Tiga Belas: Nahoda Kehilangan Awak

194 18 0
                                    

"Sehebatapapun seorang nahkoda, takkan mampu mengarungi lautan penuh badai sendirian."

Gun mengenyakkan bokong dengan kasar di bangku kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gun mengenyakkan bokong dengan kasar di bangku kerjanya. Sudah pukul 16.00wib dan dia baru saja tiba dari mengunjungi Wajib Pajak. Akhir tahun yang seharusnya aman ternyata terbentur data Wajib Pajak yang tidak mengisi faktur dengan rinci. Akibatnya, dia harus mengunjungi kediaman Wajib Pajak karena data harus cepat diproses sementara Wajib Pajak tidak kunjung datang walau sudah berkali-kali dipanggil.

Masalahnya bukan hanya itu. Pengisian faktur yang tidak lengkap berimbas pada perhitungan jumlah pajak yang harus dibayarkan. Untuk itu, Gun harus mendapatkan data lengkap dan akurat agar bisa merinci ulang pajak yang harus dibayarkan. Setelah merinci ulang, ia harus menghitung selisih biaya dan membuat perbaikan data. Selain itu, Gun juga harus mengeluaran surat tagihan agar Wajib Pajak mendapat rincian setoran pajak. Dan kesemua itu masih jauh karena kini Gun baru saja kembali dari kunjungan, membawa data dan bukti yang diperlukan.

Gun tidak menyadari waktu yang berlalu. Ia bahkan tidak mendengar teguran Indra yang mengajaknya pulang. Indra harus mengetuk mejanya untuk mendapatkan perhatian Gun.

"Udah, besok aja. Ini juga baru pertengahan bulan," saran Indra yang ditolak mentah-mentah oleh Gun.

"Kalau lanjut besok, bisa-bisa aku harus mulai dari awal karena lupa hari ini udah sampai mana," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari berkas-berkas di hadapan. "Pulang aja duluan, Ndra. Aku mau tuntaskan ini dulu."

Jarum pendek di jam tangan sudah melewati angka sembilan saat Gun mengemasi berkas-berkas yang tumpang tindih di mejanya. Bunyi keroncongan terdengar dari perut, tetapi pria itu terlalu lelah untuk singgah dan makan. "Fia juga pasti masak kan, aku langsung pualng aja," gumamnya sambil memastikan semua sudah dirapikan.

Malangnya nasib Gun, karena saat tiba di rumah tidak ada lauk apa pun tersaji, hanya ada nasi di dalam penanak nasi elektrik. Gun mencari keberadaan sang istri dan menemukan Fia sedang memelototi pria yang sedang mempertontonkan otot-otot perut.

"Yank," panggil Gun pelan dari ambang pintu.

Fia menoleh, tetapi tidak beranjak dari sofa. Desah napas Gun terdengar berat, pria itu berusaha menahan kecewa dan lelah. "Kamu nggak masak?"

Fia menggeleng dari tempatnya duduk. "Kamu nggak pulang-pulang, nggak ada kabar. Kupikir bakal makan malam di luar karena harus lembut," ujarnya santai.

"Kamu udah makan?"

Gun menutup pintu setelah mendapat anggukan dari kepala yang serius menatap layar televisi. Ia sangat berharap Fia mau keluar dan melungkan sedikit waktunya untuk memasak, tetapi gelagat istrinya dengan jelas menunjukkan dia tidak mau diganggu. Gun akhirnya memilih membuka aplikasi jasa pemesanan makanan daring, memilih asal apa yang masih buka. Malam hampir larut, jadi ia bersyukur jika masih ada menu tersedia serta pengendara yang mau mengantarkan pesanannya.

Fanwifing [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang