"Ada banyak cara mengikhlaskan. Mana yang akan kau pilih, mengikhlaskan semua cinta dan melepaskannya, atau mengikhlaskan semua luka dan kembali merengkuhnya?"
Fia melajukan mobilnya ke Pantai Pasir Panjang. Hamparan pasir nan sepi pengunjung menyambut. Kakinya yang tidak tertutup sandal merasakan hangat butiran pasir memasuki celah kaki. Karena cuaca terik, Fia akhirnya duduk di salah satu pondok yang tersedia.
Lama dia menatap laut sambil sesekali membetulkan rambut yang mengenai wajah karena tertiup angin. Perempuan itu lalu mengambil sebuah foto dan mengirimkannya pada Ria beserta tulisan 'Main di laut nggak pulang-pulang asyik kali ya?' yang setelah diceknya berkali-kali tidak mendapat balasan dari sang sahabat.
Fia menghembuskan napas berat lalu berbaring. Belaian angin sepoi membuatnya mengantuk, perlahan dia terbuai lelap. Tanpa menyadari berapa lama terlelap, Fia dikejutkan dengan tepukan di pundak.
"Masih hidup ternyata." Ria terkekeh saat dilihatnya Fia cemberut sambil memonyongkan bibir. "Ya, habisnya, tiba-tiba kirim pesan aneh gitu."
"Ngetes aja sih, masih ada yang peduli nggak sama aku," lirihnya.
"Ini nih, tipe manusia kurang bersyukur. Udah jelas-jelas banyak yang peduli masih bilang gitu."
"Tapi, beneran lho, Ri. Tadi itu, pas lihat laut kayaknya adem bener, jadi mikir, kalau nyebur ke sana enak kali ya?"
"Ya, tapi, nggak pake selamanya juga kali, Fi!"
"Kalau aku beneran mau bunuh diri gimana?"
Ria melayangkan tangan ke arah laut sambil berucap, "Silakan, Tuan Putri. Nanti kalau udah tinggal mayat, aku kasi tau Om, Tante, sama Gun."
"Teman nggak bener memang, nih. Temannya mau bunuh diri, ditungguin!"
"Karena percuma kalau aku larang-larang. Kamu tuh, kalau udah niat nggak bakal dengerin orang lain," jelas Ria santai.
"Jadi kalau aku benar-benar mau bunuh diri kamu nggak bakal larang, nih?" Nada bicara Fia mulai meninggi, tetapi Ria malah terkekeh.
"Eh, Fi, mana ada orang yang benar-benar niat bunuh diri kasi kabar dia di mana." Ria menoyor kepala sahabatnya. "Justru karena kamu nggak niat makanya gini. Caper doang ini sih, kebaca."
Ria menggeser duduk agar bisa memeluk sahabatnya. "Ingat, kamu punya aku dan keluarga. Kita bakal selalu ada buat kamu. Terutama Gun."
Mendengar nama Gun disebut malah membuat tangis Fia pecah. Dengan sedu sedan, dia menceritakan bahwa dirinya akan berpisah bercerai. Semua kekesalan dan kesedihan diceritakan bersamaan dengan isak yang tidak mau berhenti. Berkali-kali Fia mengusap air mata, tetapi hal yang diceritakan membuatnya kembali ingin menangis.
Ria terus menungguinya. Dia meninggalkan sahabatnya untuk mencari air putih saat dirasa Fia sudah lebih tenang. Bisa bahaya juga kalau anak orang nangis-nangis lalu loncat ke laut, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanwifing [TAMAT]
ChickLitSeorang istri boleh nggak sih, jadi fangirl? Girl kan, artinya gadis. Namun, Fia yang mengalami depresi pasca keguguran memilih kembali menyibukkan diri dengan mengagumi sang bias ketika merasa tidak mendapat dukungan dari orang sekitar, terutama s...