temu tujuh

2.4K 314 24
                                    

[] O7. Day—1; jadian []





Karina memasukkan loyang berisi adonan cookies yang telah dibentuk. Malam ini ia memutuskan membuatnya sebab sudah menyusun rencana untuk menonton drama China seharian besok. Kebetulan hari Sabtu dan sekolahnya libur.

"Lagi bikin apa Dek?"

Suara bariton milik kakaknya membuat Karina tersentak. Ia menoleh, mendapati Javaz yang sudah duduk di salah satu kursi pantry.

"Ini, lagi bikin cookies. Btw, Mama belum pulang?" tanya Karina sembari melanjutkan membentuk adonannya yang masih tersisa.

"Katanya mau nginep sekalian di rumah tante Tika."

Gadis dengan tahi lalat di sekitar bibir itu hanya mengangguk-angguk paham. Sementara Javaz menatap adiknya dan hendak bertanya lagi.

"Kamu sejak kapan deket sama Jendral?"

Pertanyaan itu sudah mengisi pikirannya sejak kemarin. Apalagi Jendral tiba-tiba semakin gencar mengirimnya pesan yang ia sadari hanya berisi modus untuk mengetahui lebih jauh tentang adiknya.

Seperti;

Bang lo suka basket dari kecil? Adek lo suka nggak?

Atau

Di keluarga lo ada yang punya alergi nggak?

Dan Javaz tahu pasti, Jendral bertanya dengan pertanyaan tidak penting itu hanya tertuju pada satu nama, Karina. Tidak mungkin Jendral ingin tahu tentangnya atau bahkan mamanya.

"Hah? Aku sama kak Jendral? Enggak deket kok, bahkan cuma sebatas tau nama. Lagian nggak ada alasan buat deket," kilah Karina.

Bicara tentang Jendral, membuat Karina kesal lagi. Jika rumor itu benar bukannya Jendral begitu jahat. Mempermainkan perasaan wanita seenaknya, lalu mencari wanita lain untuk didekati.

"Tapi kok kemarin dia nepuk kepala kamu? Kayak udah deket aja, apalagi tadi ada rumor kalian pacaran."

Karina menggeleng cepat. "Aku juga bingung, mungkin dia kaget. Kalo soal rumor ya di Mandala aja ada lambe turahnya, biasanya emang gosip 'kan dilebih-lebihkan biar laku gosipnya," sanggahnya.

"Iya sih, tapi tau nggak Dek, Jendral bilang apa pas Abang tanyain?"

Hanya gelengan dari Karina yang Javaz dapatkan beserta tatapan penuh tanda tanya yang diberikan adiknya.

Javaz terkekeh kecil. "Dia bilang, kalian deket. Lagi masa pendekatan, bahkan dia minta restu sama Abang," jawab Javaz.

Karina cengo.

"Dan Abang bilang, boleh aja tapi harus sabar karena kamu cengeng, manja, suka makan, dan suka ngupil trus dijilatin," lanjutnya. Kemudian tertawa lebih kencang ketika mendengar pekikan adiknya.

"ABANG!!! SEJAK KAPAN AKU KAYAK GITU ANJIR!! IH ANAK DAKJAL!!"



.
.
.




Karina beranjak malas saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Padahal ini hari Sabtu dan masih pukul tujuh. Bahkan kakak kesayangannya masih menjelajah ke alam mimpi. Siapa juga yang bertamu pagi buta seperti ini. Dengan lemas ia membuka pintu rumah lalu bertanya pada si pelaku yang menganggu sarapannya.

"Nyari siap—LOH?!"

Sosok di hadapan Karina tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit ketika melihat Karina dengan raut terkejutnya.

"Hai, Karina!"

Gadis itu sontak tersadar dari keterkejutannya. Beralih menatap sinis pada lelaki di depannya.

RENDEZVOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang