Sembilan: Tegar

172 17 0
                                    

"Saat hal-hal tidak berjalan sesuai keinginan, tegarlah! Setiap badai akan berlalu."

Fia melayangkan aksi mogok bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fia melayangkan aksi mogok bicara. Sudah berhari-hari dia tidak mengucapkan sepatah kata pun di hadapan suaminya. Walau masih tetap mengurus semua urusan rumah tangga, perempuan berbadan mungil itu tidak menyahut setiap kali Gun memanggil atau mengajukan pertanyaan.

"Yank ..." Lagi-lagi sapaan Gun dianggap bagai angin lalu.

"Yank, Yank ..." Gun pura-pura merengek, tapi tidak dipedulikan.

Fia menaruh sepiring nasi goreng telur di hadapan sang suami lalu kembali ke pantry. Dia bahkan menarik kursi dan memilih makan di meja pantry. Helaan napas yang sengaja dibuat Gun terdengar berat dan nyaring tidak sedikit pun membuat Fia menoleh.

"Kamu mau sampai kapan kayak gini?" tanya Gun lemah.

Gun menaruh piring kotor di pantry, menunggu respons dari Fia, tetapi istrinya tetap berdiam diri seolah Gun tidak ada di sana.

"Ya udah, terserah kamu aja," ucapnya seraya mengambil tas dan berangkat kerja.

Kursi berderit nyaring saat Gun bangkit, Fia bergegas mengambilkan tas dan mengantar Gun ke depan, tetapi menjauh saat suaminya mencoba mengecup kening. Dalam perjalanan ke kantor, tak henti-hentinya Gun mengembuskan napas berat, frustrasi juga bingung menghadapi sang istri.

"Heran, setiap main ke sini, kenapa selalu disambut muka cemberut?" Indra mengenyakkan diri di bangku depan meja Gun.

"Pusing, Ndra."

"Kenapa lagi sama Fia?"

Gun menceritakan sekilas bagaimana Fia sampai mendiamkannya berhari-hari. Bukannya memberi solusi, Indra malah tergelak.

"Temani aja, kenapa? Sekalian liburan. Pergi Jumat, pulang Minggu. Cari hotel yang enak untuk berdua. Tuh, Gardenia Resort bagus, pilih kamar Bungalow, jadi lebih terasa privasinya. Anggap saja bulan madu kedua."

Gun menatap Indra penuh selidik. "Udah berapa banyak sih perempuan yang kamu ajak ke hotel, Ndra?"

"Wah, asem ni orang. Gini-gini aku pria terhormat, Gun. Nggak ada yang namanya icip-icip calon istri orang." Indra berdiri, tetapi membungkuk sesaat. "Serius, Gun, suasananya enak buat bulan madu di sana."

Indra pergi sambil terus memberi kode bahwa Gardenia resort yang dia bahas memang tempat yang sangta bagsu dan recommended.

Seandainya Indra tahu tujuan sebenarnya Fia ingin ke Pontianak, responsnya mungkin akan berbeda. Gun mengurut lembut dahi dan pelipis, mencoba memikirkan saran Indra. Namun, sebagian egonya masih sulit menerima penyebab dia harus menemani sang istri. Orang nggak sakit juga, batinnya.

Udah, jangan banyak mikir. Nggak perlu nunggu orang lain perhatian sama istrimu kan? Fia itu baik dan cantik, kalau dia mau, pasti udah banyak yang bersedia jadi 'teman main' dia di saat kamu sok lembur.

Fanwifing [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang