Sepasang mata tengah memperhatikan papan tulis di hadapannya dengan malas, Biologi dipagi hari, sungguh hari yang indah. Biologi adalah mata pelajaran terkutuk menurut seorang lelaki dengan model rambut undercut yang duduk pada barisan kedua itu.
Lain cerita dengan wanita berkacamata di depannya, teman sekelasnya yang gila. Hanji, adalah seorang maniak organ tubuh dan hal-hal lain yang berbau biologi. Sepertinya hari ini benar-benar hari yang indah baginya.
"Levi! Bagaimana menurutmu? Mempelajari jenis-jenis usus sangat menyenangkan bukan?" Tanya Hanji sembari memutarkan bangkunya sehingga kini mereka tengah berhadap-hadapan
"Tidak ada yang spesial" Jawab Levi ketus
"Aku tidak mengerti dengan isi kepalamu, kau tidak suka belajar tapi nilaimu selalu meningkat" Ujar Hanji
Tiba-tiba, lelaki dengan rambut blonde datang menghampiri bangku keduanya, "Itulah yang disebut sebuah berkah, Hanji"
"Heh... Aku hampir lupa dengan manusia jenius satu ini" Kemudian Hanji mempersilahkannya untuk duduk di sampingnya
"Saatnya istirahat, sepertinya cilok mas mul enak ya" Ucap Erwin
Kemudian Hanji terlihat mengusap-usap wajahnya, "Aku sudah tahu kau akan mengajakku kesana"
"Gas lah~" Erwin menarik kedua lengan sahabatnya itu, kemudian membawa keduanya ke kantin tempat mas mul berada
"Mas... Ciloknya... Hanji? Levi? Kalian juga?" Tanya Erwin
"Hooh... Kebetulan aku sedang ingin makan kecap" Jawab Hanji
"Aku akan memesan greentea saja" Ucap Levi
"Baiklah, Mas! Cilok campur satu, kecap satu"
Levi berjalan menuju kantin di pojok sana, ia berniat memesan greentea kesukaannya seperti yang telah ia katakan tadi, teh adalah hal terfavorit dihidupnya. Belum ada hal lain yang dapat menggeser tahta teh saat ini.
"Levi-san... Aku tahu pesanan mu pasti greentea kan?"
"Hn, tentu saja"
"Baiklah tunggu sebentar"
Kemudian Levi bersandar pada tembok kantin sembari menunggu pesanannya. Saat ini kantin tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang. Levi memperhatikan satu persatu murid yang berjalan di depannya.
Kemudian ia melihat rasio kantin yang paling banyak diminati, apakah cilok mas mul atau aneka jus buah... Sepertinya pemenangnya adalah cilok mas mul, cita rasa cilok yang berbeda dari cilok-cilok lainnya. Banyak kantin lainnya, namun hanya menjual makanan yang manis, levi tidak terlalu suka dengan hal semacam itu.
Beberapa menit kemudian, greentea pesanannya telah siap diangkut. "Levi-san, ini pesananmu" Ucap seorang barista wanita disana sambil tersenyum
"Terima kasih bibi" Kemudian Levi meleos pergi dari sana, ia kembali menghampiri kedua rekannya yang kini tengah terduduk pada bangku kantin tersebut.
"Seperti biasa teh adalah teman hidupmu, bukan begitu, Levi?" Tanya Erwin
"Hn.. Seperti yang kau lihat, makanan manis tidak terlalu bagus untuk pencernaanku" Jawabnya
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan persiapan pemotretan foto album kelas kita? Erwin kau sudah mempersiapkannya kan?"
"Hanji, kita baru saja menaiki kelas akhir. Tidak perlu terburu-buru" Ujar Erwin sambil terus memakan ciloknya
Levi tidak ikut andil dalam percakapan keduanya, ia masi terus menyeruput tehnya dan memperhatikan keadaan sekitarnya. Tidak ada yang mencurigakan, tapi ini memang kebiasaannya.
