05 | Terlalu Bosan

39 13 0
                                    

Bruk

Raina menabrak seseorang yang juga baru keluar dari kamar mandi pria. Seseorang yang ia kenal.

"Hamids?!" Raina kaget lalu menundukkan wajah sambil menutupi tubuhnya, karena bajunya yang terlihat transparan.

"Ehh... Sorry sorry. Gue gak tau kalo lo..." Hamids merasa gugup setelah ia tau yang ditabraknya adalah Raina.

Walaupun gugup, semua terbalut oleh sikap dingin dan nada bicaranya yang datar. Hamids berbalik badan dan memejamkan matanya.

"Iya." jawab Raina dengan tetap menundukkan wajah.

Sebenarnya Raina masih bingung dengan Hamids. Ia berbeda dari ketiga temannya. Walaupun termasuk anak buah dari Bryan, Hamids tidak terlalu gegabah dan lebih banyak diam saat di sekolah.

Hamids berbalik menghadap Raina. Sontak Raina semakin erat menutupi tubuhnya.

"Pake ini."

Tanpa disangka, Hamids melepaskan jaket hitamnya. Lalu di pasangkannya pada tubuh gadis yang masih berdiri di depannya. Raina pun menatap Hamids dengan tatapan tak percaya.

"Gue lakuin ini bukan karna gue simpatik sama lo! Tapi karna gue gak tega liat cewek kayak gini. Walaupun gue berbaik hati sama lo, besok jaket gue harus kembali dalam keadaan bersih dan wangi. Gue gak trima kalo jaket gue masih tecium bau cewek kucel kayak lo." Ucap Hamids dengan ekspresi dingin pada Raina.

Raina kembali menegakkan badannya.
Tidak menjawab perkataan Hamids dan langsung berjalan meninggalkan lelaki itu tanpa meninggalkan sepatah kata sambil membenarkan jaket Hamids yang sedang dikenakannya.

Hamids menatap Raina yang semakin menjauh dari pandangannya. Bahkan ia sendiri masih tidak menyangka, meminjamkan jaket pada musuh sahabatnya sendiri. Hamids hanya tak tega pada perempuan. Benar, hanya itu.

Sementara kini Raina berjalan menuju kursi nya yg terletak di bagian pojok paling belakang bagian kelas. Baru saja Raina melangkahkan kaki, terlihat sosok makhluk astral yang menghalangi langkahnya.

Siapa lagi kalau bukan Bryan? Bryan berdiri menatap tajam kedua mata Raina. Terlihat sangat jelas noda coklat pada baju Bryan. Yang tak lain adalah bekas noda moccacino yang Raina tuang tadi.

"Minggir, gue mau lewat" ucap Raina dengan sangat datar tanpa membalas tatapan tajam Bryan.

"Lo liat kan?! Baju gue kotor! Ini semua gara gara lo! Dasar cewek kucel!"

"Sudah nyerocosnya? Gue mau lewat! Gak budek kan lo?" Raina mendorong bahu kanan Bryan perlahan lalu berjalan menuju tempat duduknya.

Tapi ya begitulah Bryan. Lelaki itu menahan pergelangan tangan Raina hingga membuat gadis itu menoleh ke arahnya. Terlihat lagi wajah Bryan dengan tatapan sinis mematikan.

"Tunggu! Itu jaket Hamids? Kok ada sama lo?" Tanya Bryan mengarah pada jaket yang dikenakan Raina dengan tetap menggenggam pergelangan tangan Raina.

Raina melepaskan genggaman Bryan lalu melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan Bryan.

'Dasar cowok gila'

***

Raina telah mengenakan baju rumahan.  Raina mulai menuju mesin cuci dekat kamar mandi utama. Sangat sungkan bagi Raina untuk meminta tolong Bi Inah mencucikan pakaiannya. Karena Raina juga jarang sekali berbincang dengan orang rumah, termasuk Bi Inah.

Raina mencuci pakaiannya yang basah basah serta lengket karena tumpahan orange juice yang disiramkan Bryan padanya. Gadis mulai mengucek dan memasukkan seragamnya ke mesin pencucian. Lalu, Raina meraih jaket hitam milik Hamids yang dipinjamkan untuknya. Terlihat bordiran bertuliskan Hamids Dava.

Funny First Love [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang