temu tiga belas

2K 277 30
                                    

[] 13. Day—6; basket []



Stadion yang sudah dipersiapkan berminggu-minggu yang lalu untuk pertandingan basket hari ini, tiba-tiba tidak bisa digunakan. Jadi keputusan bersama memilih untuk melakukan pertandingan di lapangan SMA Mandala.

Baik siswa Mandala atau siswa sekolah lain tentu saja berantusias. Itu artinya mereka semua bisa menonton, tidak terbatas seperti saat di stadion. Apalagi SMA Mandala terkenal sebagai penghasil cogan kualitas terbaik. Tidak mungkin para kaum hawa melewatkan kesempatan hari ini.

"Ah jancuk!" umpat Win lirih.

Tentu saja kesal, pertandingan akan dimulai setengah jam lagi namun kelas 10 IPA 3 malah disuruh ulangan sejarah. Padahal sudah diberi pemberitahuan jika hari ini free class.

Anak lainnya sama kesalnya, apalagi dengan tanpa berdosa guru berperawakan gemuk itu duduk sembari bermain ponsel. Membiarkan anak muridnya yang belum mempersiapkan apa-apa mengerjakan soal dengan pertanyaan tidak masuk akal itu.

Karina hanya menghela napas. Menulis asal pada kolom jawaban karena tak tahu apa-apa.

"Psst ... Na," bisik Dinda, Karina menoleh.

"Kak Jendral di depan pintu," bisiknya lagi.

Sontak membuat Karina reflek menoleh, mendapati Jendral yang tengah tersenyum seraya melambaikan tangan. Sosok jangkung itu sudah berbalut seragam basket dengan rambut acak-acakan.

"SEMANGAT SAYANG!"

"SIAPA ITU?!"

Karina menunduk malu. Jendral bodoh, bisa-bisanya ia teriak saat kelasnya tengah ulangan. Sementara Jendral langsung kabur setelah berteriak.

Semburat jingga hadir menyeruak di kedua pipi Karina.

'Semangat Sayang.'

Apakah kata terakhir itu akan selalu hadir selamanya?

Jika bisa, Karina ingin melanggar saja aturan dua minggu yang ia buat sendiri.

Karena entah sejak kapan, Karina benar-benar ingin memiliki Jendral untuk dirinya sendiri seutuhnya.

.
.
.

"Sumpah ya, kesel banget gue. Padahal 'kan kalo nggak suka ya move on. Gue nggak suka sejarah, tetep disuruh inget," cecar Ife.

"Nggak ada hubungannya bodoh," balas Vela.

"Bacot."

"Eh, mau ke lapangan sekarang?" tanya Karina ragu. Ia tidak mau terlihat antusias menonton Jendral. Meski nyatanya iya.

"Eh iya! Ayok kita serbu cogan!" seru Ife dan Dinda bersamaan. Kalau soal cogan, mereka nomor satu.

Sementara Karina dan Vela yang mengikuti. Amy sudah diperintahkan untuk mendokumentasikan pertandingan, jadi ia sudah lebih dahulu berada di sana.

Di sisi lain, Karina berdoa jika pertandingan belum dimulai. Saat sudah sampai, ia langsung mengedarkan pandang. Mencari sosok jangkung kesayangannya. Sampai netranya bersitatap dengan netra obsidian milik Jendral.

Jendral mengulurkan tangan, menunjukkan gestur menyuruh Karina menghampirinya.

"Eum ... Guys, g-gue nyusulin Jeno ya?" Ia malu.

Sedangkan teman-temannya malah tersenyum menggoda.

"Uhuy, Jeno. Iya sana, tuh Jeno-nya udah nunggu," sahut Dinda.

Karina mencebik salah tingkah, kemudian berlalu pergi menghampiri Jendral.

Jendral sendiri tersenyum saat mendapati Karina yang hanya berjarak beberapa langkah. Tangannya langsung terulur menepuk-nepuk pelan puncak kepala Karina saat gadis itu sudah tepat di hadapannya.

RENDEZVOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang