Chapter 29

17.6K 3.8K 1.2K
                                    

Haloo... siapa yang nunggu Luka Cantik update? 🙌🏻

Mohon koreksi kalau ada typo atau kalimat rancu. Saran dan kritik selalu terbuka, tapi jika memberi kritik tanpa menyertakan saran, lebih baik nggak usah. Soalnya nggak berguna, bikin sakit hati iya.


Happy Reading



***
Entah mimpi apa Rafel semalam hingga dihadapkan pada situasi mendebarkan ini. Otaknya serasa beku, tidak bisa berpikir sama sekali. Ia bahkan seperti bisa mendengar degub jantungnya sendiri yang bertaluan teramat nyaring.

Aiyana mencoba bermain api. Dia benar-benar cari mati!

Sekarang, Kenny dan Aiyana sudah kembali berhadapan. Kenny yang penasaran, dan Aiyana yang tampak santai tak memedulikan raut Rafel yang dibingkai pias—harap-harap cemas.

"Ada apa, Aiyana? Tadi tidak terlalu jelas," kata Kenny halus, menunggu respons Aiyana yang tidak langsung bicara. "Kamu sudah pernah bertemu Kayla sebelumnya? Benar?"

Rafel meraih pinggang Aiyana yang sempat menjauh, meremas, mendempet tubuhnya hingga tak ada jarak sedikit pun, sementara panik terus bersarang di kepala. Ia tidak bisa membayangkan jika Aiyana membongkar perselingkuhan Kayla dengannya. Bagaimanapun, ini tidak boleh terjadi.

"Aiyana, apa yang ingin kamu katakan padanya?" Rafel menggumam pelan, bibir tersenyum, tetapi suara terdengar sarat ancaman. "Keadaan Bapakmu sudah membaik. Dia merindukanmu."

Berharap Aiyana mengerti bahwa nyawa mereka berdua terancam jika ikut campur urusannya terlalu jauh.

"Apa kamu tidak mau melihat Bapakmu lagi?" Rafel mengangkat satu alis, aura dominannya begitu pekat terasa. "Kamu yang ingin datang ke sini. Jangan membuang-buang waktuku untuk hal tak perlu."

"Fel, jangan berlebihan. Ada yang ingin Aiyana ceritakan padaku. Sabar lah, nggak akan memakan banyak waktu juga, kan," protes Kenny, melihat Rafel yang sejak tadi mendominasi. "Jadi ... ada apa, Aiyana? Jangan pedulikan ucapannya. Dia terlampau cemburu, takut kamu diambil olehku."

Aura Kenny dan Rafel bagai langit dan bumi, sangat berbeda. Meski mereka sama tampan dan tinggi secara fisik, pembawaan Kenny jauh lebih santai. Dia mudah bergaul, hangat, dan ramah. Sementara Rafel sosok yang serius, dingin, dan pemarah.

Persamaan mereka hanya satu; yakni sama-sama menginginkan Kayla.

"Ken, aku akan menonjokmu jika sekali lagi mengatakan omong kosong." Rafel memberi peringatan serius, membayangkan saja ia tidak sudi.

"Tentang tunanganmu ... iya, aku pernah bertemu dengan Kayla." Aiyana mulai bersuara, senyum kian mengembang walau remasan Rafel di pinggang semakin menyakitkan. "Rafel mengenalkannya secara langsung padaku. Dia juga memuji Kayla begitu banyak—membandingkan seberapa banyak kurangnya aku, di hadapan kekasihmu."

"Wow Fel, itu terdengar jahat." Kenny mendecak, menepuk-nepuk lengan Aiyana tanpa sungkan. "Kamu juga cantik, Aiyana. Jangan diambil hati. Mulut Rafel memang belum pernah dibaptis, jadi masih kurang ajar."

"Tidak masalah, Kak, aku tidak keberatan. Nona Kayla memang terlihat luar biasa menawan."

Rafel menyingkirkan tangan Kenny, menghempaskan kesal. "Siapa yang sedang kamu sentuh, brengsek? Jangan coba-coba!"

Kenny terkekeh pelan, mendengkus. "Kenapa kamu memanggil Kayla Nona? Cukup panggil nama aja, aneh aku dengernya, Ai."

"Aiyana, namanya Aiyana!" Rafel buru-buru mengoreksi.

"Ai cantik, apa kamu tidak stres menghadapi psikopat gila seperti lelaki di sampingmu ini? Panggilan aja dikoreksi."

Aiyana menatap Rafel sesaat, mengalihkan pandangan setelah melemparkan senyum mencela. "Aku juga tidak yakin bisa bertahan berapa lama dengannya. Dan tentang panggilan itu, sudah jadi kebiasaan. Awalnya aku cuma pekerja di tempat Rafel. Aku juga memanggil lelaki di sampingku Tuan. Bukan hal yang perlu diperdebatkan jika nanti kita bertemu, dan aku memanggil mereka sebagai Tuan dan Nona."

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang