"Keresahan adalah buah kekhawatiran yang terkadang belum tentu benar adanya. Berpikirlah positif karena bisa jadi semua hanya ada di pikiran kita."
Saat Gun kembali ke kamar, istrinya sudah terlelap. Dia mengambil kacamata yang teronggok dalam tong sampah, meletakkannya di atas meja rias. Pria itu mengusap rambut istrinya, mengecup kepala dan memeluk sampai terlelap.
Pagi harinya, Fia mengabaikan keberadaan kacamata yang sudah berpindah ke meja rias. Dia tidak mau tahu dan tidak ingin lagi peduli mau Gun apakan kado pemberiannya. Kak atinyelah nak ngape*.
Langkah gontai membawa tubuh Fia hingga dapur. Perempuan itu bertekad menjalankan aksi protes dengan memberikan suaminya sarapan seadanya, roti tawar dan secangkir kopi. Selai memang sedang habis, jadi cukuplah dijadikan alasan kenapa hanya ada roti tawar pagi ini.
Saat suaminya mengambil tempat di meja makan, Fia berusaha tidak menoleh. Dia menyajikan roti dan kopi tanpa melihat wajah sang suami. Sungguh begitu, Fia dapat melihat bahwa kacamata yang dikenakan Gun berbeda dari biasanya. Diam-diam, dia mengintip suaminya dari pantry.
Gun mengenakan kacamata yang diberikan, berbingkai hitam tebal dengan rantai suvenir jumpa fans daring Xiumin. Tanpa disadari, bibirnya mengulas senyum.
"Ini aku pakai di rumah aja ya, malu pakai ginian ke kantor, kayak kakek-kakek pikun," cetus Gun yang ternyata juga mengawasi Fia dan melihat dia tersenyum.
Gun tersenyum, tetapi kemudian pura-pura cemberut menatap rotinya yang tidak berselai. Fia mendekat, menyobek sedikit roti, mencelupkan ke dalam kopi, lalu menyuapkannya ke mulut Gun. "Nanti aku belikan selai cokelat hazel kesukaan kamu. Terima kasih, Yank," ucapnya lembut seraya memeluk Gun dari belakang dan mengecup pipinya.
**
"Hoi!" Suara Ria yang lumayan tinggi ditambah gebrakan di meja menusuk gendang telinga Fia, membuatnya hanpir terlonjak.
"Tekidum-kidum sorang**," cibir Ria kemudian. "Kamu ke sini mau numpang senyam-senyum, gitu?"
Yang ditanya malah mengambil ponsel, kemudian menunjukkan foto seorang pria dalam balutan kemeja putih berlengan panjang yang dilipat hingga siku sedang menyesap kopi. Pria tersebut menggunakan kacamata berbingkai tebal dengan tambahan rantai kacamata berbandul seperti dasi kupu-kupu.
"Iya, iya, yang udah punya suami."
"Makanya, cari suami," balas Fia. Di-zoomnya bagian tepi wajah Gun yang menampakkan bandul tersebut lalu berkata, "lihat nih! Rantai kacamatanya dari mask strap Xiuweet yang kubilang beli dua kemarin. Satunya lagi, ini!" Fia memainkan rantai yang tergantung di maskernya.
Ria berdecak sambil menggelengkan kepala. Sungguh mengherankan baginya melihat sang sahabat 'memaksakan' hal yang disukainya pada pasangan. Baginya, cinta tidak seperti itu. Bukankah pasangan memiliki hal otentik atau khas yang kita sukai? Memberikan sesuatu yang kita suka, bukannya pasangan, seperti menggerus jati dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanwifing [TAMAT]
ChickLitSeorang istri boleh nggak sih, jadi fangirl? Girl kan, artinya gadis. Namun, Fia yang mengalami depresi pasca keguguran memilih kembali menyibukkan diri dengan mengagumi sang bias ketika merasa tidak mendapat dukungan dari orang sekitar, terutama s...