu dua setengah jam untuk mengosongkan box tersebut. Dan Jihan juga tidak mempermasalahkan saat pemuda Jeon itu menghabiskan waktu lebih lama di flatnya. Mengingat diluar masih hujan cukup lebat dengan kilat petir yang saling bersautan diatas langit. Jihan tidak mungkin tega untuk mengusir Jungkook dari flatnya.

Menunggu hujan redah, mereka berdua menonton televisi sambil membicarakan prihal Jungkook yang datang tiba-tiba ke flatnya. Pemuda itu berkata 'hanya ingin' dan Jihan hanya mengiyakan saja, sebab gadis itu tidak ingin banyak bertanya.

"Kau melamunkan apa sih? Sejak tadi diam saja." Kara menyenggol lengan Jihan dengan sikunya.

"Hmm?" Jihan menoleh seperti orang yang sedang kebinggungan. "Kau berbicara padaku?" Tanya gadis itu setelah sadar di perhatikan kedua sahabatnya.

"Astaga! Anak ini benar-benar. Di jejalkan apa sih dirimu itu semalam! Sampai terus melamunkan si Jeon itu." Kara berbicara ketus, tapi dengan suara yang tidak begitu keras. Lantaran mereka masih di dalam kelas dengan dosen didepan sana yang sedang fokus menjelaskan materi.

"Tidak kok. Siapa juga yang memikirkan Jungkook! Kara kenapa sih selalu membawa-bawa Jungkook? Kara suka ya dengannya?" Tanya Jihan seraya menaik turunkan alis. Satu jitakan berhasil mendarat apik di keningnya. "Aduh. Sakit ish!"

"Hadiahmu. Biar tahu rasa! Siapa suru bicara sembarangan." Kara berdiri. Saat dosen sudah pamit undur diri dari dalam kelas, "Aku hari ini tidak bisa lama di kampus. Mami memintaku menemaninya melihat-lihat gaun untuk acara besok malam." Kara merapihkan buku-bukunya kedalam tas miliknya.

"Kau bilang tidak ingin ikut keacara seperti itu. Akhirnya ikut juga kan. Kubilang juga apa! lumayan cuci mata siapa tahu dapat jodoh laki-laki bergelimang harta." Seru Jihan. Lantas tertawa melihat ekspresi wajah malas dari Kara. "Kalau Sora sudah pasti ikut. Jadi aku tidak perlu berbicara lagi. Beritahu aku ya, kalau sudah dapat target baru." Jihan tersenyum, seraya bangkit berdiri.

Kara dan Sora menatap raut wajah Jihan. Mereka tahu. Meskipun Jihan tersenyum tulus untuk mereka. Tapi rasanya mereka berdua tidak bisa merasa bahagia untuk itu. "Jihan. Terima kasih!" Kara dan Sora memeluk Jihan. "Aku ingin sekali membawamu ke pesta itu, tapi kalau selalu menolak." Sora menunduk. Ia benci sekali perbedaan kasta seperti ini. Harusnya Jihan juga terlahir dari keluarga Kaya. Agar mereka bebas melakukan apapun dan tidak memikirkan hari esok makan dengan apa.

Tapi Jihan selalu berkata. Banyak uang tidak menjamin hidupku akan bahagia seperti kalian, lagi pula hidup pas-pasan pun aku sudah sangat bersyukur memiliki Ayah dan Ibu yang selalu menghujamiku dengan kasih sayang. dan mereka sangat bersyukur dipertemukan sahabat seperti Jihan. Yang tidak pernah mengeluh meskipun isi dompet hanya tersisa satu lembar.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang