Chapter 27

16.3K 3.4K 927
                                    

Halooo... maaf banget ya baru bisa update setelah 2 minggu menghilang 😒🙏🏻😒

Siapa yang dari kemarin setia nungguin Luka Cantik update? 🙌🏻 tolong koreksinya kalau ada typo atau kalimat keliru.


Happy Reading



*Part Sebelumnya*

Di detik berikutnya, Kayla duduk di pangkuan Rafel, merangkum wajahnya, menatapnya lekat-lekat.

"I miss you, Fel," bisik Kayla serak, "I miss you so much..."

Tak butuh waktu lama, bibir mereka sudah saling menyambut, lidah mereka saling bertaut, memberikan kehangatan satu sama lain di tengah cuaca yang berkabut.

Tidak perlu banyak bicara, keduanya sudah tahu betul ke arah mana ciuman panas dan keras itu akan bermuara. Keduanya ... menikmatinya.

"Apa calon istrimu ada di sini?" disela lumatan, Kayla bertanya tak serius, sebelum melanjutkan isapan-isapan kecil nan terlarangnya di bibir Rafel.

"Iya, dia ada di atas."

Kayla membuka mata, tersentak, langsung menjauhkan wajahnya. "Are you kidding me?!"

"Dia tidur." Saat pias masih menghias paras Kayla, Rafel meraih tengkuknya, kembali menyesap bibirnya yang basah. "She's drunk."

Bernapas agak lega, Kayla membalas ciuman Rafel kembali dan menyeimbangkan belitan liar lidahnya. Mereka sama-sama tenggelam pada gelungan hasrat terlarang—Friends with Benefits yang sulit untuk dilupakan.

"Aku harus minta maaf pada kekasihmu untuk dosa ini," Kayla menggumam serak, seraya meraup napas, masih tak sudi untuk menjauh dari kehangatan yang diberikan Rafel. "Kamu membuatku jadi wanita jahat sekarang. Aku tidak seharusnya melakukan ini."

"Tidak perlu dipikirkan. Dia tidak sepenting itu."

Ucapan Rafel membuat Kayla bahagia sekaligus lega, entah mengapa.


***
Suara geretan pintu, mengusik Aiyana dari tidur nyenyaknya. Ia menggeliat pelan, perlahan membuka mata dan menguceknya sambil berusaha duduk. Ruangan mewah yang hampir satu bulan ini ia tempati, masih membuatnya takjub tatkala netranya menelaah setiap sisi. Rasanya nyaman sekali. Ia seperti hidup dalam dunia mimpi—jika tidak ingat kalau di sini ia adalah seorang tawanan.

"Pagi, bibi..." sapanya serak khas bangun tidur, dengan rambut yang terlihat berantakan. "Jam berapa ini, aku kesiangan ya?"

"Pagi, Non Aiyana," balas Bibi, sambil meletakkan mangkuk sup di meja nakas dan segelas air hangat. "Sebaiknya Nona makan sup ini dulu mumpung masih hangat, kamu terlihat sangat kacau pagi ini."

"Iya bibi, terima kasih banyak ya." Aiyana tersenyum ramah, masih berusaha menggali kesadaran. "Aku kebanyakan tidur kali ya. Kepalaku pening banget."

Bibi berjalan ke arah sliding door kaca dan membuka gordennya agar cahaya matahari menembus ke dalam. "Lagian Non Aiya ada-ada aja. Bibi seumur hidup, belum pernah nyobain cairan seperti itu. Nggak baik buat tubuh juga. Di agama bibi, itu diharamkan."

"Maksud bibi cairan apa? Aku cuma minum jus jeruk, kan nggak pake ekstrak daging babi juga," cetus Aiyana sambil meremas kepalanya, mengernyit tak paham. "Kebanyakan makan daging mahal kali ya? Perutku mungkin belum terbiasa, lagi beradaptasi, tapi malah nyerang kepala."

"Haduh... Nona pasti nggak inget kalau semalam Nona habis mabuk-mabukan," Bibi mendecak, bergegas mendekati, lantas meletakkan mangkuk sup di pangkuan Aiyana. "Nona kenapa mesti pake acara minum alkohol segala sih? Nggak baik tahu. Sekarang makan ini dulu, minum yang banyak, biar hangover-nya cepet sembuh."

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang