14 | Tentang Hari Itu

24 13 0
                                    


Suara bel istirahat telah menghambur siswa-siswi SMA Garuda yang tadinya mengikuti proses KBM. Begitu pula dengan kelas 10 IPS 5 yang kini terlihat sepi.

Hanya ada Raina yang setiap harinya akan selalu seperti ini. Ya, menyendiri dan jauh dari keramaian.

Raina menatap kosong ke depan. Masih terbayang hari kemarin yang sangat menyebalkan. Bahkan ia tak tau bagaimana nasibnya jika kemarin Kevin dan Bryan tak datang. Ataukah mungkin sekarang ia akan dikubur atau ditemukan mengapung di sungai?

Gadis itu bahkan tak mengerti bagaimana Bryan dan Kevin bisa mengetahui keberadaannya. Yang jelas, ia bersyukur karna brandalan itu membuktikan bahwa mereka tak pantas disebut brandalan.

Entah sadar atau tidak, sedari tadi Raina hanya memikirkan kejadian kemarin. Lebih tepatnya-orang yang menyelamatkannya kemarin.

'Tap...tap...tap...'

Panjang umur.

Bryan memasuki kelas bersama Kevin dengan langkah yang dipastikan akan menuju ke arahnya.

Seperti biasa, Kevin langsung berlari kecil dan menarik kursi di dekat Raina lalu mendudukinya. Senyum Kevin mengembang begitu jelasnya, lesung pada kedua pipinya seakan membuat kesan pipi itu akan berlubang jika Kevin terus saja melebarkan senyumnya.

"Hai Raina Angelika inces mbeb nya Aa Kepin yang cans bingits!" Sapa Kevin sembari menyangga dagunya menghadap Raina.

Gadis itu tersenyum simpul. Lalu mengarahkan pandangannya pada Bryan. Tentu saja Bryan tak akan bersikap seperti biasanya. Lelaki tampan blesteran Belanda itu tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah tingkah mungkin?

Seperti apa yang dilakukan Kevin, Bryan menyeret kursi di depan Raina lalu duduk menghadap gadis tersebut. Pembicaraan mengenai kemarin pun dimulai.

Raina selalu saja berterima kasih pada mereka berdua. Bryan yang mendengarnya sudah mulai bosan dan meminta gadis itu untuk tidak mengulang kembali kata terimakasih.

Namun berbeda dengan Kevin yang gemas pada sikap Raina yang menurutnya, lucu.

"Gue masih gak nyangka Angga kayak gitu. Sampe butuh perawatan jangka panjang." Ucap Kevin menggigit bawah bibirnya dan memandangi Raina dan Bryan perlahan.

Bryan mengangkat bahu tak peduli dengan perkataan Kevin. Baginya, Raina selamat adalah yang paling penting.

"Semua yang dia lakuin-itu karna dia gak mau gue luka." Kini Raina berucap dengan nada cemas dan terdengar seperti penyesalan.

Bryan menatap Raina yang tertunduk setelah mengucapkan kalimat itu, "Apa mungkin Angga itu psikopat?"

Dengan gerakan kilat, Kevin menengok ke arah Bryan. Membenarkan perkataan Bryan setelah Raina mengangguk setuju.

Namun ekspresi wajah Kevin mulai berubah menjadi cemas.

"Ehh! Tunggu deh! Lo bilang Angga psikopat kan, Yan?" Kevin bertanya serius kepada Bryan, lalu mengalihkan pandangan pada Raina, "Nah trus beb! Lo bilang Angga mau bunuh lo karna dia nggak mau lo luka kan? Itu artinya, Angga sayang sama lo kan Rain?"

Raina berkata iya dengan sedikit ragu namun mengangguk setuju. Mata Kevin membelak sempurna, membuat Bryan dan Raina menatapnya dengan penuh tanya.

Kevin meletakkan kedua telapak tangannya sebagai penutup pipi. Dengan ekspresi terkejut membuat Bryan dan Raina semakin bertanya dalam hati, ada apa dengan Kevin ini?

"Bryan! Raina! Itu artinya Angga homo! Kan waktu itu dia nyerang gue sama Bryan! Jadi-pas Angga mau bunuh Bryan, itu artinya Angga juga naksir Bryan!!!" Pekik Kevin histeris.

Funny First Love [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang