Halooo... masih ada yang menunggu Luka Cantik? 🙌🏻 Maaf ya baru sempat update. Seperti biasa, lagi sibuk banget di kerjaan 🙏🏻🥺
Mohon koreksi kalau ada typo atau kalimat rancu.
Happy Reading
***
Rafel telah benar-benar berlalu dari kamar, meninggalkan Aiyana yang kini mengedarkan pandangan takjub ke seluruh area penjuru ruangan. Untuk pertama kalinya selama hidup, ia bisa melihat dan berada langsung di tempat seperti ini. Biasanya, ia hanya menyaksikan lewat layar kaca ketika ada iklan-iklan tentang properti yang bernilai miliaran rupiah ataupun tayangan drama yang menceritakan kisah kehidupan orang kaya. Kamar ini bahkan lebih besar dari satu rumahnya yang dibakar lelaki itu. Lantai, dinding, semuanya didominasi oleh marmer mahal berwarna soft cream—membuat segalanya terpeta amat sempurna.Saat pertama membuka mata, meskipun kebingungan di mana dirinya sekarang, Aiyana tidak terlampau memerhatikan. Hatinya terlalu sakit atas pikiran kehilangan setengah jiwanya. Tetapi mengetahui beliau masih hidup, barulah seluruh kesadarannya kembali ke tubuh, dan ia tidak bisa menutupi kekaguman pada kemewahan di sini—termasuk semua pernak-pernik yang tertata bersih nan rapi. Televisi yang dipasang tepat di depan tempat tidur saja rasanya berkali lipat jauh lebih besar dari miliknya di rumah. Ya, sebenarnya apa pun yang ada di sini tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan milik keluarganya. Barangkali kualitas debunya saja beda.
Aiyana tertatih-tatih, kembali berjalan ke arah kasur dan menekankan satu tangannya yang bebas dari luka pada empuknya busa tempat ia sempat dibaringkan. Selimut tebal dan halus, memiliki ranjang yang besar. Bercak darah tampak di beberapa bagian, mungkin nanti ia akan bantu menyucikan spreinya setelah semuanya aman. Sampai detik ini, ia tidak pernah tahu apa tujuan sebenarnya Rafel membawanya ke sini. Dia selalu mengatakan ingin membuatnya menderita—berusaha tidak dipikirkan, biarkan saja mengalir lihat ke depannya. Sebab ia tahu betul alasan mengapa Rafel murka dan teramat membencinya. Selama dia tidak melakukan hal buruk pada Bapak, Aiyana pikir ia akan baik-baik saja. Tidak ada yang lebih penting dari beliau di dunia ini.
Sungguh, lelaki itu tidak bisa diprediksi, misterius, dominan, dan tidak berperasaan. Dia terlihat berkuasa, seolah bisa melakukan apa pun yang diinginkannya. Dengan mudah dia membakar tempat tinggalnya, menghanguskan seluruh benda yang ada di dalam, termasuk dokumen-dokumen penting yang dimiliki. Tapi, Aiyana tidak bisa memungkiri, dia juga memiliki sisi baik. Rafel bisa saja membiarkan dirinya mati mengenaskan saat kalap. Namun, dia sekuat tenaga menghentikan hingga melukai pipi dan tangannya—tanpa protesan. Meski ... bisa dibilang sisi manusiawinya sedikit sekali. Sebab tingkah bak iblisnya jauh lebih mendominasi. Saat Aiyana melihat wajah Ervan yang tengil dan mesum, meskipun dia banyak mengancam, ia biasanya cuma semakin muak dan jijik. Berbeda dengan Rafel. Dia menakutkan. Mungkin karena tubuhnya yang tinggi besar seperti titan. Seakan dalam cengkeraman Rafel, tulang-tulangnya bisa semudah itu dihancurkan.
Dengan kedua kaki yang dibalut perban, Aiyana menyusuri ruang demi ruang baru itu. Rasa sakit dikalahkan oleh perasaan ingin tahu yang besar. Mondar-mandir, walau sesekali tangannya bertumpu pada dinding dan meringis nyeri.
Ke kamar mandi, mengecek ruang ganti yang dilengkapi tempat perapian, terakhir berjalan ke arah jendela dan memerhatikan pemandangan malam di bawahnya yang tampak indah dilengkapi kolam renang kaca memanjang. Lama, ia di sana—melihat-lihat ke area luar yang tidak ditemui rumah lain. Kecuali satu rumah model minimalis yang berada di samping, juga terdapat satu gedung lain yang diisi beberapa mobil mewah tidak jauh dari tempat itu. Ia benar-benar tidak paham lagi di mana dirinya sekarang. Semoga tempat ini masih berada di Indonesia. Aiyana merasa seperti sedang berada di dunia lain—seakan tempat ini jauh dari mana pun kecuali taman luas yang banyak dihiasi oleh pepohonan tinggi yang tak berujung sepanjang mata memandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Pain
RomanceKematian ibunya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Rafel. Keluarganya yang dulu begitu hangat, berubah menjadi dingin dan luluh lantak dalam sekejap mata. Setelah tahun-tahun kelam yang dilewati, pembunuh asli dari kebakaran yang menewaskan ib...