Lalu tiba-tiba saja seorang wanita berdiri di hadapan Levi dengan syal berwarna merah di lehernya yang cukup mencolok karena warna seragam sekolah mereka yang gelap.
"Ada apa, Mikasa?" Tanya Levi
"Antarkan aku pulang"
"Tidak" Ujar Levi sembari menyeruput tehnya
Setelah mendengar jawaban Levi, Mikasa segera mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
"Apa yang kau lakukan?"
Mikasa masih terus terfokus pada ponselnya, tidak menghiraukan pertanyaan yang Levi ucapkan barusan.
Kemudian Levi bangkit dari duduknya dan merebut ponselnya. Mikasa menatapnya datar, ia masih menunggu Levi dengan jawabannya, kalau-kalau ia akan berubah pikiran.
Levi menatap layar ponsel milik Mikasa, rupanya ia sedang mengadu pada pamannya, Kenny. Levi menghela nafas, "Baiklah, jangan terlambat"
Lalu Mikasa kembali merebut ponselnya dan meninggalkannya disana tanpa sepatah katapun.
"Wow, dia tipe "S" Ya?" Tanya Hanji
"Sepertinya begitu... Tapi dia sangat manis" Jawab Erwin sambil terus memandangi punggung Mikasa yang kemudian menghilang dari sana
Levi kembali terduduk dengan wajah malasnya, ia sudah pasrah, sebenarnya ia sangat malas untuk mengantar Mikasa pulang hari ini.
"Ayolah Levi... Jarang sekali kau membonceng seorang wanita, bukankah begitu Erwin?"
Erwin mengangguk tanda setuju dengan ucapan Hanji
"Merepotkan"
~~~
Siang harinya setelah sekolah dibubarkan, Levi tengah menunggu Mikasa di basement sekolahnya. Ia masih menunggunya hingga sesekali menatap jam tangannya. Lama sekali, pikirnya. Padahal ia sudah menyuruh Mikasa untuk tidak terlambat.
Tak lama kemudian, sosok yang ia tunggu-tunggu tiba di hadapannya, seperti biasa dengan tatapan datar dan mata yang sedikit berkaca-kaca.
"Huft... Ada apa lagi?" Tanya Levi sembari menyalakan mesin motornya
"..."
"Apa yang bedebah itu lakukan padamu?" Tanya Levi lagi
"Tidak ada... Cepat jalan" Perintah Mikasa
"Aku sudah tahu, kau selalu menjadikanku cadangan tebengan untuk pulang sekolah saat sedang bertengkar dengan bocah itu" Jelas Levi
"Aku bilang tidak ada, cepat jalan"
"Terserah kau saja, hubunganmu tidak sehat"
Kemudian Levi mulai menjalankan sepeda motornya.
Ditengah perjalanan, Levi menatap Mikasa dari spion motornya, ia tahu gadis di belakangnya tengah menangis kecil. Ia berusaha menahan isakannya karena tak ingin terdengar oleh Levi, tapi gadis itu lupa dengan fungsi kaca spion ini.
"Mikasa"
Kemudian gadis itu sedikit menyeka sisa-sisa air matanya, "Ada apa?"
"Kau jelek sekali"
"Apa? Suara motormu berisik sekali" Ucap Mikasa
"Tidak jadi"
"Hah?"
Yo mina, akwkwk sesuai permintaan FF Levi Petra dengan tema sekull sekulahan~ moga suka gaiss jangan lupa jaga kesehatan~ see ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My First Love [END]
FanfictionLevi Ackerman, jangan tanyakan hal-hal bodoh padanya. Jangan juga membebankan sesuatu padanya, ia manusia yang mudah kerepotan. Ia sering di cap karena sikap absolut dan otoriternya. Hingga akhirnya datanglah seseorang, memecahkan dinding es dianta...