[] 1O. Day—3–4; nyanyian malam dan uks []
Karina tersenyum. Setidaknya ia tidak menemukan kebohongan di kedua manik mata indah milik Jendral. Hatinya melega, entah mengapa. Sementara otaknya berusaha benar-benar melupakan rumor yang beredar dan mencoba percaya pada Jendral sepenuhnya.
"Eh?!"
Ia terhenyak, tubuhnya agak terhuyung ke belakang saat Jendral tiba-tiba mendekapnya.
"Makasih. Makasih udah percaya."
Sial. Jantung milik Karina berdebum kencang. Sampai rasanya sesak karena terlalu membuncah. Bisa ia rasakan jika wajahnya memanas dan dapat dipastikan pipinya sudah berubah merona saat ini.
Ia tidak tahu, apa ia sudah jatuh cinta dengan waktu sekejap ini atau belum. Benaknya masih terus menyangkal, dan tidak mau itu sampai terjadi. Di sini, hubungannya dengan Jendral hanya main-main. Kekasihnya tidak benar-benar mencintainya, dan Karina tidak pernah memiliki sosoknya.
Lagian waktu akan berjalan dengan cepat dan ia takkan semudah itu untuk jatuh pada Jendral. Sebab nanti, ia tak ingin membawa penyesalan serta luka setelah status dua minggu ini berakhir.
Pada hari ke lima belas, keduanya akan kembali asing.
Tidak ada Jeno atau Nana lagi. Hanya ada Jendral dan Karina yang berstatus senior dan junior.
.
.
.Karina tidak bisa tidur malam ini. Padahal ia sudah merampungkan ritual malamnya, namun berkali-kali memejamkan mata ia tetap tidak bisa tertidur.
Ia berdecak, pasalnya besok sekolah dan ia tidak mau kesiangan atau mengantuk di kelas nantinya.
Lalu ponselnya yang berada di nakas berdering. Membuatnya terkejut sejenak kemudiaan mengambilnya. Di sana terpampang layar yang menunjukkan ada telepon masuk. Dengan segera ia menerima, menempelkan ponselnya ke telinga.
"Yang, ini video call loh." Jendral berujar sembari terkikik kecil.
"H-hah?!"
Karina gelagapan, dengan cepat memposisikan ponsel yang tadi di telinganya menjadi di depan mengarahkannya agar wajahnya terlihat jelas.
Ia salah tingkah, malu karena kejadian tadi. Di sana, Jendral juga sedang berbaring, tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit. Perlu diakui, senyuman Jendral memang selalu berhasil membuatnya berdebar.
"Kok dijawab sih? Nggak bisa tidur?" Karina menggeleng.
"Kamu juga belum tidur."
Jendral tersenyum sebelum berkata, "Masih mikirin kamu, rindunya kurang ajar nih sampai bikin nggak bisa tidur."
Karina mengulum bibir, jantungnya benar-benar berdetak tidak tahu aturan. Padahal ia tahu itu hanya gombalan, namun perasaannya membuncah tanpa alasan.
"Berisik."
"Kamu kenapa coba belum tidur?"
"Nggak bisa. Nggak ngantuk."
"Mau aku temenin sampe kamu tidur?"
Karina menggeleng cepat. Meski salah satu bagian dalam dirinya menyetujuinya.
"Nggak usah, mending kamu tidur gih," titah Karina.
Kini giliran Jendral yang menggeleng. "Enggak ah, pacarku aja belum tidur."
"Serah deh." Dasar. Padahal jantungnya sendiri sudah menggila.
Jendral menarik kedua sudut bibirnya, lagi. "Mau aku nyanyiin nggak? Siapa tau kamu jadi ngantuk setelah aku nyanyiin?"
![](https://img.wattpad.com/cover/264124914-288-k773520.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDEZVOUS [✓]
Novela Juvenil❝ Semesta, boleh aku meminta dia sebagai takdirku saja? ❞ 🐧 s t a r t : O3 April 2O21 🐧 f i n i s h : 17 Mei 2O21 ᴄᴏᴘʏʀɪɢʜᴛ ʙʏ ollavena♛