temu sembilan belas

2K 262 25
                                    

[] 19. Jendral Juga Patah Hati []









Jendral menghembuskan napas dengan kesal. Sedari tadi satu ulat bulu berwujud manusia itu terus menempelinya. Bergerak sedikit saja, gadis itu mengikuti. Ia lalu menoleh pada gadis yang tengah bergelayut di lengannya.

"Mau kemana sih anjir?!" sentaknya.

Gadis di sampingnya hanya mendongak lalu tersenyum sok cantik. "Mau ke taman," jawabnya.

"Buat apa goblok. Jauh-jauh napa, jijik banget!"

"Jangan marah-marah, malah jadi makin ganteng hehe."

Jendral berdecak, lalu keduanya berhenti di taman belakang sekolah yang sepi. Ia tersentak saat sosok menyebalkan itu beralih berdiri di hadapannya seraya mengalungkan tangan pada lehernya.

"Lepas anjir!" cecar Jendral.

Semenjak bersama Karina, dia sudah tidak mau dekat-dekat dengan wanita lain. Karena kekasihnya sudah lebih dari cukup. Namun, ia terpaksa sejak pagi tadi. Dan ia sudah tidak tahan kali ini.

"Ih bentar, gue mau ngomong dulu," ucap gadis dengan riasan tebal itu.

Jendral menghela napas. "Ngomong apaan? Buru!"

"Gue suka sama lo Jendral."

"Trus?" tanya Jendral malas. Lagian apa pedulinya?

"Jadi pacar gue ya?"

"Oke—" Jendral menggantung ucapannya sejenak. "Lo boleh pergi sekarang."

"T-tapi?!"

Jendral mengulurkan tangan untuk menghempas tangan gadis itu di lehernya.

"Pamela, lo tuh suka sama orang yang salah. Gue udah punya pacar dan nggak mungkin gue selingkuhin dia sama orang yang nggak lebih baik dari dia. Lagipula, gue bahkan ga berminat buat ngelirik cewek lain selain dia," papar Jendral.

Pamela melotot kesal. Di mata Jendral dia bahkan sepertinya hanya debu. "Lo yakin? Gue bisa usik Karina."

"Heh, perjanjiannya cuma gue jemput lo berangkat sekolah, dan lo nggak akan usik Karina. Gue udah muak ya dari tadi lo nempelin gue mulu."

Jendral lalu berbalik hendak pergi, namun terhenti sejenak saat Pamela berbicara lagi.

"Gue tetep bakal gangguin Karina kalo lo nggak terima gue, Jendral!"

Tanpa menoleh Jendral berujar, "Terserah, tapi setelah itu perusahaan bokap lo bangkrut."

Pamela sontak kicep. Tidak bisa menjawab lagi. Ia lupa, Karina bukan tandingannya. Dia mempunyai Jendral dan Javaz di sisinya.





.
.
.





Sosok jangkung dengan tahi lalat di dekat mata itu menghempaskan tubuh ke ranjang. Ia menghembuskan napas dengan berat. Seharian ini ia tidak bertemu kekasihnya sama sekali. Saat pagi ia sibuk ditempeli oleh ulat bulu bernama Pamela, dan setelahnya ia dipanggil oleh guru olahraga untuk membahas turnamen selanjutnya.

"Karina nggak papa 'kan ya?" gumamnya.

Saking sibuknya bahkan ia tidak sempat mengabari Karina. Saat hendak menghubungi tadi, ponselnya mati. Membuat kekesalannya semakin bertambah.

Ia takut gadisnya kenapa-kenapa. Atau berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. Apalagi ia sempat berbohong perihal urusan penting pagi tadi.

Jendral lalu terbangun untuk menghubungi Karina. Namun, terurung saat ternyata gadis itu sudah lebih dahulu meneleponnya.

RENDEZVOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang