Raina sudah berada dalam kelasnya. Terduduk dengan sebuah buku yang dibelikan Ari kemarin lusa. Buku yang sama dengan yang ia baca bersama Ari beberapa waktu lalu.
Raina memandang buku tersebut. Berfikir, apakah ia harus berubah? Niat itu terbenam di hatinya. Tidak lama, si pengacau pun datang. Siapa lagi kalau bukan Bryan dan 3 makhluk itu?
Raina mengira ia akan dikerjai lagi.
Tapi tidak. Wajah Bryan, Rizal, Kevin, dan juga Hamids terlihat cemas. Terlihat jelas kini Bryan dan Rizal yang emosi.Sepulang sekolah, terik matahari seakan membakar kulit Raina dan membuat warna pirang di rambut Raina sangat nampak. Ia berjalan kaki menyusuri jalan, karena Pak Min tidak menjemputnya dengan alasan ban mobilnya bocor.
Apa boleh buat, Raina pun memutuskan berjalan kaki. Sekarang jaraknya dengan sekolah sudah lumayan jauh. Tak lama, ada suara gemuruh teriakan yang membuat Raina terkejut dan menoleh ke belakang. Dan sekarang ia melihat di depannya ada gerombolan murid yang berlari dan sekitar berjarak 100 meter darinya.
Raina segera berlari dan bersembunyi di balik dinding jalan tikus yang ada di dekat jalan raya. Matanya selalu menerawang ke segala arah. Dengan berhati-hati, ia mengeluarkan pisau tajam di balik baju seragamnya.
Raina semakin was - was, takut keberadaannya disadari dari salah satu siswa tawuran tersebut. Raina hanya ingin menjaga diri jika salah satu dari mereka adalah temannya yang pernah dibuat sengsara waktu SMP. Apalagi, sekarang jaraknya dengan lokasi tawuran hanya berselisih 10 meter saja.
Terdengar suara teriakan dari salah satu diantara mereka.
"Woy!! Kita mundur! Awas lo semua! Terutama lo..."
Raina yang mendengar hanya menyipitkan mata dengan tetap memegang erat pisau tajamnya.
Semua menjadi sunyi. Tak ada lagi suara teriakan dan juga hentakan kaki. Raina merasa aman sekarang, namun tetap menjaga diri.
Raina perlahan melangkahkan kaki keluar dari gang kecil tempat ia bersembunyi di balik dinding. Ia melihat beberapa tetesan darah di jalanan tempat kejadian tawuran. Gadis ini pun hanya menggeleng-geleng lalu melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
Baru 5 menit Raina melangkah, ia melihat dua orang sedang berkelahi, sepertinya mereka bagian dari siswa yang barusan tawuran.
Alangkah terkejutnya, Raina mengenal mereka berdua. Terlihat mereka memaki, sedangkan yang satunya mencekik pria yang sekarang terlihat lebih lemah.
Raina mengerutkan keningnya, melihat dua orang yang ia kenal saling berkelahi.
Seketika, Raina melepas tasnya dan memakai masker yang ia simpan di dalam sana. Gadis itu melangkahkan kaki perlahan dengan pisau tajam di tangan kirinya.
Langkahnya dipercepat ketika salah satu diantaranya melayangkan sebuah pisau ke leher lawan. Secepat kilat Raina menahan pisau lelaki tersebut dengan pisaunya.
Kini Raina berada di belakang pria tersebut. Dengan cepat, Raina memukul pelipis pria tersebut dengan gagang pisaunya yang membuat pria itu merenguh kesakitan.
Pria tersebut menyerang dengan melayangkan pisaunya ke arah kepala Raina, namun yang terkena malah lengan kiri Raina. Tak puas, Raina menonjok dan menendang tubuh pria tersebut hingga jatuh tersungkur dan menatap tajam mata Raina sebelum ia berlari pincang menjauhi Raina dan pria yang sekarang terlihat lemas dengan wajah lebam penuh darah.
Nafas Bryan masih terengah-engah dan melihat perempuan bermasker berdiri dihadapannya. Raina meninggalkan Bryan sendiri sebelum menancapkan pisau ke tanah tepat di samping Bryan berbaring, "Pake ini buat jaga diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Funny First Love [✓]
Teen FictionDia Raina. Seorang gadis dengan penampilan yang jauh dari kata anggun, harus berhadapan dengan empat orang lelaki brandalan yang tidak bosan-bosannya mengusik harinya. Belum lagi ia harus berurusan dengan Ketua OSIS dramatis yang membuat hari-hariny...