M E N G A K U

1.5K 119 0
                                    

Evan mengangguk pelan. Dia tak menyangka Dita berbuat sejauh itu. Evan juga merasa bersalah sudah mengancam Dita sehingga Dita berbuat nekat.

Dua orang bertubuh kekar masuk ke ruangan Alan dengan membawa Dita.
Dita masuk dengan berontak lalu terkejut ketika melihat Evan , Fiki dan Alan bersama-sama. Ada apa ini ? Kenapa ada suaminya Andin ?

"Sayang.."

Evan terlihat marah. Tatapannya tajam pada Dita. "Dita kamu benar-benar sudah keterlaluan. Kenapa kamu mencoba menipu adiknya Alan" kata Evan berdiri menghampiri Dita.

Apa..Fiki adik nya Alan. Hmm mati gue. Alan dari dulu sangat membenci gue karena kejadian gue jebak dia di hotel. Dan sekarang adiknya.

"Sayang.. aku bisa jelasin" katanya. "Al gue bisa jelasin semuanya" ucapnya sambil melihat Alan.

Alan bediri menghampiri Dita lalu menepuk pipi Dita pelan. "Salut saya sama kamu. Bisa-bisanya kamu menipu suami kamu dan adik saya secara bersamaan. Hebat" kata Alan. Perasaan Dita campur aduk. Takut dan tak ingin Evan marah padanya.

"Fiki..tolong maafin gue. Gue terpaksa ngelakuin ini. Gue butuh duit" katanya memohon pada Fiki.

"Basi Lo. Lo bilang aja butuh berapa gak usah Lo bilang hamil dan yang lainnya. Lo udah bikin orang-orang terdekat gue gak percaya sama gue" teriak Fiki

Evan menatap marah pada Dita. Berulang kali Dita sudah membuatnya malu di keluarga Alan. "Al saya mohon tolong maafkan istri saya. Saya pastikan dia gak akan ganggu kamu dan keluarga" kata Evan.

"Oke. Tapi saya mau dia tanda tangani surat ini"

"Surat ?" Tanya Dita.

"Iya. Surat perjanjian jika kamu sampai mengganggu lagi keluarga saya termasuk keluarga adik saya dan yang lainnya kamu akan menerima semua hukuman pidana yang ada. Gimana ? Bisa ?"

Dita menatap Evan dan menggeleng pelan. Dia tak mau menandatangani surat itu. Namun diluar dugaan Dita , Evan menarik tangan Dita dan menyuruhnya menandatangani surat tersebut. Dita tak bisa berbuat banyak dan menuruti semua kamauan suaminya.

"Gue udah tanda tangan Al"

"Bagus."

"Al , Fiki sekali lagi saya minta maaf atas apa yang udah Dita lakukan kepada kalian. Dan semoga pernikahan kamu berjalan dengan lancar ya. Sekali lagi saya minta maaf" kata Evan. Alan dan Fiki mengangguk. Lalu Evan dan Dita pergi dari ruangan Alan.

****

Fiki menghela nafas lega karena memang dia tidak melakukan hal seprti yang dituduhkan oleh Dita.

"Bang.."

"Hmm apa ?"

"Tapi gue masih bingung. Kenapa lo kenal sama suaminya Dita. Dan kayaknya lo juga tau banyak tentang dia bang sampai-sampai lo nyiapin surat perjanjian segala"

"Iya saya memang kenal sama mereka"

"Dimana bang ?"

"Evan itu adalah mantan suaminya Andin. Dan Dita dulu merebut Evan dari Andin. Mereka berselingkuh tepat dimata Andin dan menikah begitu Evan cerai dengan Andin"

"APAAA ???? Wow surprise sekali mendengar ini bang. Emang jodoh tuh cermianan diri ya bang" kata Fiki lagi. "Emang brengsek banget si Dita. Ular"

Alan terkekeh lalu bangkit dari duduknya. "Sekarang kamu boleh pulang. Jangan ganggu saya. Saya mau kerja"

"Yaelaah bang. Pipiku masih sakit tadi kamu..."

Braaakk..

Pintu ruangan Alan terbuka keras dan terlihat Chika seperti menahan amarah masuk kedalam ruangan Alan.

"Chika.." teriak Alan. Fiki pun menoleh dan berdiri dari tempat duduknya.

"Plaaaaakk" chika menampar Fiki. Alan yang melihatnya pun menahan tawa. Rasain lo Fik kena tampar lagi kan lo. Hmm makan tuh. Gumam Alan dalam hati.

"Kurang ajar ya kamu. Kenapa kamu nidurin cewek sampai hamil ? Hah ? Kenapaa ?" Teriak Chika. Fiki mencoba meredam emosi Chika yang terlihat berapi-api. "Sayang tenang dulu. Aku bisa jelasin. Ini semua gak seperti yang kamu kira" kata Fiki.

"Cewek itu datang ke butik. Marah-marah dan bilang kalo kamu udah hamilin dia Fikiii gimana aku bisa tenang" teriaknya lagi.

"Bohong sayang itu gak bener." Katanya. Namun Chika masih tetap emosi dan memukul-mukul dada Fiki. Fiki menoleh pada abangnya yang menahan tawa melihat Chika menghajar Fiki. Wajah Fiki memberikan kode untuk minta tolong. Alan pun mengerti.

"Chika.." panggil Alan

Chika menoleh dan menghentikan aksinya. Dia lupa jika dia sedang berada di kantor calon kakak iparnya. Chika melihat ke arah Alan.

"Apa yang dibilang oleh Fiki semuanya benar. Cewek itu bohong. Dia sudah memiliki suami. Dia gak hamil. Dia hanya mau menjebak Fiki" kata Alan. Wajah Chika berubah menjadi tenang. Amarahnya mulai mereda.

"Jadi , Fiki gak salah ?" Tanya Chika.

"Enggak. Dia setia sama kamu" jawab Alan. Chika menangis dan langsung memeluk Fiki. "Aku gak mungkin khianati kamu sayang. Kan kita mau nikah." Sambil memeluk Chika membuat Alan membuang muka "udah sana keluar kalo mau mesrah-mesrahan jangan disini" katanya pelan.

Membuat Chika dan Fiki tersenyum malu-malu. "Bang gue balik dulu ya. Makasih bang" kata Fiki.

Chika hanya tersenyum. "Iya. Lain kali jangan ngerepotin saya"

****

Rumah Alan.

Alan merebahkan diri di ranjangnya. Andin keluar dari kamar mandi langsung menyambut suaminya. "Mas kamu udah pulang. Mau aku bikinin teh ?" Katanya sambil mengelus lembut pipi suaminya.

"Boleh. Saya mau mandi dulu"

"Mas..mas aku boleh tanya gak ?"

"Boleh. Apa ?"

Alan yang akan beranjak ke kamar mandi mengurungkan niatnya dan kembali duduk.

"Tadi kan Chika nelpon aku nyari Fiki. Trus aku bilang Fiki di kantor kamu. Chika kesana nggak ?"

"Iya dia kesana"

"Ada apasih mas ? Aku mau tau. Kamu belum cerita apapun loh mas sama aku.

"Iya. Jadi gini...................."

Alan bercerita kepada Andin. Andin hanya diam dan mendengar. Sesekali raut wajahnya berubah marah dan tegang. "Dan sekarang semua udah selesai. Clear. Gak ada masalah apapun" kata Alan menyudahi ceritanya.

"Jahat banget sih Dita"

"Makanya sayq gak pernah percaya sama dia Ndin dari dulu."

"Iya mas."

"Kamu gak usah lagi-lagi hubungin dia ya. Dia itu benalu buat keluarga kita"

"Iya mas"

Alan beranjak lalu masuk ke kamar mandi.

Bersambung....

You're Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang