TRAGEDI

2.4K 143 6
                                    

Haiii hari ini update 2 bab aja ya..
Karena sibuk banyak packing orderan cust juga nih. Jangan lupa vote dan selamat membaca 😊😊

***

Empat bulan telah beralalu. Sejak kejadian terkahir bersama Fiki , Andin bisa menerima Fiki dengan baik sebagai adiknya. Alan pun tidak menaruh dendam apapun pada Fiki. Mama Nila yang melihat kerukunan anak-anaknya nampak bahagia.

"Ndin , hari ini waktunya kamu periksa kandungan ke dokter kan ?" Tanya Alan pada Andin saat mereka berempat sarapan bersama.

"Iya mas. Kamu anterin aku kan mas ?" Tanya Andin.

"Nah itu sayang. Hari ini saya nggak bisa karena saya ada meeting sm klien dari Jerman. Kamu sama mama aja ya." Kata Alan pada Andin.

"Em gitu oke gapapa biar mama yang nemenin aku ke dokter mas." Jawab Andin sambil tersenyum.

"Kamu tenang aja Al. Mama yang akan antar Andin ke dokter. You just focus on your work yah.." Kata mama Nila sambil menepuk pelan lengan anaknya.

"Makasih ya mah."

"Mah , nantik biar aku yang antar mama sama mbak Andin. Gimana ?" Kata Fiki

"Really ? Boleh banget darling. Al Andin gapapa kan kalo diantar sama Fiki." Kata mama Nila. "Biar om Fiki juga bisa liat dedek yaa." Tambah mama Nila lagi dengan tersenyum.

"Iya gapapa Mah." Jawab Alan. Andin mengangguk dan tersenyum sambil melanjutkan sarapannya.


Di dalam mobil. Perjalanan ke dokter.

Fiki , mama Nila dan Andin pun berangkat. Udara pagi itu sangat sejuk. Fiki memainkan musik lagu pop di mobilnya. Sekali-kali mama Nila dan Andin bercengkrama. "Kalo aja mbak Andin istri gue. Pasti gue bakalan seneng." Kata Fiki dalam hati sambil melihat wajah Andin dari balik spion mobilnya. Iya , Fiki masih belum melupakan perasaannya pada Andin sepenuhnya. Fiki masih mencintai Andin. Cinta yang begitu dalam dan dengan diam. Fiki paham bahwa sebenarnya cintanya sia-sia karena Andin sangat mencintai kakaknya.

"Mah. Mbak. Udah sampai. Aku tunggu di mobil aja yaa Mah." Kata Fiki sambil membukakan pintu untuk Andin dan mamanya.

"Oke darling. Mama masuk dulu ya." Kata mamanya dengan menggandeng tangan Andin.

Dua jam berselang Andin dan mama Nila keluar dari klinik. Fiki yang mengetahui itu langsung membukakan pintu mobil untuk mama dan kakak iparnya itu. Usia kehamilan Andin memasuki bulan ke 5. Tak heran jika perutnya sudah mulai membuncit. Meski hamil , tubuh Andin tetap menawan. Wajahnya yang semakin hari semakin cantik membuat siapapun pasti luluh oleh senyumannya. Termasuk adik iparnya kini yang tengah mencuri-curi pandang padanya dari balik spion sepanjang perjalanan pulang ke rumah.


Alan telah sampai di rumahnya. Sesekali dia memandang keluar gerbang nampak dua orang mencurigakan berdiri di seberang jalan sambil memperhatikan rumahnya. Kedua orang itu pergi kala tau Alan sedang menatap tajam ke arah mereka.

"Pak Amat.." panggil Alan

"Iya pak bos."

"Kunci gerbang sekarang. Jaga rumah yang bener ya." Kata alan lagi.

"Baik pak bos." Pak amat pun kembali ke posnya.

Kamar Alan dan Andin.

"Malam Ndin.." kata Alan ketika memasuki kamarnya melihat Andin sedang membaca buku kehamilannya.

"Eeh mas udah pulang. Malam mas. Udah makan belum ? Mau aku siapin makanan buat mas ?" Tanya Andin pada Alan.

You're Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang