S E M B U H

2.2K 124 10
                                    

Sejak kejadian perampokan. Fiki yang masih terbaring koma di rumah sakit , masih belum sadar hingga hari ini. Sudah seminggu ini Andin dan Mama Nila menungguinya di rumah sakit. Alan setelah pulang dari kantor selalu mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Fiki.

"Sampai kapan ya Al adik kamu seperti ini ? Mama khawatir." Kata Mama Nila sambil duduk dipelukan Alan yang berada di sampingnya.

"Mah , mama jangan sedih. Fiki pasti sembuh mah. Percaya sama Alan." Kata Alan menenangkan mamanya. Mama Nila mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Keluarga pak Fiki ?" Panggil suster keluar dari ruang ICU.

"Saya sus. Saya kakaknya. Kenapa sus ? Ada apa dengan adik saya ?" Tanya Alan pada suster. Diikuti mama Nila dan Andin disamping Alan.

"Pak Fiki sudah sadar pak dari komanya." Kata suster.

"Alhamdulillah." Seru Alan , mama Nila dan Andin bersamaan.

"Apa saya dan mama saya bisa masuk sus ?" Tanya Alan lagi.

"Bisa pak. Tapi satu satu ya. Maaf pak apa diantara bapak dan ibu ada yang namanya ibu Andin ?" Tanya suster lagi.

"Saya sus. Kenapa ?" Tanya Andin pada suster.

"Pak Fiki terus menerus memanggil nama bu Andin saat sadar bu. Jadi saya minta sebaiknya ibu Andin dulu yang masuk." Kata suster lagi. Andin memandang Alan dan mama Nila. Tak bisa disembunyikan Alan sangat cemburu dan terlihat marah.

"Mas , mah. Aku minta maaf tapi aku mau tanya apa boleh aku masuk mah ? Apa kamu ngizinin aku kesana untuk ketemu sama Fiki mas ?" Tanya Andin

"Iya boleh." Jawab Alan pelan. Mama Nila tersenyum dan mengangguk mengiyakan untuk Andin masuk ke ruang rawat Fiki.

Fiki tersadar dari tidurnya. Matanya terbuka perlahan dang melihat disekelilingnya. "Dimana aku ?" Batinnya. Kepalanya sedikit pusing karna sisa-sisa dari obat biusnya.

"Mbak andin...mbak Andinn...mbak andiiiinnn..." teriak Fiki membuat seorang suster menghampirinya dan memeriksa keadaannya.

"Pak , saya akan panggilkan dokter dan keluarga bapak." Kata suster lagi. Fiki mengangguk. Fiki teringat beberapa hari yang lalu rumahnya kerampokan dan dia melihat perampok akan menyakiti Andin.

"Lepaskan sayaaa.. saya akan kasih apapun yang kalian mau. Tapi jangan sakiti anak dan keluarga saya." Kata Andin. Perampok itu mendekat dan akan menampar Andin. Fiki dengan sigap memukul perampok itu. Mereka pun terlibat pertarungan. Fiki melawan ketiga perampok itu. Dan salah satu dari mereka akan melukai Andin dengan pisau. Lalu Fiki mencegahnya dan dialah yang tertusuk.

"Aaaaarrggghhh..." terakhir kali Fiki melihat Andin dan teriakannya. Lalu semuanya gelap.

Andin masuk ke kamar rawat Fiki sambil memegangi perutnya yang buncit. Andin tersenyum dan lega melihat Fiki sadar kembali.

"Terimakasih ya karna kamu sudah nolongin mbak. Gimana keadaan kamu ?" Tanya Andin.

"Apasih mbak. Mbak gak perlu makasih. Itu udah tugas aku untuk melindungi mbak." Kata Fiki membuat Andin mengenyritkan dahinya.

"Maksutnya ?" Tanya Andin. Buru buru Fiki meralat perkataannya sebelum Andin curiga.

"Maksut aku udah tugas adik untuk melindungi kakaknya. Gitu mbak." Kata Fiki lagi.

"Oh gitu. Makasih ya. Em kamu mau apa ? Makan ? Atau minum ? Biar mbak ambilin." Tanya Andin.

"Minum mbak  aku haus." Kata Fiki tersenyum. Andin membantunya minum dan makan semangkok bubur. "Aku harus membantu Fiki agar segera sehat. Dia sudah nolongin aku dan anakku." Batin Andin sambil menyuapi Fiki.

You're Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang