04 | Empat Brandalan

38 13 0
                                    

Hari ini, Raina sangat kesal. Bagaimana tidak kesal? Baru saja Raina dihadang oleh Bryan dan lainnya. Untung mereka tidak mengajaknya berkelahi. Karena Raina terlalu malas menjalankan hukuman yang nantinya diberikan.

Kekesalan itu berhasil ia redam sampai bel istirahat berbunyi. Seperti biasanya. Murid langsung berpencar keluar kelas menuju kantin.

"Heh! Kucel! Ayo ikut gue!" Ucap Bryan sambil menarik tangan Raina yang masih duduk di bangkunya.

"Kemana sih? Lepas! Risih gue!" Balas Raina malas sambil melepaskan tangan Bryan.

"Lo amnesia atau pura-pura lupa sih? Ya jelas ke BK lah bego! Kita kan buat perjanjian bakal nyapu ruang BK sama mungutin sampah dalam 3 hari! Lo mau ingkar? Biar hukuman tambah berat? Iya?!" Bryan mengoceh dan menunggu Raina berjalan.

Untung kaki Raina sudah lumayan baikan, jadi dia tak perlu merasa kesakitan. Dengan wajah batu, Raina berjalan sejajar di samping Bryan.

Para siswa yang melihat merasa ingin sekali tertawa. Bryan dan Raina berjalan layaknya preman pasar. Bryan berpakaian tidak rapi. Sedangkan Raina? Tidak perlu ditanya lagi. Mukanya sangat kucel.

Akhirnya sampai juga mereka di ruang BK. Tanpa menunggu arahan, Raina dan Bryan menyapu ruangan yang biasa disebut penjara bagi siswa.

Usai sudah acara mereka membersihkan ruang BK ini. Saat ingin mengembalikan sapu, Raina terhenti di depan cermin besar di ruang BK.

'Apa aku sudah rapi?'

Itulah tulisan yang tertera di cermin besar itu. Raina berhenti menghadap cermin sambil memandangi dirinya sendiri dalam cermin.

Raina menatap datar dirinya sendiri. Sampai akhirnya, Raina melihat bayangan sesosok makhluk halus yang memiliki wajah absurd dan bisa dikatakan sebagai makhluk astral yang ia benci, Bryan.

Tiba tiba Bryan berdiri di samping Raina dan ikut memandangi dirinya sendiri dan juga Raina yang ada di cermin.

"Lo gak rapi. Muka lo kucel. Memang lo gak pernah pake riasan kayak cewek-cewek lain?" tanya Bryan yang menatap bayangan Raina di cermin.

"Pernah." Jawab Raina yang ikut menatap wajahnya di pantulan cermin.

"Kapan? Masa lo bedakan dari rumah, terus sampe sekolah bedaknya luntur?" Bryan tetap memperhatikan wajah Raina di cermin.

Tidak mendapatkan jawaban, Bryan mengalihkan pandangannya ke pantulan dirinya sendiri, "Heran, ganteng banget gue!"

Raina melirik Bryan malas, "Heran, ada manusia gila kayak lo."

"Sekarang kita harus mungutin sampah di lapangan. Jadi lo gak usah bediri depan cermin mulu! Kayak udah sebulan gak ngaca aja!" Ujar Bryan sambil menarik tangan Raina.

Raina hanya menuruti perkataan Bryan sambil mengikuti langkahnya menuju lapangan untuk menyingkirkan sampah plastik. Untung sekolah ini memiliki banyak murid yang sadar akan kebersihan. Jadi sampah yang terlihat hanya beberapa saja.

Bryan memungut sampah di bagian depan, dan Raina memungut di bagian belakang. Mereka mengambil semua sampah yang berserakan hingga lapangan pun terlihat bersih.

"Akhirnya bersih juga! Sisa dua hari lagi dan gue bisa bebas dari hukuman ini bareng cewek kucel kayak lo." Ucap Bryan yang duduk dua jengkal di samping Raina.

Raina yang mendengar perkataannya hanya diam membisu. Tidak mengucapkan sepatah kata apapun, dan tidak memiliki keinginan berbicara.

"Raina."  Panggil Bryan yang membuat Raina menoleh kepadanya.

Funny First Love [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang