"Kenapapria menjadi kepala keluarga? Karena logika mereka lebih mampu mengembantanggung jawab, salah satunya menghadapi istri yang meminta pisah ketika bertengkar."
Di dalam mobil, berkali-kali Gun memijat teangkuknya. Pria itu berteriak dan memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Ia memutari area pasar, melewati rumah melayu, masjid raya, juga patung naga berkali-kali sampai yakin semua emosinya terbawa bersama angin.
Ia harus berbicara dengan Fia, sebelum semuanya semakin runyam. Fia mungkin sudah tidur, tetapi semoga saja dia menunggu kepulanganku. Kegalauan dan rasa bersalah bergumul di benak. Meski tidak tahu bagaimana memulai lagi percakapan yang sudah kacau, Gun ingin memperbaiki semuanya.
Dengan tekad bulat Gun masuk ke kamar setelah menaruh bungkusan makanan di pantry. Berkali-dia pria itu mengatur napas sebelum membuka pintu kamar tidur, tetapi ia harus menelan kekecewaan karena istrinya tidak berada di sana. Apa Fia belum pulang?
Saat dicoba menelepon, suara ponsel terdengar dari dalam laci meja rias, meyakinkannya bahwa Fia sudah berada di rumah. Ditiliknya kamar mandi, kosong. Namun, mini-dress yang tadi dikenakan istrinya teronggok di keranjang kain kotor. Jika sudah pulang dan tidak berada di kamar, ke mana lagi istrinya jika bukan di kamar kebanggaannya. Emosi Gun kembali tersulut, membayangkan Fia yang bukannya merasa bersalah atas pertengkaran mereka, malah semakin menenggelamkan diri bersama si pria poster.
Rahang Gun mengeras, giginya menimbulkan buni gemeretak. Dibukanya paksa pintu Minseok-ui Bang hingga menimbulkan bunyi debam keras.
Fia yang tengah berbaring santai terlonjak, lalu terduduk dengan mata yang langsung menoleh ke sumber suara.
Tanpa bicara, Gun mematahkan standee Xiumin, barang terdekat yang bisa diraihnya saat memasuki kamar tersebut.
Fia langsung bangkit melihat aksi Gun. Belum sempat dia meratapi standee yang terbelah menjadi dua, bunyi pecahan kaca dari sudut lain kamar emmbuatnya menoleh. Dilihatnya salah satu bingkai sudah pecah karena dihempas sang suami.
Tidak puas dengan memecahkan bingkai, Gun menarik poster tanpa memikirkan tangannya yang terkena pecahan kaca. Poster itu dirobeknya dengan beringas, lalau dibiarkan berserakan dalam potongan-potongan panjang tidak beraturan.
"Gun!" Teriakan Fia membuat Gun menoleh dan mendekat.
Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat Gun mengarahkan tatapan penuh emosi ke arahnya. Bukannya tidak pernah melihat Gun berang, tapi selama itu semua itu terjadi jika Gun ingin melindungi orang-orang yang disayangi. Melihat langsung tatapan itu mengarah padanya membuat Fia ngeri dan mundur perlahan sampai membentur tembok.
Gun menghantamkan telapak tangan ke dinding, tepat di samping wajah istrinya. "Aku pikir, kamu akan bersedih dan menangis, atau setidaknya menyambut dengan tatapan marah di kamar." Kalimat Gun terputus oleh deru napas yang memburu. "Tapi ... kamu malah di sini, menonton pria plastik yang belum tentu tahu bahwa kamu ada dan memujanya sampai seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanwifing [TAMAT]
ChickLitSeorang istri boleh nggak sih, jadi fangirl? Girl kan, artinya gadis. Namun, Fia yang mengalami depresi pasca keguguran memilih kembali menyibukkan diri dengan mengagumi sang bias ketika merasa tidak mendapat dukungan dari orang sekitar, terutama s...