"Karena menjadi fanwife juga merupakan bentuk cinta."
"Halo, Sayang ...." Sapaan Mama Misel membahana saat Fia ingin menyiapkan sarapan di Minggu pagi.
"Nggak usah repot-repot. Nih, Mama bawain bubur ayam. Papa kepingin makan bubur ayam, sekalian aja buat agak banyakan untuk dibawa ke sini."
Fia segera menaruh alat masak yang dipegang untuk menyalami Mama Misel. Gun yang tidak lama kemudian memasuki dapur dalam balutan kaos polos dan celana selutut pun melakukan hal yang sama.
Karena sudah lama tidak berkunjung, Mama Misel berencana untuk berada di sana sampai mendekati jam makan siang. "Nanti Mama masak di sini aja, biar Papa nggak ngomel Mama lupa masakin dia karena keasyikan sama kalian."
Setelah sarapan bersama dan mengobrol sebentar, Fia pamit untuk membersihkan kamar, sementara Mama Misel dan Gun bercengkerama di ruang keluarga dengan TV yang dibiarkan menyala tanpa benar-benar ditonton.
Melihat Fia yang masih mengunjungi kamar bayi, Mama Misel mengutarakan kekhawatirannya pada Gun dan berniat kembali mengunjungi orang pintar kepercayaannya untuk meminta 'petuah'. Meskipun Gun sudah berusaha menjelaskan bahwa mereka tidak membutuhkannya, Mama Misel tetap berkeras.
"Kamu lihat saja sendiri, Fia masih sering menghabiskan waktu di sana. Jangan-jangan dia menangis lagi!" selorohnya saat Fia tidak kunjung keluar dari kamar yang diyakini masih berisi perlengkapan bayi. "Mama ke sana dulu ya, temani Fia. Kasihan dia."
Usaha Gun untuk mencegah Mamanya memasuki Minseok-ui Bang sia-sia. Mama Misel yang berusia setengah abad ternyata masih gesit, dalam sekejap mata dia sudah berada di depan pintu dan mengetuk.
Tangan Mama Misel mengetuk pelan sembari mendekatkan telinga ke dinding, menunggu sahutan dari dalam, tetapi hening. Saat diketuknya Kembali sambil memanggil, sang menantu membalas dengan ajakan untuk masuk.
Mama Misel membuka pintu dengan hati-hati, berusaha agar tidak ada f\derit yang terdengar dari pintu. Sebenarnya, dia sudah menyiapkan kata-kata penenang jika ditemukannya sang menantu bersedih di dalam sana. Namun, semua kalimat menguap begitu saja tatkala dilihatnya kamar yang sudah berubah drastis.
Fia yang sedang membersihkan rak pajangan menyapa dengan semringah lebar. "Duduk, Ma, nanti aku bawakan minuman Mama ke sini."
Sepeninggal Fia ke luar, Mama Misel menatap seluruh ruangan dengan pandangan yang campur aduk, takjub, heran, tidak percaya. Kamar yang dulu berisikan perlengkapan bayi sudah tidak meninggalkan kesan yang jauh berbeda. Poster-poster di dinding, pajangan-pajangan yang dia tidak paham fungsinya, bahkan standee, yang tetap disebutnya banner, besar seorang pria bermata sipit yang tentu saja bukan anaknya. Tidak ada satu pun barang di sana yang menurutnya cocok sebagai pelengkap kamar bayi selain sebuah boneka manusia dalam kostum kucing hitam serta dua buah bantal sofa berbentuk kepala boneka tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanwifing [TAMAT]
ChickLitSeorang istri boleh nggak sih, jadi fangirl? Girl kan, artinya gadis. Namun, Fia yang mengalami depresi pasca keguguran memilih kembali menyibukkan diri dengan mengagumi sang bias ketika merasa tidak mendapat dukungan dari orang sekitar, terutama s...