15. Annoyed

2.8K 392 32
                                    

________

Jihan tidak habis pikir bagaimana caranya untuk mempertahankan hati agar tidak terbawa alur permainan yang dia buat sendiri. Sial, presensi Jungkook benar-benar sulit untuk sekedar di abaikan.

"Kau benar-benar ahli dalam memuaskan seorang gadis. Pantas Yeri tidak rela melepasmu, Jeon Jungkook." Jihan mencebik, dia mendorong pelan bahu Jungkook.

Laki-laki tersenyum kecil. "Sepertinya begitu." Tidak menyangkal, respon Jungkook diluar perkiraan Jihan.

"Jujur sekali." Jihan memasukan kotak kondom kedalam bungkusan tadi, "Jangan gunakan benda ini padaku. Aku tidak tertarik. Jeon, dan tidak berniat untuk melakukannya lagi denganmu." Ucap Jihan.

Jungkook mengikuti Jihan dari belakang. Gadis itu memasukan pakaian kotornya kedalam kantung plastik laundry. "Kau marah?" Tanya Jungkook.

Jihan menghentikan pergerakan tangannya, dan berbalik menghadap Jungkook. "Aku?" Jihan menunjuk dirinya sendiri. Lantas Jungkook mengangguk kecil dengan bibir yang dia lipat kedalam. "Wah, sudah gila rupanya." Gadis itu mencebik sambil berkacak pinggang.

Kepalanya berdenyut, tidak percaya dengan apa yang baru saja Jungkook katakan. Bagaimana mungkin Jihan marah dengan sesuatu yang tidak berkaitan denganya, bukan urusan Jihan kalau Jungkook sering bermain bersama gadis lain diluar sana.

"Jungkook. Dengar, aku tidak ada hak untuk marah karena hal itu— kau bebas melakukan apapun diluar sana. Tidak ada kaitannya denganku!" Ucap Jihan menggebu-gebu. Wajahnya terlihat merah.

Jungkook tampak tersenyum kecil. Jihan yang melihat senyuman tersebut, semakin kesal dan mendorong Jungkook. Sengaja menyenggol lengan laku-laki itu. Dia membukakan pintu flat selebar mungkin, seakan menyuruh Jungkook untuk cepat pergi dari kamarnya.

Mengabaikan Jihan, Jungkook justru berbaring santai di ranjang. "Siapa yang memperbolehkanmu untuk tidur disana, Jeon Jungkook!" Jungkook mengeluarkan ponselnya didalam saku, lantas menekam tombol panggil.

"Jimin, jangan ke mansion. Aku tidak pulang— bermalam di ranjang sempit dengan gadis manis lebih terasa menyenangkan." Ucapnya sambil memandang Jihan lekat. Jungkook menghubungi Jimin melalui telepon, sambil merubah posisi tidurnya. Laki-laki itu kembali berkata, "Katakan pada Kakak perempuanku. Untuk bersabar sedikit— akan kubawakan adik ipar yang cantik untuknya." Panggilan terputus.

Jihan membulatkan matanya, apa yang baru saja Jungkook katakan itu tidak ditunjukan untuknya 'kan? Sudah pasti bukan, mana mungkin begitu. Jihan tahu kalau orang kaya pernikahannya sudah diatur sejak lahir. Karena yang dia dengar dan lihat— melalui drama. Para orang kaya mengatur pernikahan yang sesuai dengan kasta, atau bisa dikatakan pernikahan yang menguntungkan untuk kedua belah pihak.

Ya, pihak keluarga sebetulnya. Karena kebanyakan anak-anak mereka menjalaninya dengan terpaksa. Jadi orang kaya itu menyenangkan atau tidak? Jihan jadi ingin tahu apakah Jungkook juga terlibat dengan pernikahan semacam itu. Ah sial, kenapa Jungkook terus menatapnya dengan tatapan aneh sih. Jihan jadi curiga kalau Jungkook sedang merencanakan sesuatu yang melibatkan dirinya.

"Kau lihat apa,huh? Pulang dan temui Kakakmu." Seru Jihan, dan Jungkook tiba-tiba berdiri. Laki-laki itu berjalan kearah Jihan. "Jangan macam-macam. Jeon, kau— mau apa?"

Gadis itu mundur perlahan, Jungkook tersenyum kecil melihat Jihan yang terus mundur tiap kali dia melangkah maju. "Satu langkah lagi. Punggungmu akan membentur tembok, Sayang." Ucap Jungkook. Laki-laki itu menyeringai ketika Jihan sudah tidak lagi memiliki cela untuk kabur darinya. "Mau melangkah kemana lagi, Cantik?"

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang