Part 9 : Aurora, Anjing, dan ayo menikah
*****
"Rora sayang, turun sekarang! Makan!"
Suara Ibu ku mulai berkoar koar siang ini menyuruhku makan aku lapar tapi malas keluar tapi aku ingin makan. Aku bangun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar ku aku menghela napas lelah melihat jejeran tangga yang sudah terpampang di depan ku. Kamar ku memang langsung berhadapan dengan tangga dan kenapa harus tangga? Menuruni tangga itu melelahkan, membuang tenaga ku.
"Aurora cepat turun, Ayahmu sebentar lagi pulang. Dia pulang cepat hari ini," Ujar Ibu seraya membawa piring.
Apa Ibu tak tahu bahwa anak perempuan nya sedang menderita disini, menuruni tangga itu melelahkan, membutuhkan tenaga.
"Cepat turun Aurora," Gemas Ibuku yang melihat ku hanya bengong di ujung tangga.
Aku menuruni satu anak tangga lalu menuruni satu anak tangga lagi dan berhenti di anak tangga kelima aku duduk selonjor seraya merilekskan kaki ku yang terasa pegal,
Kulihat Ibu menepuk dahinya dengan menggunakan telapak tangannya. Seperti nya dia lelah memiliki anak seperti ku.
"Aurora ayo 5 anak tangga lagi. Jumlah anak tangga menuju Asrama mu bahkan jauh lebih banyak daripada ini," Ucap Ibu ku gemas.
Aku menggeleng lesu lalu berbaring di anak tangga dan memilih menggulingkan badanku ke bawah sana dan akhirnya aku sampai di bawah. Aku mendongak menatap wajah ibuku yang terkejut setengah mati seraya mengacak acak rambutnya frustasi melihat kelakuan ku.
Setidaknya dengan menggulingkan badan ku aku tak perlu mengeluarkan tenaga untuk berjalan menuruni 5 anak tangga lagi.
Terdengar suara pintu di buka dari luar disusul suara bariton khas yang ku kenali itu suara siapa.
Itu Ayahku.
Ayahku masuk kedalam dan menemukan aku yang tengah berbaring di lantai dan Ibu ku dengan rambut awut awutan.
"Ada apa ini?" Tanya Ayahku.
Aku yang tengah berbaring ersenyum menatap Ayahku, aku mengulurkan tanganku padanya dan berkata.
"Gendong..." Ucapku pada nya.
Ayah tersenyum lembut seperti biasanya ia mengangkat badanku sehingga aku bangun dan berjongkok menyuruh aku menaiki punggungnya. Aku tanpa menunggu lama segera menaiki punggungnya Ayah dan Ayah menggendong ku sampai ke meja makan yang ada di dekat dapur diikuti oleh Ibu ku yang juga berjalan kesana.
Jarak dari tangga ke meja makan kira kira 8 langkah kaki kurang lebih segitu.
Sampai di meja makan Ayah menurunkan ku di dekat kursi aku duduk di kursi begitu juga dengan Ayah dan Ibu ku.
"Jadi bagaimana kau bisa berbaring dibawah tangga, Rora? Apa lantai lebih enak daripada kasur?" Tanya Ayahku.
Sebelum aku menjawab Ibu ku sudah menyela duluan. "Dia menggulingkan badannya di tangga karena terlalu malas berjalan. Padahal, sisa 5 anak tangga lagi," Ucap Ibu ku.
"Wow! Itu menakjubkan!" Balas Ayahku seraya memberiku dua jempol atas aksiku.
"Bagaimana bila kepala nya terluka nanti! Kau jangan mendukung semua perbuatan nya!" Kesal Ibuku.
"Dan jangan terlalu memanjakan seperti saat tadi kau menggendong nya kesini dia nanti akan semakin manja nanti," Lanjut Ibu ku seraya menyuapkan makanan dari piring padaku.
Aku menerima suapan dari Ibu dengan senang hati, tangan ku kan jadi tak perlu digunakan.
Ayahku mendengus geli pada Ibuku. "Katanya tak usah manjakan Aurora tapi kau sendiri juga memanjakannya," Ucap Ayahku seraya menunjuk Ibuku yang sedang menyuapkan makanan untuk kesekian kalinya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend(Shit) | Ron Weasley (END)
Fanfiction#SHITSERIES 1 Aurora Kirke penyihir berdarah murni yang cita cita nya ingin kaya tapi mageran, pemalas, tukang tidur, dan hobi nya nyusahin Ron. Semua pekerjaan akan terasa lebih mudah bila Ron yang mengerjakannya -Aurora Kirke Azkaban jangan? -Ro...