"Ketika kehadiran sesuatu atau seseorang hanya akan melukai, seberapa pun kau mencintainya, relakanlah. Nanti, kau akan bersyukur karena bisa bangkit walau harus merelakan sebagian dari kenangan itu."
Sepanjang perjalanan Fia memikirkan kembali kata-kata Ria. Bayangan speaker bluetooh sang idola yang tanpa pikir panjang dipesan pun semakin menyemarakkan otak mengenai ide fangirling. Kamar Ria dengan pernak-pernik EXO dan Chanyeol mengingatkan dia akan kamarnya kala kuliah yang dipenuhi poster dan gambar-gambar dari internet yang dicetak.
Perempuan dengan rambut sebahu itu melarikan mobil ke rumah orang tuanya. Sesampainya di sana, Fia menanyakan keberadaan barang-barangnya selama kuliah.
"Kalau nggak ada di kamar, ya di gudang." Tanpa menunggu jawaban lebih panjang, Fia langsung ke gudang dan mencari dus-dus bertuliskan namanya.
Setelah menemukan dua dus besar, Fia membawanya ke kamar. Di sana dia menghabiskan berjam-jam membongkar semua barang yang mungkin bisa dimanfaatkan. Di dalam dus tidak banyak yang bisa diambil karena isinya merupakan barang-barang saat dia kecil. Fia hanya menyisihkan beberapa boneka dan memasukkan kembali sisanya.
"Poster sepertinya akan norak jika terlalu banyak," gumamnya sambil mengingat keadaan kamar lama saat masih kuliah. Dia memutuskan mengambil beberapa yang menurutnya sang idola terlihat sangat manis. Sungguh begitu, memilih poster pun menghabiskan waktu hampir satu jam karena menurutnya Xiumin terlihat manis di semua foto.
Saat menemukan bantal berbentuk persegi berbahan rasfur dengan foto Xiumin, Fia teringat Ria. Bantal custom ini mereka pesan secara online dengan warna dan foto idola favorit masing-masing.
"Ri, ingat bantal ini nggak?" tanya Fia saat Ria menjawab video call darinya.
"Ingat dong, tapi sekarang bantal kayak gitu udah norak buat kita!"
"Jadi, punyamu ke mana?"
"Ada dong, masih. Masa iya aku buang si Ceye. Cuma, aku udah pesan lagi bantal warna putih yang lebih kekinian." Ria tersenyum melihat Fia yang ber-oh panjang. "Nanti main lagi ya, kalau kamarku udah beres."
Menghabiskan berjam-jam di kamar lamanya dengan selingan video call dari Ria membuat Fia banyak tersenyum. Dia bahkan tertawa kecil saat mengingat hal-hal lucu yang mereka lalui bersama saat serumah, seperti saat hampir terlambat mengikuti Ujian Tengah Semester hanya karena malam sebelumnya mereka marathon menonton EXO Next Door. Tanpa sengaja, Fia melihat wajahnya yang bersemu dan tertawa di cermin, lalu terpaku menatap pantulan tersebut. "Ya, dulu aku seperti itu. Selalu tersenyum dan tertawa."
Dengan tekad yang semakin kuat, Fia membawa barang-barang yang sudah dipilihnya. Bantal rasfur dia tinggalkan di kamar karena setuju dengan pendapat Ria, norak untuk wanita seumuran dia walau masih cocok jadi fangirl.
"Lho, ini apa, Fi? Kok bawa-bawa poster begini?" tanya Mama Diana melihat dus di tangan Fia.
"Ini .... ada deh! Pokoknya, mau aku bawa pulang. Oke ya, Ma?" Fia mengecup pipi Mamanya lalu pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanwifing [TAMAT]
ChickLitSeorang istri boleh nggak sih, jadi fangirl? Girl kan, artinya gadis. Namun, Fia yang mengalami depresi pasca keguguran memilih kembali menyibukkan diri dengan mengagumi sang bias ketika merasa tidak mendapat dukungan dari orang sekitar, terutama s...